My Goddes - Bab 117 Tabur di Musim Semi, Berkembang di Musim Panas

Sudah pergi.

Tidak banyak berkata, seorang manajemen senior langsung berdiri. Setelah cukup tertawanya, dia memandang rendah Jilson Lee dan timnya, lalu berjalan keluar dari ruang rapat.

Direktur utama, bukan kami tidak memberi muka, kami yang mencari orang ini, pasti tidak mungkin dapat menyelematkan masalah besar perusahaan farmasi Atmajaya. Kami tidak dapat mempercayainya, jadi tidak perlu membuang waktu.

Sekelompok manajemen senior lainnya juga berdiri, malas untuk melihat Jilson dan berjalan keluar dari ruang rapat.

Anak kecil, apakah kamu tahu apa yang harus dilakukan dalam bisnis?

Masih ada beberapa senior tidak pergi, seseorang pria kira-kira berumur 28 tahun tertawa, menyalakan sebatang rokok, dan memandang Jilson dengan nada seorang guru yang mendidik siswa.

Orang-orang senior yang tersisa semua memandang Jilson dengan tatapan bingung dan aneh, kelihatan tampak bersimpati.

Christina tahu bahwa rencana Jilson untuk mendapatkan perusahaan farmasi Atmajaya tidak berhasil. Dan saat ini dia berdiri di belakang Jilson, melihat bahwa pria yang hanya empat atau lima tahun lebih tua dari Jilson memandang rendah dirinya, dengan muka memerah, menunjukkan ekspresi marah, hatinya penuh rasa kesal. Dia bukan tidak percaya pada Jilson, juga bukan tidak menghormati Jilson. Dia tahu bahwa seni bela diri Jilson kuat, dan dia adalah pemimpin tentara bayaran di luar negeri, dan kemampuannya luar biasa.

Namun, kemampuan Jilson memang pantas dikagumi, tetapi itu tidak berarti bahwa kemampuannya juga dapat digunakan dalam dunia bisnis. Apalagi dia sekarang hanya memiliki 400 M, dan dia ingin membeli perusahaan senilai 10T dan berhutang budi yang sangat buruk, ini merupakan lelucon di mata orang luar.

Jadi orang harus ada pengetahuan diri. Bagaimanapun dia juga seorang siswa berbakat yang kembali dari belajar di luar negera, dan sekarang Jilson telah dihina orang lain sama hal menghina dia, dalam hatinya merasa sangat kesal.

Dicemooh oleh seorang pria, Jilson hanya bisa terdiam melihatnya.

Anak kecil, apakah kamu pernah berkecimpung dalam bisnis farmasi? Pernahkah kamu melakukan penjualan, pembelian, distribusi, hal-hal yang dasar ini kah? Kamu pernah sakit? Berapa banyak obat yang sudah kamu makan? Lupa tanya, apa kamu ada ijasah, apakah kamu memiliki pengetahuan profesional? Pria itu senyum pahit, sepasang mata menatap Jilson, lalu menghisap rokok dalam-dalam di tangannya.

Melihat Jilson tidak berbicara, pria itu menghisap rokoknya lagi dengan ekspresi yang meremehkan lalu berdiri, sungguh sangat lucu, seseorang yang tidak punya ijasah dan tidak memiliki pengetahuan professional, ingin mendapatkan 10T Perusahaan farmasi kami.

Kamu harus tahu, perusahaan farmasi kami benar-benar ingin djual. Bahkan jika itu hanya dua ribu rupiah, dan jual kepada orang yang kuat yang dapat mengembangkan perusahaan kami. Dan yang jelas bukan kamu, karena, kamu tidak memenuhi syarat!

Melihat para senior lainnya, lalu pria yang sedang menekan setengah batang rokok di asbak dan berjalan keluar dari ruang rapat bersama para senior yang tersisa.

Hanya Susanto seorang diri.

Susanto belum pernah melihat Jilson Lee, hanya pernah mendengar nama Jilson orang terkaya di kota Gambir. Mengetahui bahwa Jilson memiliki kemampuan ekonomi, dan dia dapat membeli perusahaan farmasi Atmajaya lalu membantu perusahaan keluar dari masalah.

Tapi, setelah melihat Jilson Lee secara langsung, Susanto merasa sangat kecewa.

Terlalu muda, dia tidak percaya bahwa Jilson memiliki kemampuan untuk menyelamatkan perusahaannya. Timnya juga tidak terlalu professional, Bion, Tommy, Leo dan sekelompok orang seperti terlihat anak muda pinggiran. Beatrice dan Christina adalah dua mahasiswa yang baru lulus. Bahkan jika Jilson kaya, yach, dengar-dengar bahwa orang terkaya di Kota Gambir hanya memiliki enam puluh triliun saja, masih tidak cukup untuk membantu perusahaannya yang senilai seratus triliun.

Di acara lelang amal kali ini, dia menyumbangkan satu set obat keabadian senilai seratus milyar. Baik dia dan Lean sangat antusias dalam kerja amal, dia lebih kaya daripada Lean, tetapi Lean memiliki latar belakang keluarga khusus, statusnya lebih tinggi di provinsi ini, dan ruang lingkup teman yang lebih luas. Dia bermaksud mengambil kesempatan melelang serangkaian obat keabadian ini agar Lean dapat membantunya mempublikasikan di acara lelang amal dan menemukan orang kaya lokal yang mampu membantu perusahaannya keluar dari kesulitan. Rencananya berhasil lalu mengajak Jilson Lee, dan se sekarang Jilson ini tidak bisa membuatnya percaya.

Apa yang dikatakan bawahannya tidak salah

Jilson Lee tidak memahami pengetahuan yang profesional, tidak pernah mulai dari awal, tidak memiliki sumber keuangan yang pasti, maka sama sekali tidak dapat menyelamatkan Perusahaan Fermasi Atamajaya nya.

Tapi, orang sudah datang, tidak mungkin meninggalkannya.

Tuan Jilson, kita makan malam bersama? Kamu sekarang adalah orang kaya di kota Gambir, aku tahu kota Gambir bagitu bagus, tidak lebih buruk dari kota kami. Kamu punya uang dan bisa jalan-jalan di kota Gambir. Tetapi kota kami juga tidak buruk, dan ada beberapa tempat lebih baik daripada kota Gambir. Mari kita makan dulu, lalu aku akan mengajakmu jalan-jalan. Hotel telah dipesan untuk kalian, malam ini kalian istirahat dulu. Jika besok tidak ada kerjaan, bisa pergi jalan-jalan, dan jika di kantor kalian ada urusan, kalian boleh pulang dulu. Susanto menahan rasa tidak nyamannya lalu berdiri dan berkata kepada Jilson Lee.

Kali ini dia tidak menemukan seseorang untuk bisa membantunya, maka diperkirakan hanya bertahan satu bulan perusahaan farmasi Atmajaya akan bangkrut.

Kak, Direktur Susanto menyuruh kita pergi. Ucap Christina dengan wajah suram.

Susanto adalah orang yang baik, Jilson Lee menunda waktunya untuk mempermainkannya, dia tidak marah, justru melayani Jilson dan yang lainnya. Jika dia digantikan oleh orang lain, dia mungkin telah mengusir Jilson pergi.

Dia ingin cepat-cepat pergi, dan tidak mau bikin malu di sini. Setelah Kembali nanti akan menasehati Jilson, orang awam yang tidak mengerti bisnis, berani membuat kekacauan.

Namun, Jilson tidak bergerak.

Hanya terdiam melihat Susanto, dan tersenyum.

Tuan Susanto, Tabur di Musim Semi Berkembang di Musim Panas, Panen di Musim Gugur simpan di Musim Dingin.

Hah? Susanto hendak ingin mengajak Jilson dan lainnya makan malam, agar dapat menenangkan mereka, mendengar kata-kata Jilson seketika terpana.

Tommy, Leo, Bion, Beatrice dan lainnya memandang Jilson dengan heran, mereka sudah lama berteman dengan Jilson, biasanya Jilson tidak suka banyak bicara. Dia hanya berbicara banyak ketika dalam keadaan penting, ucapan yang baru saja dilontarkan membuat mereka merasa terkejut.

Apa arti kalmat ini?

Christina langsung tersenyum, dia mulai memahami Jilson. Mungkin Jilson takut Susanto akan meremehkannya, dan mungkin dengan mengucapkan perpatah pura-pura seperti memiliki pengetahuan.

Hanya saja dia berpura-pura memiliki berpengetahuan, namun beberapa yang dia katakan itu benar-benar memiliki pengetahuan.

Orang berkecumpung dalam bidang obat-obatan, kamu berbicara dengan orang tentang pertanian?

Di mana kamu menyalin kalimat ini? Tidak ada standar untuk menyalin, dan itu tidak ada hubungannya dengan obat-obatan!

Tabur di Musim Semi Berkembang di Musim Panas, Panen di Musim Gugur simpan di Musim Dingin.

Lalu Susanto menghela napas dalam-dalam.

Ini maknanya………

Kalimat ini terdengar seperti pepatah, tetapi sebenarnya itu juga pepatah kesehatan, berbicara tentang perawatan medis dari empat musim pada kesehatan tubuh manusia.

Musim semi adalah jantung, jantung menyukai warna hijau, makan lebih banyak sayuran hijau di musim semi. Musim panas adalah hati, hati menyukai makanan warna merah, seperti buah shanzha, kurma merah dan goji berry.

Musim gugur adalah paru-paru, paru-paru menyukai warna putih. Seperti lobak putih. Dan musim dingin adalah ginjal, ginjal menyukai warna hitam, seperti biji wijen.

Tuan jilson, dari mana kalimat ini berasal? Susanto ingin memahaminya lebih dalam.

Dari “Lingshu. Divided into Four Seasons” Jilson tersenyum.

Mulai berkerja saat matahari terbit dan berhenti saat matahari terbenam? Mata yang bersinar dengan cepat Susanto bertanya lagi.

“Di Wang Shi Ji.Jirang Song”(buku kumpulan lagu daerah) Jilson tersenyum.

Mereka yang pandai membahas Surga harus mampu melakukannya. Mereka yang pandai membahas segalanya, harus mampu menggabungkan keadaan mereka sendiri? Tanya Susanto lagi.

Cakrawala Sun, “Qian Jin Yao Fang.School of Chinese Medicine”(buku resep obat) ucap Jilson.

Baik! Tatapan Susanto penuh semangat, tiba-tiba memukul meja dengan keras.

Dia menyadari bahwa kemampuan pemuda ini tidak ada hubungannya dengan penampilannya, dia benar-benar telah bertemu seseorang yang bisa membantunya.

Seketika, Christina dibuatnya terkejut……....

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu