My Goddes - Bab 250 Wakil Manajer

Bagaimana mungkin dia tidak bisa mengenali Hesti.

Setelah tujuh hingga delapan tahun, perubahan pada penampilan Hesti tidak banyak berubah sejak dia melarikan diri dari rumah. Dia masih begitu cantik dan langsing. Hanya saja temperamennya sedikit berbeda, saat dia kabur dari rumah, wanita itu tampak masih muda, temperamennya ceria dan murni, ada semacam suasana naif dan lincah pada dirinya. Sekarang dia terlihat tenang dan menawan, di tatapannya seolah-olah memiliki masalah. Dia memakai cincin berlian di jari manis kanannya, dan Jilson dapat melihat bahwa dia sudah menikah. Pada waktu itu, Nona kedua dari keluarga Wang, yang ceria dan lincah, kini telah menjadi seorang istri, dari seorang gadis yang naif dan lincah menjadi seorang wanita muda yang matang dan stabil.

“Perusahaanku persis di depan perusahaanmu, kemarin aku tidak sengaja melihatmu.” Melihat tatapan mata Jilson yang berubah, Hesti menyunggingkan senyuman di wajahnya.

Dia merasa lega, ternyata dia masih ingat denganku.

Sebelum Jilson meninggalkan rumah, banyak anggota keluarga Lee memperlakukannya dengan tidak baik, sebaliknya, Hesti yang hanya orang luar berbuat baik padanya, dia selalu iseng menggodanya kala dia bersedih dan sering mengobrol dengannya.

Hesti tiga tahun lebih tua darinya, jadi dia menghormati kakaknya ini dengan tulus.

Orang yang bersatu kembali, adalah seorang dermawan. Jilson merasakan keakraban yang tidak dapat diungkapkan dalam hati saat ia baru melihat Hesti. Sekarang dia mendirikan perusahaan teanokobe di China, dia memiliki dana kegiatan sebesar 216 triliun rupiah, kekuatan finansialnya sudah sebanding dengan orang terkaya kelima di China, dan kekuatannya lebih dari sebagian dari dewa emas.

Ada dendam harus dibalas, dan ada budi yang harus dibalas. Kemunculan Hesti yang tiba-tiba membuat hatinya terguncang. Dia mengamati Hesti selama puluhan detik, dia berpikir sejenak lalu berkata kepada hesti, “Kak Hesti, mari aku traktir makan?

“Kamu traktir aku makan?” Hesti menunjukkan ekspresi aneh di wajah. Setelah beberapa detik, Hesti kembali menyunggingkan senyuman aneh dari wajahnya lagi, “Oke ...”

“Hm.” Mulut Jilson terangkat, dia menatap Hesti sambil mengangguk dengan keras.

Di depan Hesti, dia seolah-olah kembali ke tujuh atau delapan tahun yang lalu. Dia masih seorang tuan muda ketiga yang sering ditindas oleh anggota keluarga Lee, seorang anak kecil berusia 18 tahun.

Perusahaan teanokobe dari Jilson adalah kawasan bisnis paling terkenal di kota Kimraden, beberapa gedung perkantoran yang terpisah dari perusahaan teanokobe-nya adalah konsorsium keluarga Wei, perusahaan terbesar di kota Kimraden. Di sebelah Konsorsium Keluarga Wei adalah Konsorsium Keluarga Qian. Di dekatnya terdapat Konsorsium Keluarga Wang dari ibunya Hesti, masih ada konsorsium ke lima dan keenam di China. Hesti didukung oleh kedua pihak keluarga yaitu keluarga Wang dan keluarga Lee, dia mendirikan perusahaan teanokobe miliknya sendiri, sehingga ia dijuluki sebagai Wanita Besi di dunia bisnis. Jilson dan Hesti bertemu secara kebetulan, dan gedung kantor mereka berdua berseberangan, bisa di bilang itu adalah kebetulan atau pun tidak.

Dengan total ada empat orang saat makan siang, Hesti, Jilson, Turmalin dan Rini, asisten pribadi Hesti. Rini dan Hesti sudah pernah bertemu dengan Jilson dan mengetahui beberapa cerita tentang Jilson. Saat makan, Rini diam-diam melirik Jilson untuk mengintip wajah polos sang pemuda ini.

Dia melihat bahwa Hesti memiliki perasaan yang istimewa untuk Jilson, bukan teman atau adik laki-laki, seperti sepasang pria dan wanita yang bersedih karena melewatkan pernikahan.

Hesti juga terus melirik gadis kecil nan cantik di sebelah Jilson, dia bingung untuk sesaat sebelum akhirnya dia perlahan-lahan menghela nafas di dalam hati.

Sudahlah, aku sudah menjadi kakak ipar Jilson, dan Jilson juga sudah punya pacar, karena kami tidak ditakdirkan bersama, untuk itu tidak seharusnya aku mengingat kembali soal tahun lalu.

Kemudian dia menghentikan pisau dan garpu yang dipegangnya, Hesti memandang Jilson dengan mata sendu, ia berkata, “Jilson, aku sudah menikah, orang yang aku nikahi adalah Raymond, kakak terbesar di keluarga Lee kalian, aku sekarang sudah menjadi kakak iparmu.”

Setelah mendengar kata-kata Hesti, pisau dan garpu yang ada di tangan Jilson juga berhenti. Dia spontan mengangkat kepalanya dan tercengang menatap Hesti. Di dalam lubuk hatinya merasa terkejut, dia tidak memiliki banyak perasaan untuk Hesti, dia hanya menganggapnya sebagai saudara perempuan yang paling dihormati. Dia sudah melihat bahwa Hesti sudah menikah. Ketika dia melihat cincin berlian di jari manis Hesti, perasaannya sedikit terkejut. Dia merasa bahwa waktu berlalu terlalu cepat. Gadis yang selalu datang ke rumahnya untuk bermain sudah menjadi istri orang lain. Dan tidak disangka-sangka ternyata dia menikahi kakak terbesarnya.

Jika Hesti menikah dengan orang lain, dia tahu bahwa orang itu adalah pria yang sempurna, maka dia pasti akan mendoakan Hesti. Tapi kakak laki-lakinya adalah orang tidak berguna yang selalu menganggap dirinya benar.

Ayahnya tidak menuruti keinginan Tuan Besar dan berubah dari anak yang paling disukai di keluarga Lee menjadi anak yang paling tidak dihormati, kalau tidak sekarang ayahnya pasti menjadi tuan rumah, dan pamannya sama sekali bukan apa-apa, sedangkan kakak terbesarnya bahkan tidak berhak untuk menjadi Tuan muda Raymond di keluarga Lee.

Berpikir bahwa keluarga paman terbesarnya mendapatkan kekuasaan di keluarga Lee, gadis yang begitu baik seperti Hesti malah menikahi kakak terbesarnya, tangannya yang sedang memegang pisau dan garpu berangsur-angsur gemetar.

Dia masih menyukaiku.

Hesti senang melihat Jilson yang seperti ini, tetapi ia bertambah sedih. Senang, karena di dalam lubuk hati Jilson masih ada dia. Sedih, karena dia dan Jilson tidak punya kesempatan.

“Anak kami juga sudah lima tahun.” Ucap hesti pilu.

“Itu merupakan hal yang baik untuk hidup bersama selama empat generasi. Aku akan memberi ucapan selamat kepada kakek.” Jilson memendam rasa tidak nyaman di hatinya, dia mendongak dan melihat Hesti lalu tersenyum.

“Apakah kamu baik-baik saja beberapa tahun ini? Aku dengar kamu pergi ke luar negeri, kapan kamu kembali?” tanya hesti.

“Tiga bulan yang lalu.” Sahut jilson.

“Kenapa tidak kembali ke rumah keluarga Lee?” Tanya Hesti.

“Aku belum menjadi siapa-siapa, mana berani aku kembali ke rumah?” Jilson menyalakan sebatang rokok dan tersenyum pahit.

“Hm...” Hesti hanya menundukkan kepala.

Di tengah restoran itu menjadi hening untuk sementara waktu, hanya turmalin yang makan dengan santai.

Sudah delapan tahun tidak bertemu, Hesti merasa bahwa Jilson menjadi sedikit asing, dia jadi lebih dewasa dan stabil daripada sebelumnya, anak lelaki itu diam dan jarang berbicara saat berada di rumah keluarga Lee. Sekarang dia semakin diam. Tapi dari awal Jilson adalah orang yang seperti itu, dia tidak terlalu suka mengobrol dengan orang-orang, dia hanya berbicara sedikit lebih banyak saat melakukan bisnis.

Dia hanya peduli dengan seseorang secara diam-diam di dalam hatinya, dia tidak pandai mengungkapkan kata-katanya kepada seseorang.

Jilson tidak berbicara, Hesti pun tidak tahu harus berkata apa. Ada sedikit pembicaraan dingin di antara keduanya.

Melihat pria dewasa di depannya sebentar, Hesti berpikir, pasti dia bekerja terlalu keras, sekarang keluarga Lee telah membagi harta keluarga kepada setiap anak menjadi sekitar 20 triliun rupiah, hanya dia yang tidak punya apa-apa, dibandingkan dengan anak-anak lain di keluarga Lee, Dia pasti lebih rendah hatinya, ini bukan salahnya jika dia tidak suka berbicara.

Setelah memikirkannya, Hesti mengeluarkan kartu dari tubuhnya dan diletakkan di depan Jilson. “Sudah lama tidak bertemu. Kakak sudah melewatkan banyak ulang tahunmu beberapa tahun ini. di dalam sini ada 20 miliar rupiah, anggap saja ini hadiah pertemuan dari kakak, PIN-nya adalah tanggal lahirmu, belanjakan apa saja yang kamu suka.”

“Kakak, sepertinya hadiah pertemuan ini terlalu banyak, bukan?” Jilson tidak menyangka Hesti akan tiba-tiba memberi uang kepadanya. Dia menatap bengong kartu di depannya.

Selain orang tuanya di keluaga Li yang mengingat hari ulang tahunnya, hanya kakaknya dari keluarga Wang ini. Sejak dia pergi ke luar negeri, dia tidak pernah merayakan ulang tahunnya lagi selama beberapa tahun ini, dia sudah hampir lupa hari ulang tahunnya sendiri.

Melihat kakaknya masih ingat dengan hari ulang tahunnya, dia merasa terharu.

“Terima kasih Kak Hesti.” 20 miliar rupiah tidak banyak, dia menatap kak Hesti selama beberapa detik kemudian dengan segera ia menerima kebaikan hati dari Hesti.

Dia juga ingat kapan hari ulang tahun Hesti, bulan depan Hesti berulang tahun. Tunggu di saat Hesti merayakan ulang tahunnya di bulan depan, ia pasti akan memberikan hadiah ulang tahun yang lebih baik kepada Hesti.

“Hm, ini baru adikku yang baik.” Hesti tersenyum.

Setelah memikirkannya, Hesti bertanya lagi, “kamu mungkin tidak terlalu senang bekerja di perusahaanmu, kan?”

“Lumayan kok.” Jilson tidak mengerti apa maksud dari Hesti.

Kamu adalah tuan muda ketiga dari keluarga Lee, properti keluargamu adalah kesepuluh di China, tetapi sekarang kamu malah terpaksa bekerja untuk diri sendiri, melakukan pekerjaan semacam menjaga perasaan orang lain, apa bisa mendapatkan kesenangan dari itu?” ucap Hesti.

“Hm, untuk melakukan bisnis jasa semacam kami, kami benar-benar harus menjaga perasaan orang lain. Tetapi tidak ada cara lain, Tamu adalah Raja, kami akan selalu mengutamakan sikap pelayanan, bahkan jika kami menghasilkan lebih banyak uang, kami harus selalu menganggap tamu sebagai yang pertama.” Kata Jilson.

“Datanglah ke perusahaanku untuk bekerja besok. Aku kekurangan satu wakil manajer di departemen penjualan. Aku akan memberimu 40 miliar rupiah gaji tahunan, biasakan dan belajar dulu di luar negeri untuk jangka waktu tertentu, setelah kembali aku akan mengangkatmu jadi manajer penjualan, jangan jadi satpam lagi.” ucap Hesti.

Ada yang salah!

Mendengar perkataan Hesti, Jilson merasa inti dari perbincangan mereka mulai tidak benar.

Kemudian dia menunduk dan melihat seragam satpam yang ia kenakan, lalu melirik ke seragam satpam yang Turmalin kenakan di tubuhnya, saat itu dia baru tersadar bahwa dirinya telah dianggap oleh Hesti sebagai satpam.

Dia memang seorang satpam, dia juga tidak berpikir ada yang salah dengan status satpam, Turmalin datang ke perusahaannya untuk bermain dengannya, dan dia juga mengenakan seragam satpam.

Hanya saja, dia adalah Bos perusahaan teanokobe bagaimana mungkin dia bekerja di perusahaan Hesti?

Dia sudah mengerti bahwa Hesti telah salah paham karena melihatnya mengenakan pakaian seragam, Hesti pasti beranggapan bahwa dia belum menjadi orang yang berguna di luar negeri beberapa tahun ini. hingga saat ini ia bersimpati padanya dan sengaja menggunakan alasan hadiah ulang tahunnya untuk memberinya 20 miliar rupiah adalah untuk menjaganya, dan sengaja mengatur pekerjaan untuknya.

Dia tidak bisa menahan untuk batuk karena tersedak oleh rokok kemudian dia berkata kepada Hesti, “Kak Hesti, kamu salah paham, memang benar aku seorang satpam, tapi aku adalah...”

“Begitu saja, besok kamu mulai bekerja di perusahaanku.” Hesti tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan, ia langsung berdiri dan berjalan keluar, Rini sang asisten pribadinya segera pergi ke kasir untuk membayar dengan menggesek kartu.

Hesti sudah menebak bahwa kompleks inferioritas Jilson lebih kuat. Jika dia mengatur agar Jilson bekerja di perusahaannya, Jilson pasti akan menolaknya.

Jadi dia tidak memberi Jilson kesempatan untuk menolak.

“Kak Rini, siapa pria ini? mengapa gak sopan sekali merokok di dalam restoran?” Ketika Rini melakukan pembayaran, gadis di kasir menyatakan ketidakpuasannya.

“Dia adalah kerabat Kak Hesti, belum terbiasa dengan restoran berkelas.” Rini berkata kepada gadis di kasir.

“Oh, ternyata kerabat Kak Hesti...” Gadis itu memandang Jilso dengan penuh hina.

Mendapati dirinya dikasihani lagi, wajah Jilson tampak tidak berdaya. Ketika Hesti dan Rini meninggalkan restoran, turmalin akhirnya selesai menyantap makanan di depannya, sekelompok besar pengawal Ouchi yang diam-diam melindunginya dengan bersembunyi di dekatnya segera berlari menghampirinya, ada yang memegang air jernih serta ada yang memegang sapu tangan kuning, lalu berdiri dengan hormat di depan turmalin.

Turmalin menyeka sudut mulutnya dengan sapu tangan, dan pengawal Ouchi di depannya segera mundur ke belakang. Lalu pengawal Ouchi lain berjalan ke hadapannya dengan membawakan air jernih. Dia mengambil air jernih dan membasuh mulutnya sebelum mengambil sapu tangan kuning yang baru untuk mengelap ujung bibirnya. “Kak Jilson, besok kamu akan bekerja di tempat kakak ipar, kan?

“Aku tidak tahu...” Jilson tampak tidak berdaya.

“Pergilah, lagipula dia adalah orang yang kakak hormati, kakak pasti tidak enak hati menolak kebaikannya.” Turmalin tersenyum.

Saat Jilson dan Turmalin mengenakan seragam satpam, mereka membawa sekelompok besar pengawal Ouchi yang mengenakan jas dan sepatu kulit berjalan keluar dari restoran, lalu gadis penjaga kasir yang melihatnya seketika menjadi bengong.

Restoran Barat yang semula penuh sesak, kini jadi sepi.

Kedua orang ini, siapa mereka yang sebenarnya.....

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu