Love And Pain, Me And Her - Bab 6 Memenangkan Pertarungan Pertama

Baru saja aku ingin melanjutkan perkataanku, Manager Prapto sudah keburu berdiri dan tidak sabar untuk berbicara.

“Kami sudah punya distributor buah-buahan sendiri, kami tidak butuh semangkamu. Silakan pergi tanya ke perusahaan lain…”

Manager Prapto tidak sungkan-sungkan memerintahkan tamunya untuk pergi. Ditambah lagi ekspresi wajahnya terlihat memandang rendah, aku pun dengan canggung sempat berpikir untuk pergi. Tapi aku tidak bisa pergi, ini adalah orderan pertama mana mungkin aku bisa menyerah, kalau sekarang menyerah maka kedepannya akan semakin sulit.

Lalu aku juga berdiri, dan bergegas menjelaskan padanya.

“ Manager Prapto, aku hanya meminta waktumu beberapa menit saja, tolong dengarkan penjelasanku tentang semangka kami…”

Jelas terlihat kalau Manager Prapto sudah tidak ingin mendengarkanku bicara, hidungnya mendongak ke atas, kemudian berdeham dingin, dan berkata dengan nada mencemooh, “apa yang spesial dari semangka milikmu, bentuknya kotak?”

Aku juga tidak mempedulikan cemoohannya. Aku buru-buru mengeluarkan dua buah sample dari dalam tas sambil berbicara.

“Semangka kami memang bukan yang kotak. Tapi dia ini punya kelebihan tersendiri, selain rasanya manis dan segar, kelebihannya yang paling utama adalah ketika dimakan bisa menghemat waktu dan tenaga, bersih dan higienis pula….”

Sambil berbicara aku menyodorkan kotak berisi semangka ke hadapan Manager Prapto. Meskipun dia kelihatannya sudah tidak sabaran, tapi dia masih menerima kotak itu.

Aku tidak berani bicara yang lain, kotak semangka punyaku ini desainnya enak dipandang. Potongan buah semangka yang merah dan dingin, ditambah lagi logo yang baru dibuat kemarin. Meskipun hanya sekotak semangka yang biasa, tapi kalau dibandingkan dengan semangka biasa pada umumnya otomatis terlihat lebih bernilai.

Kemudian Manager Prapto membuka kotak itu. Di bagian dalam kotak ada 3 buah tusuk gigi, dan sebuah kantong kecil yang tipis. Ini gunanya untuk membuang biji semangka. Sebenarnya semangka kami bijinya tidak banyak, karena pada saat dipotong kami sebisa mungkin sekalian membuang biji-bijinya.

Aku menjelaskan dari samping ketika Manager Prapto sedang memperhatikan semangka itu.

“ Manager Prapto, mungkin saja rasa semangka kami dengan semangka lainnya tidak begitu berbeda. Akan tetapi kami fokus pada desainnya. Jangan kamu memandang remeh kemasan dan desainnya. Desain ini sengaja kami buat untuk kalian para elite desain….”

Apapun dikatakan supaya bisa meyakinkan calon pelanggan. Sebuah departemen purchasing yang biasa-biasa saja, aku sanjung seperti bos besar. Dan tentu saja, ekspresi wajah Manager Prapto mulai melunak.

Dia melihat keseluruhan desain kotak, kemudian bergumam.

“Cukup menarik juga…”

Lalu aku terus berbicara.

“biasanya kamu sekalian yang bekerja di perusahaan besar pastilah sangat sibuk. Dukungan logistik pastilah sangat penting. Anggap saja misalnya distributor buah kamu mengirimkan kesini semangka yang sudah dipotong. Tapi tetap saja kalau harus mengurusi kulit buah kan repot. Nah, inilah letak perbedaannya dengan kami, masalah-masalah ini sudah kami selesaikan duluan, dengan begitu orang-orang bisa menghemat waktu dan bisa mengerjakan hal yang lain. kamu pun bisa lebih bersemangat dan fokus mengerjakan hal yang lain. Apalagi pekerjaanmu kan sebagai purchasing, yang notabene adalah kunci pertahanan perusahaan….”

Sebuah sanjungan yang sangat solid membuat Manager Prapto termakan ucapanku. Dia mengambil tusuk gigi kemudian mengambil sepotong semangka dan dimasukkan ke dalam mulut, sambil makan sambil bicara.

“Ah! Tak disangka kamu si penjual semangka ini bisa mengerti kerja keras kami bagian Purchasing. Banyak orang yang bilang kalau bagian Purchasing ini kerjaannya ringan, sebenarnya mereka mana tahu kalau kami ini yang paling lelah. Coba kamu jelaskan, perusahaan sebesar ini mulai dari peralatan kantor, sampai urusan makan dan toilet pun urusan kami kan? sebenarnya masih ada lagi orang yang yang bilang kalau bagian Purchasing harusnya tidak berdiri sendiri sebagai sebuah departemen, dan ingin menghilangkan bagian ini, kelihatannya orang-orang itu tidak mengerti cara menjalankan sebuah perusahaan….”

Sambil bicara, dia mengambil sepotong semangka lagi.

Kelihatannya Manager Prapto tidak terlalu dipandang di perusahaan ini. Jadi dia punya banyak komplain, dan sanjunganku tadi bisa menyentuh hatinya.

Aku bersorak dalam hati, aku tahu kalau progressnya sudah mencapai 80-90%. Setelah dia memakan beberapa potong semangka, akhirnya dia mulai bertanya padaku.

“Mas Gie, semangkamu ini lumayan, tapi harganya berapa?”

“Kotak yang besar 10 rebu, yang kecil 7 rebu aja bos. Kalau pesan banyak maka akan aku berikan diskon…”

Sebelumnya aku berencana menjual 8 ribu untuk yang besar dan yang kecil 5 ribu. Tapi kelihatannya urusan ini sudah mau beres, jadi sekalian saja aku naikkan harganya. Dengan begini juga bisa memberikan ruang untuk negosiasi harga dengannya.

Yang tidak aku sangka adalah Manager Prapto melambaikan tangannya sambil mengelap mulut.

“Bisnis kalian ini untungnya kecil jadi aku pun tidak tawar harga lagi. Kirimkan kemari masing-masing 50 kotak yang besar dan kecil. Sebelum jam 12 sudah harus sampai, supaya para karyawan bisa mencobanya sehabis makan siang, kalau responnya bagus, maka aku akan memesan semangkamu….”

Sikap Manager Prapto yang besar hati membuatku gembira. Aku mengangguk-anggukkan kepala, kemudian setelah berbasa-basi sebentar, aku pun bersiap untuk pulang. Tiba-tiba Manager Prapto memandang ke sekeliling untuk memastikan tidak ada orang lain. Dia merendahkan suaranya, “Mas Gie, beberapa hari lagi ibu mertuaku akan datang ke rumah. Dia suka sekali makan semangka, sekalian antar beberapa kotak untukku ya…”

Meskipun aku dengan senang hati menyanggupinya, tapi aku mengejek dalam hati. Orang macam Manager Prapto ini tipe orang yang tidak mau melepaskan kesempatan kecil sekalipun, padahal hanya beberapa kotak semangka yang harganya murah pun dia masih mau. Jelas saja dia tidak dihargai di perusahaan ini.

Orderan pertama laku 100 kotak, aku sangat gembira karenanya. Ketika berjalan keluar, hujan sudah reda. Pancaran sinar matahari yang cerah sama seperti menggambarkan suasana hatiku.

Tepat ketika aku berjalan pulang dan ingin memberitahu kabar gembira ini pada bang Sutikno, tiba-tiba ada seorang gadis yang memanggil dari belakang, “Hey, tunggu dulu….”

Responku adalah menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis yang menatapku sambil tersenyum. Belum sempat aku berbicara, dia sudah memiringkan kepalanya dan memberikan tatapan menggoda, dan bertanya padaku, “Bagaimana penjualan semangkamu? Jangan-jangan sekotak pun tidak laku ya?”

Aku pun tertawa.

Gadis ini adalah asisten wanita cantik yang bersepatu hak tinggi. Ketika kemarin bertaruh dia juga ada disana. Aku tidak menjawab pertanyaannya, melainkan aku memandang ke belakangnya.

Disamping mobil Lexus LS460 warna merah marun itu berdiri seorang wanita yang bergaun hitam panjang. Ada ikat pinggang putih yang melingkari pinggangnya yang ramping. Paduan warna putih dan hitam memberikan kesan elegan dan misterius. Dia juga kebetulan menatap diriku, tapi ekspresi wajahnya datar.

Disaat kami berdua beradu pandang, aku teringat mimpi semalam. Aku bermimpi dia sepertinya memakai rok hitam panjang dan bersandar mesra di dalam pelukanku.

“Hey, kenapa diam saja?”

Sang asisten bertanya padaku sekali lagi.

Aku melirik asisten itu, dan menjawabnya sambil tersenyum simpul.

“Namaku Ugie, bukan ‘Hey’….”

Sambil berkata aku berjalan ke arah wanita bersepatu hak tinggi. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin menggodanya.

Wanita cantik bersepatu hak tinggi itu jelas tidak menyangka kalau aku menghampirinya. Begitu sampai di hadapannya, dia langsung menengok ke samping, dan mengerutkan kening. Kelihatannya dia masih benci padaku. sebenarnya tidak ingin melihatku.

Semakin dia seperti itu, aku malah makin ingin menggodanya.

“ Presdir Mirani, tidak disangka kita bertemu lagi….”

Wanita cantik itu melirikku dengan datar, wajahnya tetap tidak ada ekspresi.

Terkadang aku pun mengagumi keajaiban Sang Pencipta, melihat wanita yang begitu cantik tapi tanpa ekspresi seperti melihat sebuah keindahan tersendiri.

“Apakah kamu tidak merasa kita ini berjodoh?”

Aku sengaja bersikap sinis dan berkata sambil tertawa.

Wanita cantik itu juga tertawa, tapi tawanya dingin.

“Jual saja dulu semangkamu baru kita bicarakan lagi soal jodoh…”

Begitu dia selesai berkata, dia berbalik hendak naik ke mobil. Aku buru-buru melangkah kedepan dan menghalanginya, lalu bertanya, “Semangkaku pasti tidak ada masalah! Tapi aku ingin tanya, apakah taruhan kita masih berlaku?”

Wanita cantik bersepatu hak tinggi itu melirikku, bibir merahnya bergerak mengucapkan dua kata.

“Tentu saja!”

Timbul niatan untuk mencium bibir merahnya dengan paksa. Tentu saja, itu hanya pikiran saja, mana mungkin aku berani berbuat seperti itu.

“Ada sebuah rahasia yang ingin kuberitahukan padamu…”

Ketika mendengar perkataanku, wanita cantik itu langsung menggelengkan kepala, dan tetap berbicara dengan nada dingin.

“Lebih baik kamu beritahu orang lain saja, aku tidak berminat…”

Tatapannya yang dingin seperti menolak orang dari jarak ribuan mil. Tapi semakin dia seperti itu, aku malah semakin penasaran ingin mendekatinya.

“Rahasiaku ini ada hubungannya denganmu….”

Begitu mendengar ada hubungannya dengannya, wanita itu langsung menatapku dengan tatapan curiga. Sedingin apapun, dia tetap saja wanita. Dan wanita manapun pasti punya rasa penasaran.

Melihat dia diam saja, aku pun melangkah maju pelan-pelan. Aroma parfumnya yang anggun langsung tercium oleh hidungku.

Aku menundukkan kepala dan mendekat ke telinganya, berkata dengan pelan.

“Semalam aku memimpikan dirimu, dan memeluk dirimu pula. Dan di dalam mimpi itu sikapmu tidak dingin….”

Wanita cantik itu tidak menyangka kalau inilah rahasiaku. Wajahnya memerah, sepasang bola matanya yang indah menatapku. Ada sekelebat rasa marah dalam tatapannya. Setelah beberapa saat, barulah dia mengeluarkan dua kata,

“Dasar sampah….”

Ini adalah ketiga kalinya dia mengatakan kalau aku adalah sampah.

Aku tidak peduli, malah tertawa lebar, aku berbalik sambil berkata.

“ Presdir Mirani, kemungkinan kamu akan kalah pada seorang sampah dalam taruhan kali ini. Kita akan bertemu tiga hari lagi…”

Aku tidak bisa melihat ekspresinya, tapi pasti wajahnya penuh dengan emosi.

Ini adalah pertama kalinya aku mengalami hari baik setelah putus dengan Raisa.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu