Love And Pain, Me And Her - Bab 82 Saling Menentang

“Mengatakannya dengan mudah, ide ini telah dibahas berkali-kali di dalam KIMFAR. Begitu banyak orang berusaha memikirkannya, juga belum menemukan ide yang baik. Aku tidak percaya sama kamu tidur selama sebulan di atas gunung, lalu kamu bisa menemukan solusi yang baik.”

Rehan sama sekali tidak segan, langsung menentangku. Tetapi aku benar-benar tidak punya rencana saat ini, jadi sama sekali tidak dapat membantahnya.

Suasana di atas meja makan langsung menjadi canggung.

Isyana meletakkan sumpitnya, dan mengambil serbet menyeka mulutnya dengan lembut. Dia menatap Rehan, dan tersenyum berkata, “Jadi menurut Direktur Bastar, kali ini aku dan Presdir Bong Casa menyuruh mereka beberapa orang datang ke sini untuk melakukan perencanaan, adalah keputusan yang salah?”

Tidak ada orang yang terduga Isyana akan menentang Rehan, bahkan aku juga terkejut. Dalam kesanku, Isyana bukanlah tipe orang yang mau berdebat dengan orang lain, tetapi hari ini dia malah bersikap aneh, menentang Rehan.

Dan kata-kata Isyana sangat artistik. Dia juga menarik Bong Casa ke sisinya. Karena Rehan dapat membantah Isyana, bagaimanapun, mereka berdua bukan dalam satu perusahaan. Tapi dia tidak bisa membantah Bong Casa. Sebenarnya, aku tahu kali ini kami datang ke gunung untuk membuat perencanaan tidak ada hubungannya dengan Bong Casa, itu adalah keputusan Isyana sendiri.

Sangat jelas Rehan juga terkejut. Jabatannya di KIMFAR hanya di bawah Presdir Bong Casa. Dia juga tidak terduga, Isyana akan langsung menentangnya, dia segera tersenyum menggelengkan kepalanya,

“Presdir Mirani sepertinya salah paham! Maksudku, mereka seharusnya mengubah pikiran mereka, jangan terus menjalani jalan buntu ini.”

Kata-kata Rehan akhirnya mengatasi rasa segan, Isyana hanya tersenyum dan tidak berkata lagi.

Setelah mengobrol beberapa kata, Isyana bertanya pada Lulu, “Lulu, aku melihat kalian menaruh banyak kosmetik yang diproduksi dalam negeri di ruang tamu, apakah kamu yang membelinya?”

Lulu menggelengkan kepalanya, dan menunjuk ke arahku, "Dia yang membelinya!"

Isyana mengangguk, lalu menatapku dan bertanya dengan lembut, “Apakah kamu ingin membandingkannya? Tetapi mengapa semuanya merek dalam negeri, bukan membeli yang luar negri?”

Begitu Isyana selesai berkata, Bong Casa tertawa terbahak-bahak menatap Isyana, dan berkata sambil bercanda,

“Presdir Mirani, apakah kamu benar-benar menyangka saat ini adalah desa global? Bagaimana mungkin ada kosmetik obat herbal dalam negeri di luar negeri?”

Isyana tersenyum malu, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Sepertinya aku tidak bisa membuat perencanaan lagi, otakku sangat kacau.”

Mereka mengobrol santai, tapi otakku tiba-tiba terasa hangat. Aku membuka lebar mataku, berbalik dan menarik pergelangan tangan Isyana, dan bertanya padanya dengan tergesa-gesa,

“Isyana, pertanyaan apa yang baru saja kamu tanyakan?”

Isyana terkejut. Dia menatapku dengan tatapan kosong, tidak tahu apa yang terjadi padaku. Tetapi dia menjawab, “Aku bertanya mengapa tidak membeli produk merek luar negri!”

Aku mendengarnya, mengguncang lengan Isyana dengan kuat, kalau bukan karena ada banyak orang di sini, aku benar-benar ingin memeluknya, aku terlalu semangat. Aku segera berdiri, dan berjalan menuju ruang tamu tanpa melihat ke belakang, dan pada saat yang sama, aku berkata pada sekelompok orang yang tercengang di ruang makan, “Kalian makan dulu, jangan pedulikan aku.”

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu