My Goddes - Bab 554 Jilson VS Pasukan Amber

Selama perjalanan Jilson tidak mengatakan apapun.

Mereka berjalan dari jam tiga pagi sampai jam delapan pagi, pasukan besar sudah terus maju selama lima jam, dan langsung menuju ke markas besar Jendral Blues.

“Aneh juga, saat kita berperang dengan Hansen, Jendral Blues, orang-orang ini semuanya seperti seekor anjing yang menggigit kita dengan kuat, tetapi sesampainya di Jilson sini, ternyata kita semua sudah berjalan hampir mendekati 100 meter dari mereka tetapi tidak terlihat jejak satu orang pun. Apa jangan-jangan Jendral Blues takut dengan Jilson bahkan takut dengan Jilson sampai tidak menginginkan wilayah kekuasannya lagi? Dan langsung menyerahkan wilayahnya ini kepada Jilson?”

“Cemen!”

Saat di hutan perlahan-lahan berubah menjadi terang, karena di segala arah semua orang muncul asap yang bertebaran di udara, Abraham mengeluarkan teleskop dan melihat ke arah depan, dengan menunjukkan eskpresi ketidakpuasan.

Tidak hanya Abraham, Jojo, Yansen, George dan yang lainnya juga terlihat agak tidak puas.

Mereka berharap melihat Jilson yang kalah dalam perang dan kabur lari, seperti ini baru bisa dibilang kalau kekuatan bertarungnya Golden Triangle Segitiga Emas sangat gagah dan kuat, dan bukannya mereka tidak sebaik Jilson, tapi karena mereka tidak mampu.

Tapi setelah mereka mengikuti para pasukan tentara Jilson berjalan selama lima jam, selain bertemu dengan beberapa tempat yang ada jebakannya, yang beberapa jebakan ini dengan mudah dibersihkan oleh Roy, mereka tidak melihat satupun bayangan orang dari Jendral Blues.

“Kak Edward, benarkan di depan itu adalah garis pertahanan bawahan Jendral Blues si Amber Ketujuh?” Jilson dengan pelan menarik tali, yang membuat kuda di yang ditungganginya itu berhenti sementara, sambil melihat ke arah pendamping yang mendampinginya di sebelahnya dengan dekat.

“Benar, aku sudah menjadi pedagang kaki lima selama tiga puluh tahun, untuk daerah disini dan seluruh penyebaran pasukan militer aku tahu dengan sangat jelas, di depan itu memang benar adalah wilayah bawahannya Jendral Blues si Amber Ketujuh, di sana ada delapan ribu pasukan besar Amber.”, kata pendamping.

“Meskipun Jendral Blues dulunya mengalami kerugian besar karena bawahanku, tapi sekarang ini aku akan menyerangnya, dia tidak akan mungkin akan mengijinkan aku untuk menyerang sampai ke markas pusatnya dan menodongkan pistol ke kepalanya, seharusnya dia pasti memiliki mata-mata yang selalu mengawasiku kan?” Jilson menatap ke depan lagi sejenak karena asap kabut menyelimuti udara dan agak menutupi penglihatannya.

Sekalian sambil menarik tali yang dia pegang, kuda yang sedang dia tunggangin naik ke atas dan melaju ke depan. Dengan suara teriakan, kudanya yang berharga itu langsung segera bergegas membawa Jilson maju ke depan dari kerumunan semua orang.

”Roy, Tuan Muda Ben, Susi, Leo, Ardham, kalian ikut denganku, aku akan mengajarkan kalian pengalaman berperang!"

Tanah Golden Triangle subur, cuacanya panas dan lembab, daerah geografisnya rumit, berderetan pegunungan, dengan hutan lebat yang dibentuk oleh pohon-pohon besar dan menjulang tinggi dimana-mana. Total Golden Triangle ada Tiga Panglima Militer dan sepuluh lebih pasukan kecil karena mereka sudah mengakar disini dalam waktu yang lama, dan sudah sangat akrab dengan daerah disini, inilah yang membuat mereka dikepung dan ditindas berulang kali oleh tiga negara yaitu Thailand, Myanmar, dan Vietnam, dan mereka masih saja mampu memutar balikkan semuanya dan memenangkan pertempuran, memiliki kemampuan untuk menyatakan perang kepada seluruh dunia.

Disini tenaga kuda dibandingkan dengan mobil jeep lebih kuat, Jilson dengan menunggangi kuda bisa masuk kedalam hutan lebat yang tidak bisa dimasukin oleh mobil jeep, kecepatan pergerakannta lebih cepat dibandingkan dengan mobil jeep.

Di saat Jilson menunggangi kuda memimpin semua orang berlari maju ke depan dengan cepat, kelompok Rendra tidak mengerti apa maksudnya, dan bergegas mengikuti menyusul mereka.

Jilson menunggang kuda dengan sekali tarikan nafas langsung berlari sejauh tiga mil, kelompok Rendra juga menyusul sejauh tiga mil dengan nafas terengah-engah.

Meskipun mereka semua adalah ahli seni bela diri, ada kekuatan dari dalam yang mendukung, tetapi mereka dari awal sampai akhir tidak sebaik kuda Jilson, Jilson dalam sekali tarikan nafas berlari sejauh tiga mil yang lelah adalah kuda yang ditungganginnya, dan mereka dalam satu tarikan nafas berlari menyusul sejauh tiga mil yang lelah ada diri mereka sendiri.

"Kalian lihatlah disini, dari tempat kita ini sampai lereng gunung depan sana total ada dua kilometer, di kedua belah sisi lereng gunung kita ini bawahnya ada sebuah cekungan, kelembaban hutan hujan tropis hari ini dibandingkan biasanya lebih parah, membuat efek jarak pandangan kita yang hanya tidak lebih dari satu kilometer, kita adalah pasukan yang ditakuti oleh Feri dan Tiga Panglima Militer, mereka pasti akan mencegah kita serangan kita untuk mereka, lalu mengirim mata-mata untuk mengawasi kita. Dan sekarang kita sudah datang, lereng gunung di depan kita mudah dijaga tetapi sulit untuk diserang, sangat cocok untuk penyergapan, menurut kalian apakah mungkin mereka akan menempatkan sejumlah pasukan di lereng gungung atas sana untuk menyergap kita?", kata Jilson sambil mengangkat cambuknya, dan sambil menunjuk ke arah lereng gunung di depannya.

Dilihat dari sisi Jilson, semua orang hanya bisa melihat sebuah asap yang berkabut tampak tidak jelas. Dari lereng gunung tempat mereka ini ke lereng gunung sebrang sana ada sebuah cekungan yang sangat besar, kalau mereka ingin pergi ke lereng gunung depan sana harus berjalan menuruni cekungan itu, dan baru mendaki lagi ke lereng gunung atas sana.

"..............." Mereka melihat lereng gunung depan sana dengan seksama, selain kelembaban yang sangat tebal, mereka tidak melihat apapun lagi.

"Lihat dengan cermat, lihatlah baik-baik.", kata Jilson dengan berusaha keras kepada Roy, sambil menunggang kuda.

Sikap Roy adalah setia jujur, dan juga Jilson sangat kaku, dia sudah ada pemikiran untuk mengembangkan kemampuan Roy menjadi seorang pria militer yang berbakat.

"Kak Jilson, aku tidak melihat apapun.", kata Tommy.

"Lihat lagi dengan baik-baik" Kedua tatapan mata Jilson seperti api yang menyala-nyala, menatap ke seberang dengan seksama.

Sejak tiba di medan perang, dia perlahan-lahan berubah menjadi dua orang yang berbeda. Dia yang sebelumnya dari awal sampai akhir sorotan matanya terlihat tenang, saat mengalami banyak masalahpun suasana hatinya tenang dan tidak terpengaruh oleh pengaruh luar. Tapi di saat dia sudah sampai di medan perang, kedua sorotab matanya semakin lama semakin bersemangat. Seperti seekor elang yang kembali terbang ke langit, dengan tatapannya yang selalu saja mencari mangsanya.

"Tetap saja tidak melihat apapun.........." Tommy dan Roy tidak berani berpura-pura mengerti padahal tidak mengerti, dengar-dengar di depan mungkin ada musuh, dalam hati mereka merasa gugup, dan langsung dengan tatapannya melihat secara seksama seberang sana dan mencari-cari bayangan musuh.

"Lihat lihat, Jilson mulai sengaja membingungkan orang. Hanya karena di luar negri mendapatkan gelar Ketua Prajutit saja, dia langsung mulai berpura-pura sebagai seorang yang ahli diantara kita orang awam ini." Yansen dan Jojo saling memandang dan tertawa.

"Mungkin karakternya sama seperti Alaric, setelah dua tahun menjadi penerjemah di luar negri dia menyebut dirinya sendiri sebagai seorang master tentara bayaran!"

Saat ini Alaric juga ikut dalam kelompok Rendra, dan karena namanya disebutkan oleh semua orang, sorotan matanya perlahan-lagan berubah. Meskipun dia bukanlah seorang master tentara bayaran, tapi dia juga sudah mengikuti Winni sela dua tahun.

Saat ini, dia melihatnya sendiri kalau sorotan mata Jilson dan Winni sama saat melihat musuh di depannya, lalu dia pun berpikir sejenak dan diam-diam mundur ke belakang, lalu bersembunyi di belakang pohon besar dan melihat-lihat ke sekeliling.

"Apa masih tidak melihat apa-apa?" Jilson tampak seperti melihat sesuatu, dan muncul senyuman di wajahnya.

"Kak Jilson, aku masih tidak melihat apapun.........." Semua orang merasa semakin dilihat semakin kabur penglihatannya, tidak terlihat bayangan musuh yang ada di depan sana, dan hanya merasa sangat cemas.

'Bicara omong kosong apa? Bahkan jika ada orang di depan sana apa yang ditakutkan? Kita disini banyak sekali ahli seni bela diri, dan masih takut pada mereka? Ada orang atau tidak, bukankah sudah beres kalau aku yang akan dengan sendirinya pergi ke sana untuk memeriksanya?" Erick langsung merasa kesal, dia tidak tahan melihat Jilson yang berpura-pura mengerti semua ini.

"Iya benar, aku ini adalah pasukan pengintainya Jilson kita, aju akan dengan mudah kesana dan memeriksanya." Tuan Muda Ben juga tidak suka perasaan yang tidak bisa melihat musuh seperti ini, lalu dia lompat dari kuda putih sambil hendak berjalan ke depan sana untuk mencari tahu.

"Jangan pergi!"

Di saat Jilson menghalangi Tuan Muda Ben, Erick sudah menerapkan kemampuan gerakan cepat dalam sekejap matanya dan langsung bergegas menuju ke arah depan sana. Teknik gerakan tubuhnya sangat cepat, hanya dalam sekali kedipan mata saja, sudah bisa terlihat kalau dia sudah muncul sejauh sepuluh meter lebih di depan sana.

Dalam sekali kedipan mata lagi, dia sudah muncul di depan sejauh dua puluh meter lebih. Kira-kira hanya beberapa kali nafas saja, dia sudah melesat sepuluh meter lebih.

Di saat Erick yang perlahan-lahan menuju sampai ke cekungan itu, tidak ada suara sedikitpun di depan sana, di saat inilah sepuluh ribu pasukan besar Roy bergegas menyusul, melihat di depan sana tidak ada suara sedikitpun, kelompok Rendra menghela nafas dengan tenang.

"Kalau di depan sana ada orang, pasti mereka akan menembak Paman Erick kan? Di depan sana memang dari awal tidak ada orang, membahasnya sekian la ternyata hanya merasa panik saja." Abraham melirik Jilson dengan tatapan meremehkan.

"Iya benar." Suchan juga berdiri di sebelah Abraham, dan mengambil kesempatan untuk menyindir Jilson.

Namun pada saat inilah, sebuah angin dengan cepat dan perlahan menghembus. Kelembaban dan kekaburan di depan Jilson dan mereka menghilang sedikit, efek jarak pandangan mereka menjadi sedikit lebih jauh.

Tommy mengambil teleskop, dan melihat di semak-semak belukar tampak terlihat ada sesuatu, dia tidak bisa menahan dirinya dan terus maju ke depan memeriksanya, dan merasa kalau di depannya itu terlihat seperti ada yang bergerak.

Tubuhnya gemuk, dan di saat tubuhnya maju ke depan untuk memeriksanya kudanya pun ikut maju dua langkah ke depan, di saat inilah dia melihat dengan sangat jelas, kalau di depan sana benar-benar ada seseorang yang sedang bergerak.

Itu adalah seorang prajurit yang sedang mengenakan baju berwarna hijau untuk menyamar, sambil sedang melihat ke arah mereka dengan sebuah teleskop.

Di saat Tommy melihat prajurit itu, pas sekali prajurit itu juga melihat Tommy.

Di saat yang bersamaan Tommy dan prajurit itu terkejut, prajurit itu segera membuang teleskop dan berdiri sambil berteriak riuh memanggil sesuatu, lalu prajurit yang ada di rumput lereng gunung yang ada di depannya segera bangun dan berdiri secara sejajar dan bertingkat membentuk sebuah formasi, seperti sebuah ombak yang ada di laut, belum menunggu Rendra dan yang lainnya bereaksi, mereka sudah langsung menembakan banyak peluru ke arah mereka.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu