My Goddes - Bab 587 Menjadi Inferior dalam Strategi

“Bakar”

Setelah kelompok Kapten Jilson Lee membakar ladang opium pertama Jendral Blues, secepatnya membawa orang-orang pergi ke ladang opium kedua dan ladang opium ketiga, dan membakar ladang opium di bawah pengawasan Jendral Blues.

Setelah kelompok Kapten Jilson Lee membakar ladang opium pertama Jendral Blues, ke mana pun pasukan Kapten Jilson Lee pergi, tidak ada seorang pun di tempat itu, ketika ladang opium terbakar, nyala apinya dipenuhi cahaya biru dan asap biru, Kapten Jilson Lee membawa seorang tentara pecandu narkoba ke tepi ladang opium, menyuruhnya berlutut di tanah dan mengawasi kobaran api dengan seksama.

"Lihatlah apinya, warnanya biru, asapnya juga berwarna biru, apa menurutmu kamu menghirup hal yang baik, emas, berlian? harta karun dunia ini? Sebenarnya yang kamu hirup hanyalah sampah, benda yang tidak berguna, itu adalah racun! Kamu lihat baik-baik asap ini, apa bedanya dengan saat kantong plastik terbakar?"

Pada saat ini, wajah prajurit itu pucat pasi, rongga matanya cekung karena sudah lama ketergantungan narkoba, tubuhnya seperti pohon yang mati kekeringan, prajurit itu melihat api di depannya, matanya ketakutan, tubuhnya gemetaran.

"Keluargamu saat ini sedang kelaparan, mereka bahkan tidak mampu untuk makan, tetapi kamu justru tidak tahu malu menggunakan narkoba. Narkoba memang membuat orang ketagihan, semakin misterius semakin membuat orang penasaran. Karena kamu tidak bisa menjauh dari narkoba, kamu seharusnya memikirkan bahaya yang ditimbulkan narkoba bagimu. Pikirkan tentang keluargamu, kamu akan menjadi bajingan ketika kamu menyentuh narkoba."

*Suara tamparan* Kapten Jilson Lee mengangkat prajurit itu dan menamparnya dengan kejam, "Pengecut dan egois."

Kapten Jilson Lee membenci narkoba dan membenci semua orang yang berhubungan dengan narkoba. Kapten Jilson Lee bukan orang suci, dia hanyalah seorang pria yang masih memiliki sedikit hati nurani di lubuk hatinya. Dia tidak peduli penderitaan orang-orang di sini, dan tidak peduli pada orang-orang yang menjadi gelandangan karena terusir oleh Tiga Panglima Militer dan aturan narkoba.

Ketika Kapten Jilson Lee dan kelompoknya membakar satu per satu ladang opium, para pembela ladang opium itu bubar satu per satu, dan orang-orang yang ditangkap oleh Tiga Panglima Militer untuk menanam bunga poppy dilepaskan satu demi satu.

Pasukan Kapten Jilson Lee menyita kendaraan militer dari kamp, dan ada jalan tanah yang mengarah langsung ke markas Jendral Blues, jalan menuju markas Jendral Blues sangat mulus dan membuat kemajuan pesat. Sementara di pihak Kapten Winni, prosesnya menjadi sangat tertunda karena ladang opium yang terbakar dan jalan tanah yang dihancurkan oleh kelompok Kapten Jilson Lee ketika mereka pergi.

Ketika kelompok Kapten Winni berjalan ke ladang opium pertama yang dibakar, mereka terhalang oleh api karena ribuan hektar ladang opium terbakar, Kapten Winni melirik tentara yang berbaring linglung, dengan lembut menutup mulutnya dengan tangan kanan, berusaha untuk tidak menghirup bau tak sedap dari ladang opium yang sedang terbakar.

“Kapten Jilson Lee…………” hati Kapten Winni dipenuhi dengan amarah yang mengerikan.

“Kapten Jilson Lee, kami menyerah…………”

Setelah sehari semalam, Kapten Jilson Lee dan kelompoknya memimpin para tentara melakukan baku tembak sengit selama setengah jam dengan para tentara di markas Jendral Blues, markas Jendral Blues secara resmi membuka pintu untuk Kapten Jilson Lee, dan keluarga Jendral Blues salah satu dari Tiga Panglima Militer di Golden Triangle menyerah pada Kapten Jilson Lee.

Saat ini, Jendral Blues masih berada di markas besar pasukan Feri mendiskusikan rencana untuk membalas Kapten Jilson Lee, empat dari tujuh anak Jendral Blues ditangkap oleh Kapten Jilson Lee, Venia memimpin orang-orang mengepung pasukan Roy, kedua putra Nefer dan Karol membantu Kapten Winni melakukan pekerjaan. Hampir tidak ada Jendral yang mengawasi di markas Jendral Blues, mereka bersungguh-sungguh melawan Kapten Jilson Lee, setelah setengah jam berlalu, mereka menyadari bahwa mereka bukanlah lawan bagi Kapten Jilson Lee dan segera menyerah.

"Kapten Jilson Lee, aku tahu dendammu terhadap Jendral Blues, dia tidak seharusnya menghianatimu, tidak seharusnya membantu Kapten Winni membalasmu, tetapi anak-anak tidak bersalah, meskipun Jendral Blues telah menghianatimu, tetapi anak-anak mengagumimu, selalu melihatmu sebagai idola di hati mereka. Jika ada sesuatu yang tidak nyaman di hatimu, kamu dapat mengambil harta emas dan perak dari keluarga kami, tolong jangan menyakiti anggota keluarga kami yang tidak bersalah. Aku tahu kamu, kamu adalah orang baik, pasukan Teanokobemu juga dikenal sebagai pasukan yang bersikap adil dalam memberikan penghargaan dan hukuman, dan hanya menghukum yang bersalah."

Istri tua Jendral Blue dengan hormat menyambut Kapten Jilson Lee masuk ke dalam rumahnya dengan kendaraan militer,rumah keluarga Jendral Blues berada di dalam markas tentara Jendral Blues, ini adalah wanita yang lihai dan cakap.

Pada saat Kapten Jilson Lee mengarahkan pasukannya memasuki keluarga Jendral Blues, ratusan orang di keluarga Jendral Blues panik, Istri tua Jendral Blues berpura-pura mengendalikan ketegangan di hatinya, keenam belas istri Jendral Blues memandang Kapten Jilson Lee dengan wajah pucat pasi.

"Jendral Blues sebelumnya mengkhianatiku, tiba-tiba bekerja sama dengan Kapten Winni dan membunuh 30.000 saudara pasukan Teanokobeku." kata Kapten Jilson Lee.

“Kami bersedia mengganti kerugian.” Kata istri tua Jendral Blues.

“Sekarang saya datang untuk menangkap Feri, sementara Jendral Blues masih berani menyuruh para tentara untuk melakukan perlawanan, membiarkan ketujuh anaknya memimpin tentara melawanku, banyak orang-orangku yang juga mati." Kapten Jilson Lee berkata dengan wajah kelabu.

“Aku mewakili Jendral Blues meminta maaf padamu, berapa banyak uang yang diperlukan untuk mengganti kerugian, katakan saja, selama kami memiliki uangnya akan kami berikan.” Istri tua Jendral Blues dengan berhati-hati mengatakannya dan menawarkan secangkir teh pada saat bersamaan. “Sebenarnya aku dan Jendral Blues adalah orang China, pada tahun itu di China………… Ai, ada baiknya tidak perlu mengungkit masa lalu…………”

"Ini adalah teh Longjing yang bagus disajikan sebelum hujan, kamu telah bekerja keras sepanjang peperangan, silahkan minum teh dan istirahat."

Pada saat itu, Kapten Jilson Lee telah tiba di aula keluarga Jendral Blues, para tentaranya telah mengepung keluarga Jendral Blues, Malvis dan Owen berdiri bersama ibu mereka, Malvis dan Owen sudah beristri, dan Malvis sudah memiliki seorang anak, mereka dengan gugup melihat Kapten Jilson Lee, menunggu keputusannya.

"Mengganti uang ya, bisakah kamu memberikan 100 miliar?" Kapten Jilson Lee duduk sebentar, sebelum akhirnya menghela nafas dan mengatakannya.

Jendral Blues tiba-tiba mengkhianatinya sebelumnya dan itu sangat buruk, dia menahan amarah dalam hatinya selama setengah tahun, sekarang Kapten Jilson Lee membawa para tentara menyerang rumah keluarga Jendral Blues, hanya melihat sekelompok wanita tua dan anak-anak yang lemah. Istri tua Jendral Blues adalah wanita yang sangat bijaksana, seperti yang dikatakannya, meskipun Jendral Blues mengkhianati Kapten Jilson Lee, tetapi anak-anaknya tidak bersalah, anak-anak Jendral Blues semuanya mengagumi Kapten Jilson Lee, selalu menganggapnya sebagai idola.

Betapapun marahnya Kapten Jilson Lee, dia tidak dapat melampiaskan amarahnya ketika melihat istri tua Jendral Blues meminta maaf dengan baik-baik. Jika Jendral Blues ada di sini, harus mencambuknya seratus kali untuk melampiaskan amarahnya.

………………

Sekitar lima jam kemudian, Kapten Winni dengan susah payah membawa tentara bergegas ke markas Jendral Blues. Dalam perjalanan, mereka melewati ladang opium yang dibakar oleh Kapten Jilson Lee, melintasi hutan, sepatu bot setiap orang berlumur lumpur, bahkan celana kamuflase yang bersih juga tertutup lumpur, semua orang tampak berdebu dan sangat menderita.

"Jendral Blues sepertinya belum pergi, Kapten Winni, kita punya kesempatan untuk membalas dendam." Jhonny, kepala staff di bawah Jendral Blues berkata dengan marah.

“Jhonny, pertama-tama kamu pimpin seribu orang masuk dan memeriksa.” Kapten Winni menatap markas yang sepi di depannya dengan mata dingin.

“Baik, aku masuk dan memeriksa terlebih dahulu……………”

Ada suarah gemuruh keras, tiba-tiba ada ledakan di markas di depan Jhonny, kemudian disusul suara ledakan keras lainnya, dan seluruh markas Jendral Blues meledak.

Markas Jendral Blues sangat besar, seluas 100 hektar, sudah seperti sebuah kota kecil, saat suara ledakan terdengar, wajah Jhonny berubah terkejut dan para tentara tiarap di tanah, Kapten Winni menyaksikan markas Jendral Blues meledak, berangsur-angsur menjadi reruntuhan.

Matanya dingin, dan tangan kanannya berangsur-angsur gemetar……………..

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu