My Goddes - Bab 991 Jilson Marah

Di detik ini, tumpukan salju di bawah kaki Jilson pun retak. Saat tumpukan salju di atas gunung perlahan-lahan mengalir ke bawah, sebelah Jilson pun muncul satu demi satu pusaran dari ledakan.

Percikan salju yang dingin mengenai satu tubuh dan wajah Jilson.

Jilson hanya merasa permukaan di bawah kakinya merenggang, sebuah tenaga lembut pun menarik keras dirinya ke dalam tumpukan salju.

"Argh!" Jilson tiba-tiba berteriak dan berusaha keras menekan tubuhnya untuk mengeluarkan energi Qi sejati.

Ia melempar keras pedang awan merah di tangannya. Pedang awan merah tersebut pun langsung melayang satu putaran di atas langit, lalu muncul di bawah kaki Jilson dan membawanya terbang pergi dari tumpukan salju.

"Zoony? Zoony!?" Saat Jilson mengeluarkan Jurus Pedang Terbang di atas tumpukan salju dengan kakinya yang menginjak di atas pedang.

Ia melihat Zoony sudah berusaha keras mengeluarkan energi Qi sejati perlindungan tubuh dan sedang berusaha memisahkan kakinya dari tumpukan salju yang terus bergerak. Namun ia tidak mengerti cara untuk mengeluarkan Jurus Pedang Terbang, bahkan tidak memiliki Jurus Meringankan Tubuh untuk menjauh dari longsor salju. Tumpukan salju di kakinya bagaikan rawa lumpur. Semakin ia berusaha, tubuhnya pun semakin cepat masuk ke dalam tumpukan salju.

Di hadapan longsor salju yang kuat ini, bahkan Master Tingkat Dewa Lanjutan saja tidak pantas untuk disebutkan. Mereka sama sekali tidak ada kemampuan untuk melawan bencana alam yang kuat ini.

Saat Zonny mulai merasa pasrah, seluruh tubuhnya mulai mendalam ke tumpukan salju, salju putih yang dingin itupun menutupinya. Saat sebuah kristal masuk ke dalam lubang hidung dan mulutnya, ia pun tak tahan muncul perasaan seperti sedang tenggelam.

Tiba-tiba Jilson terbang melewati Zoony, kakinya menginjak pedang, sambil mengulurkan tangannya kearah Zoony. Ia pun langsung menangkap tangan Zoony yang indah itu dan menariknya keluar dari tumpukan salju.

Kecepatan longsor salju semakin cepat, permukaan di bawah kaki Jilson dan Zoony terdengar suara seperti guntur yang terendam. Di hadapanmereka terdapat tumpukan salju yang terus mengalir dan meledak, salju putih yang dingin itu memercik kemana-mana bagaikan pasang air laut. Jilson pun menarik Zoony dengan keras agar ia bisa berdiri di atas pedang seperti dirinya. Ia pun merasa energi Qi sejati di tubuhnya melemah lagi. Ia pun segera mendaratkan pedang awan merah, lalu menjadikannya sebagai papan ski dan meluncur ke bawah gunung dengan mengikuti aliran tumpukan salju tersebut.

Gunung ini tidak kecil, kira-kira sekitar dua hingga tiga ribu meter dan ketebalan tumpukan salju di atas gunungnya paling sedikit ada tujuh hingga delapan meter.

Saat kaki Jilson dan Zoony menginjak pedang dan meluncur ke bawah gunung mengikuti aliran tumpukan salju. Di hadapan mereka terdengar suara gemuruh yang kencang, ada sebuah tumpukan salju yang meledak dengan cepat di depan mereka. Jilson berusaha menahan pedang yang berada di bawah kakinya dan melalui ombak besar dari tumpukan salju bersama Zoony, sehingga mereka berhasil melarikan diri dari longsor salju.

"Jilson, maaf, tingkat seni bela diriku terlalu rendah, melibatkan kalian , sehingga kalian harus datang ke gunung es untuk menolongku. Jika membawaku merepotkan dirimu, lebih baik kamu buang saja aku disini, aku tidak boleh merepotimu lagi." ujar Zoony dengan memasang wajah sedih, saat Zoony dan Jilson bersama menginjak pedang dan meluncur ke bawah gunung.

"Apa yang sedang kamu katakan? Kamu adalah keluargaku, kakak keduaku. Bagaimana mungkin aku membuangmu dirimu begitu saja?" Jilson mengerutkan dahinya, jantungnya juga berdetak mengikuti suara gemuruh dari longsor salju.

"Tapi, jika kamu membuangku, kamu ada kesempatan untuk hidup lagi. Jika kamu membawa diriku, kita beum tentu bisa keluar dari gunung es ini." ujar Zoony.

"Jika tidak terjadi kecelakaan, kita bisa keluar dari gunung es ini." ujar Jilson.

"Apakah kamu yakin? Jangan terlalu memaksa dirimu." ujar Zoony.

"Aku cukup yakin, hanya saja mengenai Fendi, aku tidak tahu dimana keberadaannya..." Jilson mengerutkan dahi, sambil menggunakan sepasang kakinya untuk mengontrol pedang di bawah kakinya dan melihat sekitar untuk mencari sosok Fendi.

“Jilson, kebetulan sekali!"

Tiba-tiba suara Fendi terdengar dari jauh sana.

Hanya terlihat Fendi yang berpakaian baju hitam Generalissimo dengan wajah licik itu. Ia juga sedang menginjak pedang dan meluncur kebawah mengikuti aliran tumpukan salju seperti Fendi. Kecepatan longsor salju semakin cepat, kecepatan mereka meluncur ke bawah juga semakin cepat. Ketika Fendi melihat Jilson yang sedang merangkul pinggang kecil Zoony meluncur ke bawah gunung, kedua mata Fendi pun dengan cepat menunjukkan tatapan yang mengerikan. Ia segera mengarahkan pistol khusus tersebut kepada Jilson. Krak, krak, terdengar suara tarikan pelatuk.

Melihat Fendi yang menembak kearah dirinya, seketika Jilson dan Zoony tercengang hingga mengeluarkan keringat dingin.

Untungnya peluru di pistol Fendi sudah habis. Ia melihat kearah Jilson dengan tatapan jahat dan menarik dua kali pelatuk lagi kepada Jilson, pistolnya pun segera mengeluarkan suara krak krak.

"Sialan, kamu sangatlah beruntung!" Fendi segera mencari peluru di tubuhnya untuk menembak Jilson.

Tetapi Jilson dan Fendi mereka biasanya hanya membawa dua klip, mereka sama sekali tidak pernah membawa klip lebih dari itu.

Setelah Fendi mencari klip peluru di tubuhnya, Jilson telah mengeluarkan satu batang jarum perak dari tubuhnya dan menyerang kearahnya.

"Dasar sampah, pergi sana!" Fendi menarik pedang keluar di atas udara dengan cepat, lalu menghalangi jarum perak tersebut dengan pedang secara ganas.

Ketika Jilson mencubit mengeluarkan sebatang jarum perak lagi dari tubuhnya dan menembak kearah Fendi, Fendi melambaikan pedangnya lagi kearah Jilson. Sebuah aura pedang dengan ganas melayangkan jarum perak yang dikeluarkan oleh Jilson dan mendatangi Jilson pada saat yang sama.

Melihat aura pedang ganas Fendi yang dilambai kearah dirinya, Jilson pun segera memiringkan pedang di bawah kakinya.

Terdengar suara aura pedang Fendi melintas sekilas di tempat Fendi dan Zoony sebelumnya dan meninggalkan jejak pedang yang cukup dalam di permukaan tanah.

"Bajingan, hari ini aku harus membunuhmu." Melihat Jilson yang menghindari serangannya, Fendi pun memusatkan energi Qi sejati di pedang yang berada di bawah kakinya dan mempercepat serangannya kearah Jilson.

Jilson juga tidak berkata dan berusaha menekan energi Qi sejati dari tubuhnya, lalu mempercepat pedang di bawah kakinya.

Kemudian Jilson terluka, setelah bertarung besar dengan Fendi, energi Qi sejati perlindungan tubuhnya pun dihancurkan oleh Fendi. Setelah ia tadi mengeluarkan Jurus Pedang Terbang lagi, energi Qi sejatinya telah terpakai cukup banyak. Di sisi lain, Fendi tidak luka berat seperti Jilson. Sebelumnya ia telah memakan satu botol Pil Dewa sehingga dalam tubuhnya masih terdapat cukup banyak energi Qi sejati.

Ketika ia memusatkan energi Qi sejati di bawah kakinya, kecepatannya pun menjadi semakin cepat, lalu perlahan-lahan mendekati Jilson. Energi Qi sejati yang digunakan oleh Jilson sudah terlalu banyak, ditambah dirinya masih membawa Zoony. Melihat jarak Fendi yang semakin dekat dengan dirinya, ia pun berkata kepada Zoony dengan pelan, “Naiklah ke punggungku."

"Baik." Kening Zoony yang berwarna putih salju itu dipenuhi dengan keringat. Ia segera naik ke belakang punggung Jilson.

"Dasar sampah, pergi mati sana!" Fendi telah mengejar hingga belakang Jilson dan melambaikan pedang kearah Jilson.

"Yak!" Zoony mengeluarkan suara teriakan.

Tiba-tiba kepala Zoony terasa pusing, Jilson di bawahnya terjatuh. Jilson yang menggendongnya terjatuh di tengah salju dan sedang meluncur ke bawah gunung mengikuti aliran longsor salju bersama dengannya.

Setelah mereka berdua berjungkir balik sepuluh kali lebih di tumpukan salju secara berturut-turut. Jilson pun langsung menangkap pedang awan merah yang berada di tengah salju, lalu memusatkan energi Qi sejatinya ke atas pedang untuk membuat pedang awan merah menarik mereka berdiri kembali.

Saat ini, Jilson sudah tidak menggunakan pedang awan merahnya sebagai papan ski yang meluncur ke bawah gunung. Ia mulai mengeluarkan Jurus Meringankan Tubuh dan berlari mengikuti kekuatan longsor salju kearah bawah gunung tanpa meninggalkan jejak di permukaan salju.

Melihat Jilson yang berlari kearah bawah gunung, Fendi menginjak gagang pedangnya, lalu sebuah pedang isdius dengan cepat muncul di tangannya. Ia juga mengikuti aliran tumpukan salju yang bergerak untuk mengejar Jilson.

Ketika jarak antar mereka semakin dekat, sebuah pedang dilambaikan kearah Jilson, Jilson pun segera memiringkan tubuhnya untuk menghindari pedangnya.

Fendi terus tidak mengalah. Ketika asal berteriak dan melambaikan pedang kearah Jilson, Jilson tiba-tiba melambaikan pedangnya dengan ganas, sehingga kedua pedang mereka saling menabrak.

“Fendi, kamu sedang memaksaku!" Di detik ini, kedua mata Jilson secara perlahan-lahan menunjukkan tatapan yang mengerikan...

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu