My Goddes - Bab 187 Teman

“Jilson, coba katakan pusaka apa yang disembunyikan di dalam tongkatmu?” Sano meletakkan pedangnya di leher Jilson.

“Kamu tidak berhak tahu......” Jilson memuntahkan segumpal darah kental sembari menatap Sano dengan tatapan yang dingin.

“Keras kepala!” Sano menjadi marah, membangkitkan nafsu untuk membunuhnya, begitu pedangnya menusuk.

Dia ingin membunuh Jilson, dengan memotong arteri di leher Jilson.

Namun Jilson tidak mudah dibunuh, kecepatannya juga tidak kalah, dia segera memiringkan kepalanya ke belakang, dan akhirnya pedang Sano hanya melukai kulit di permukaan leher Jilson. Sano gagal untuk kedua kalinya, setelah meraih pedangnya lagi, dan melihat bahwa Jilson masih belum terbunuh, dia segera mengangkat dan mengayunkan pedangnya.

Master tingkat dewa tidak mudah terbunuh, Jilson telah mengerahkan seluruh energinya untuk menghindari pedang Sano, tetapi saat menghadapi pedang yang diayunkan oleh Sano, kecepatannya telah habis. Pedang Sano langsung menyayat dada Jilson dan mengeluarkan segumpal darah merah lagi. saat Jilson mengarahkan cakarnya ke Sano dan mau menembaknya dengan jarum yang tersembunyi di kaki celananya, Sano menendangnya dengan ganas.

“Kakak!”

Susi menyukai Jilson, melihat Jilson dilukai oleh Sano, dengan memberikan dua luka sayatan di tubuhnya, dia menjadi marah, sepasang matanya memerah, tubuh mungilnya memegang kapak raksasa, ia menyerbu ke arah Sano dengan membuat retakan di tanah.

“Pergi.”

Sano sama sekali tidak menghiraukan Susi, matanya menatap Jilson yang ditendang terlempar keluar, dengan asal menendang susi yang ada di belakangnya.

Namun, Susi memiliki kekuatan yang besar.

Pada saat Sano menendangnya, susi segera menepis tendangan itu dengan kapak raksasanya, Tendangan Sano mengenai kapak raksasa Susi, alih-alih menendang Susi hingga terlempar, sebaliknya, dia terkejut oleh kekuatan alami Susi dan terlempar keluar.

Sano tercengang, setelah terbang keluar, ia segera berubah menjadi beberapa bayangan dan dengan cepat muncul di belakang Susi seperti kepik dengan sayap terbentang.

Susi berbalik dan mengayunkan kapak padanya, dia menikam pinggang Susi dengan satu jari, menyegel titik vital Susi untuk sementara. Kemudian dengan tiga jari lagi, dengan cepat menyegel pinggang Susi hingga tiga titik vital, dan dengan cepat muncul di belakang Susi, menepak dengan keras ke punggung Susi hingga terlempar.

Leo, Ardham dan tuan muda Ben baru menyusul kemari untuk menolong Jilson, Sano sekali lagi melempar mereka keluar dengan menunjukkan kecepatannya.

“Jilson, kubunuh kau, dengan begitu aku akan mendapatkan pusaka-mu, mati saja kamu!”

Sano muncul di hadapan Jilson lagi, tak disangka dia akan menghabiskan banyak waktu untuk membunuh junior ini, dan secara bertahap dia menjadi kesal.

Dia segera mengerahkan sepuluh persen dari kekuatannya, menyuntikkan energi Qi sejati seluruh tubuhnya ke pedang, mengeluarkan jurus membelah gunung di kepala Jilson.

Jilson buru-buru menepisnya dengan tongkat tua.

‘Bruk’, lantai yang dipijak Jilson tiba-tiba kosong, dan dia tiba-tiba diserang oleh Sano hingga menembus dari lantai atas hingga ke bawah. Batang-batang baja yang tersembunyi di lantai itu menyayat tubuh Jilson, dan mengiriskan puluhan luka pada tubuh Jilson. Ketika Sano memukulnya dengan keras dan jatuh ke lantai bawah, dia mendorongnya dengan pedang di tangannya.

Jilson segera menendang tanah dengan kaki kanannya hingga retak, Sano itu cepat tapi kekuatannya tidak beda jauh dengan Jilson.

Melihat bahwa dia tidak bisa mendorong Jilson keluar, dia sekali lagi mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan kembali mengeluarkan jurus membelah gunung ke arahnya.

‘Gedubrak’, Jilson langsung jatuh lagi dari lantai tiga ke lantai dua.

Kekuatan Jilson saat ini tidak sebagus Sano, tidak hanya lebih lemah, tetapi perbedaannya tidak sedikit. Ketika dia berkelahi dengan Sano, Leo, Briani, Arifin, dan semua muridnya tidak sabar untuk berlari ke depan lobang di lantai empat dan menyaksikan perang di lantai bawah, Arifin paling khawatir. Mereka tidak bisa melihat adegan pertempuran antara Jilson dan Sano, dan mereka hanya bisa mendengar suara keras yang datang dari lantai bawah. Itu adalah suara Jilson yang dipukuli habis-habisan oleh Sano sampai ke lantai dasar, dan berulang kali dipukuli hingga menembus ke dalam kamar-kamar yang ada di lantai dasar.

Ketika Jilson dipukul oleh Sano ke ruangan terakhir di ujung lantai dasar, Sano menendang perut Jilson, tendangannya membuat tubuh Jilson menembus keluar dari dinding kamar dan terlempar keluar dari dalam rumahnya.

Jilson baru terlempar keluar dari mansion, lalu ia melihat prajurit yang tak terhitung jumlahnya bergegas ke arahnya. Para prajurit ini memegang pedang, mereka terbiasa dengan kekacauan, Mendengar suara pertarungan di mansion di atas gunung, mereka segera datang untuk memberi dukungan kepada Sano.

Sebagian besar prajurit ini adalah prajurit biasa yang dibesarkan oleh Sano, dan sebagian besar adalah prajurit elit. Mereka bukan lawan Jilson. Ketika mereka menyambut Jilson dengan pedang mereka, Jilson segera menepisnya dengan tongkat tuanya dan langsung membelah pedang yang dipegang mereka. Punggungnya menyentuh tanah dan berputar dengan perlahan, ia memutar dan berdiri. Melihat sekerumun prajurit mendekatinya, dia dengan cepat membanting tongkat tua dan menghajar para prajurit.

Tiba-tiba, Sano muncul di depan Jilson dan menendang dadanya dengan keras, raut wajah Jilson mendadak berubah dan memuntahkan segumpal darah kental sembari terlempar keluar.

Kali ini, Sano langsung menendangnya langsung ke tengah lautan manusia. Jilson baru mendarat ke tanah, dia melihat ke sekitarnya semua adalah prajurit, dia yang terluka lagi spontan pandangannya mulai kabur.

Dia merasakan sesak dan terengah-engah, sedikit bingung di dalam hatinya, dia menderita dua luka berturut-turut, kekuatannya telah menyusut setengah.

Dia hanya bisa menepis senjata yang disambut dari segala arah berdasarkan naluri, dan menyerang balik pun berdasarkan naluri.

Prajurit itu takut akan lautan manusia. Ada puluhan ribu anak buah di vila ini. Ketika Sano menebas Jilson dengan gila, jaring besar ditebarkan ke arah Jilson. Dan sepotong demi sepotong tali menggantung pergelangan tangan Jilson dan menariknya dengan kuat.

‘Dor’, entah siapa yang memuntahkan peluru di dalam kegelapan.

Jilson yang menyamping untuk menghindari peluru yang dimuntahkan dari kejauhan. Dalam gelap, selusin tembakan lainnya ditembakkan kemari lagi. sebiji peluru menghantam lengan Jilson.

Sensasi rasa nyeri yang diderita, membuat Jilson terbangun dengan perlahan.

Pada awalnya telinganya berdengung, dan ketika kerumunan orang mengepungnya, dia hanya bisa melihat ekspresi gila serta ganas dari orang-orang itu dan tidak bisa mendengarkan suara di sekitarnya dengan jelas. Pada saat ini, dunianya tiba-tiba menjadi berisik. Hanya mendengar suara orang-orang di sekitarnya, semua prajurit di sekitarnya menatapnya dengan ekspresi ganas dan berteriak kepadanya dengan liar.

Dan dia sudah terjerat oleh puluhan tali, orang-orang itu menggantungnya dengan jarak belasan meter dari tanah, sebuah jaring besar tiba-tiba terjatuh dengan keras dan membungkus seluruh tubuhnya di dalam jaring.

Oh tidak, apakah aku akan mati di china?

Firasat buruk segera muncul di dalam hati Jilson.

Kekuatannya bukan di masa kejayaannya sama sekali bukan lawan dari Sano beserta anak buahnya.

Dia telah meremehkan......

Ryo pernah mengatakan bahwa banyak master terkenal sering mengalahkan bukan karena lawan yang sebanding dengannya, melainkan lawan yang lebih rendah darinya. Semula kekuatan Sano tidak sebagus dia, mungkin dia ingin memanfaatkan kelemahan Sano untuk membunuhnya.

Dia telah ditikam oleh dua atau tiga pedang.

Seorang prajurit menusuk perut bagian bawahnya dengan pedang.

Pas di saat ini, dia dengan jelas melihat raut wajah prajurit itu mendadak berubah. Prajurit itu menatapnya dengan mata berang, dan tiba-tiba memuntahkan darah di wajahnya lalu seluruh tubuhnya terpental.

Disertai suara dentuman di sekelilingnya, sekelompok besar prajurit diledakkan oleh bom.

Itu adalah Susi, dia telah keluar dari mansion untuk pergi menolongnya, dia menerbangkan prajurit dengan kapaknya, lagi dan lagi, hantamannya langsung membuat prajurit itu memuntahkan segumpal darah, menjatuhkan mereka seperti bola bowling. Ardham meremas sebuah bom dan melemparkannya di sekitar Jilson terus-menerus, dengan cepat menerbangkan sekelompok besar prajurit, membersihkan ruang terbuka di sekitar Jilson. Tuan muda Ben menunjukkan keterampilan ringannya dengan lembut mendarat di samping Jilson, dengan sekali kipas memotong tali langsung untuk Jilson. Ia mengipasnya lagi dan memotong jaring besar yang menutupi Jilson untuknya.

“Kak Jilson, kami datang menolongmu.” Ekspresi tuan muda Ben tampak garang, dan tubuhnya memegangi tubuh Jilson dengan erat, sepasang matanya melihat ke sekeliling.

‘Duar’, Leo menghantam kerumunan. Sekelompok besar prajurit tiba-tiba berjatuhan dari kerumunannya, Leo mengarahkan tombaknya ke kiri dan ke kanan lagi, dan dengan cepat membukakan jalan yang panjang.

Leo segera menyeruak ke kerumunan dan bergegas mendekati Jilson.

Ketika semua orang diam-diam mengelilingi Jilson dan menemaninya untuk menghadapi Sano beserta puluhan ribu anak buah dari Sano, Jilson melirik rekan-rekan satu tim di sekitarnya dan melihat bahwa mereka dipenuhi oleh darah sama sepertinya, malu, dan tiba-tiba kerumitan yang tak bisa diungkapkan, ia merasa buruk.

“Jika aku bisa bertemu dengan kalian lebih awal, aku tidak akan dikepung lautan manusia dan kehilangan posisiku, kan.

“Terima kasih......”

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu