Love And Pain, Me And Her - Bab 400 Maaf Merepotkan

Setelah Papang Yan selesai berbicara, Viali melirik ke arahku dan berkata,”Luar biasa, kesempatan seperti ini sangat langka! Lebih baik pergi ke tempat Tuan Pan dari pada menjaga studio kecil ini.”

Meskipun nada Viali dingin. Tapi aku bisa merasakan, dia mengatakan ini padaku karena ia khawatir, makanya ia mengatakannya padaku.

Aku terdiam sejenak, menggelengkan kepala dan sambil tersenyum berkata,”Aku masih harus berterima kasih kepada Tuan Yan atas apresiasinya. Tapi aku terbiasa menjadi orang biasa, aku puas bisa bertahan hidup di sebuah studio kecil. Aku tidak memikirkannya yang lain-lain, dan tidak berniat untuk memikirkannya.”

Begitu aku selesai berbicara, Papang Yan belum mengatakan apa-apa. Viali segera melanjutkan, “Tidak ada ambisi sama sekali!”

Nada suara Viali mengatakan kata-kata ini tidak bisa lagi di anggap dengan ekspresi yang dingin. Dia benar-benar menghina.

Aku tersenyum dan berkata,”Ya, aku benar-benar orang yang tidak berambisi. Tetapi lebih baik dari pada menjadi budak untuk bekerja, bukan?"

Papang Yan takut kami akan bertengkar. Dia dengan cepat menyela kami, dia menatapku dan berkata,”Tuan Ugie , jangan terburu-buru untuk menolakku. Jika suatu hari sudah kepikiran untuk mengubah jalan hidupmu. Tempatku adalah tempat yang baik untukmu."

Aku tidak mengatakan apa-apa, aku tidak tertarik dengan tawaran Papang Yan.

Viali melihat arlojinya, dia berdiri dan berkata,”Baiklah, sudah sampai waktunya. Aku akan pergi melihat proyek di pegunungan. Jika ada kesempatan kita bicarakan lagi."

Papang Yan juga ikut berdiri. Aku mengantar mereka keluar pintu.

Baru saja tiba di pintu, tidak menunggu untuk melambaikan tangan. Papang Yan tiba-tiba sambil tersenyum berkata,”Tuan Ugie , mengapa aku selalu muncul satu perasaan bahwa kita akan bekerja sama suatu hari nanti?"

Aku tersenyum ringan ala kadarnya,”Semoga saja!"

Viali tidak mengatakan sepatah kata pun padaku. Dia menatapku dan berbalik untuk naik mobil.

Berbalik dan memasuki pintu, Armori berdiri di posisi kerjanya, menatapku dan bertanya,”Luar biasa, siapa wanita itu tadi? Dia berbicara suaranya sangat keras.”

Armori terdiam, dan bahkan dia tidak terima dengan kata-kata yang baru saja di katakan oleh Viali, ini menunjukkan betapa menjengkelkan kata-kata yang di keluarkan Viali.

Aku tersenyum dan memberi tahunya,”Kakak sepupu, CEO sebuah perusahaan investasi di Beijing"

"Pantas saja!"

Setelah Armori bergumam, dia duduk dan melanjutkan kerjanya.

Cuaca tahun ini tampaknya agak tidak normal, pagi masih cerah, sore tiba-tiba mendung. Aku awalnya ingin mencari dokumen di komputer, tetapi tiba-tiba dari luar terdengar suara guntur, yang sangat mengejutkanku.

Aku berjalan ke depan jendela dan melihat awan gelap, dan takut akan hujan lebat. Melihat, tiba-tiba ada sebuah pesan masuk ke ponsel. Pada saat aku melihatnya, rupanya adalah peringatan kuning. Dikatakan bahwa akan ada hujan badai lebat dari petang ini hingga besok. Departemen terkait harus diingatkan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dalam pencegahan banjir. Pada saat yang sama, itu juga mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan keselamatan pada saat badai.

Meskipun baru menunjukkan jam tiga lewat, setelah membaca pemberitahuan dan pada saat itu juga ia berjalan keluar area kantor. Begitu aku keluar, aku melihat Armori dan beberapa orang juga penasaran lalu melihat keluar melalui jendela. Ini adalah pertama kalinya cuaca ekstrim dengan awan yang gelap.

Setelah beberapa orang melihat aku keluar dan baru ingin kembali ke tempat kerja untuk melanjutkan pekerjaan, aku langsung berkata, ”Perhatian, mari kita istirahat lebih awal hari ini. Ayo cepat pulang, kalau tidak, badai hujan akan segera datang, dan tidak akan mendapatkan taksi.”

Begitu aku selesai berbicara, orang-orang segera berberes-beres. Dalam waktu kurang dari dua menit, dalam ruangan hanya tersisa aku sendiri.

Setelah menutup pintu dan jendela, aku mengirim pesan ke An ran, menyuruhnya pulang lebih awal. Cuaca hari ini terlalu buruk. Anran dengan cepat membalasku, dan pada saat yang sama dia membalasku dengan beberapa kata.

Sepanjang malam ini, langit dipenuhi guntur dan kilat, hujan lebat. Setelah aku selesai membaca dokumen baru terasa sedikit lapar. Saat aku melihat jam, sudah hampir jam sepuluh.

Masak semangkuk mie, sambil makan, sambil dengan bosan membalik-balikkan berita di ponsel. Pada saat sedang membaca berita, ponsel tiba-tiba berdering. Melihat nomor itu, adalah nomor Beijing yang asing. Aku pikir itu ingin menawarkan sejenis asuransi, awalnya tidak ingin mengangkatnya, tetapi telepon berdering tidak berhenti.

Aku harus mengangkatnya. Begitu telepon itu terhubung, ada suara cemas seorang wanita, ”Halo, Tuan Ugie . Aku asisten Tuan Viali, Medith . Apakah kamu masih ingat denganku?”

Aku sangat mengingatnya, berbicara dengannya pun bukan hanya sekali atau dua kali. Setelah aku mendengar suaranya yang cemas, aku langsung bertanya,”Tentu saja aku ingat, mengapa aku menelepon begitu malam, ada apa?"

Mendengar Medith yang masih cemas untuk mengatakan,”Begini, Tuan Ugie . Pada sore hari, Tuan Viali kami pergi ke pangkalan pertanian buah dan sayur di pinggiran kota. Tapi sampai sekarang dia belum pulang, aku menelponnya. Tapi teleponnya mati. Aku menelpon orang yang bertanggung jawab atas pangkalan dan mengatakan bahwa Viali telah lama pergi. Tetapi aku tidak dapat menghubungi Tuan Viali, aku sedikit khawatir. Awalnya aku ingin untuk menelpon sepupu Tuan Viali, tetapi ketika kami datang, sepupu Tuan Viali mengatakan bahwa jika ada sesuatu dalam hidup ini, aku di suruh langsung menghubungimu.”

Meskipun gadis kecil itu masih dalam keadaan gelisah, dia masih berbicara dengan teratur.

Namun, kata-katanya juga membuatku terkejut, di luar ini sedang ada guntur dan kilat, Viali tiba-tiba hilang kontak. Itu sangat mengkhawatirkan. Sambil melihat cuaca yang kacau di luar, aku bertanya kepadanya dengan sedikit kecewa,”Medith, mengapa kamu tidak pergi dengan Viali? Dan dimana sopirnya?"

Begitu aku mengatakan itu, suara Medith mulai bergetar, dia menjelaskan, ”Viali yang tidak pernah membiarkan aku pergi. Dia meminta sopir dan aku untuk menjemput tamu di malam hari, dia nyetir sendiri ke sana.

Aku sedikit bingung. Di tengah malam, ada kilat dan guntur. Dan Viali sudah lama keluar dari pangkalan pertanian buah dan sayur, tetapi masih belum pulang rumah. Akankah ada sesuatu terjadi yang padanya?

Aku langsung bertanya,”Di mana pangkalan pertanian buah dan sayur itu? Kira-kira berapa lama waktu perjalanan dari tempat kita?"

Medith bukan penduduk asli. Dia hanya tahu nama pangkalan itu dan perkiraan lokasinya. Setelah dia menyebutkan namanya, aku menjadi lebih gugup. Tempat ini, aku tahu, bukan lagi pinggiran kota. Tempat ini adalah pedesaan, dan hanya ada satu jalan provinsi yang tidak diperbaiki. Jika mengendarai mobil paling tidak memerlukan empat sampai lima jam waktu perjalanan dari tempat kita sampai ke pangkalan buah dan sayur itu.

Sesuai perkataan Medith, Viali sudah meninggalkan pangkalan itu sudah enam atau tujuh jam yang lalu. Saat memikirkan ini, hatiku kembali bergetar.

Setelah memikirkannya, aku langsung berkata kepada Medith,”Medith, teleponmu harus aktif dua puluh empat jam! Kamu jangan khawatir dulu. Aku akan menemukan cara."

Begitu Medith mendengar apa yang aku katakan, dia langsung berkata dengan desakan tangis,” Tuan Ugie , maaf telah merepotkanmu."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu