Love And Pain, Me And Her - Bab 389 Sudah Memenuhi Kriteria Kan?

Walaupun kedua orang ini suka sembarangan dan banyak bicara, namun hati kedua orang ini sangat baik dan mereka juga memperlakukan orang dengan tulus. Bagiku memiliki kedua teman seperti ini adalah keberuntungan bagiku.

Ketika aku selesai berkata, Robi segera menjawab," Aku dan dia itu tidak mungkin!"

Perkataan Robi ini membuatku sedikit marah, aku segera membalasnya," Bagaimana bisa tidak mungkin? Kamu sepanjang hari hanya merindukan cintamu dalam pikiran saja, apakah itu bisa berubah menjadi kenyataan? Robi, berapa umurmu? Mengapa kamu masih seperti anak-anak yang tidak dewasa dan tidak realistis?"

Robi terdiam. Namun semakin dia tidak bicara, aku menjadi semakin marah. Yang membuatku marah adalah dia sudah menolak gadis sebaik Lulu ini dan sekarang dia menanyakan kondisinya belakangan ini. Perlakuannya ini sangat tidak aku sukai, dia saat ini bukan munafik namun bajingan!"

Aku terus memarahinya," Robi, aku beritahu kamu, kamu adalah tipe orang anak kaya yang sesungguhnya. Ketika aku mengingat perkataanmu hati itu pada Lulu, aku menjadi marah. Kamu saat ini tidak ada di hadapanku, jika kamu ada di hadapanku, aku akan menghajarmu. Aku tanya lagi kepadamu, siapa sebenarnya gadis impianmu itu ? Kamu ingin memikirkannya sampai kapan? Apakah kamu ingin sepanjang hidupmu hanya memikirkan dia saja dan tidak menikah? Jika seperti itu lebih baik kamu beritahu Lulu. Supaya gadis seperti dia tidak perlu terus memikirkanmu sepanjang hari."

" Woi! "

Ketika aku sedang berbicara dengan bersemangat, tiba-tiba terasa telepon di sana.tidak normal. Robi sialan itu ternyata berani menutup teleponnya.

Aku dengan marah melempar teleponku dan meminum teh. Setelah merapikan diri sejenak, aku keluar dan memanggil taxi dan langsung pergi ke perusahaan Indoma.

Aku tidak memahami terlalu banyak mengenai perusahaan Indoma ini. Aku hanya tahu mereka memproduksi makanan dan di china memiliki sedikit kepopuleran. Dalam dua tahun ini perlahan mulai masuk ke pasar air mineral dan minuman. Yang didengar mereka juga sudah membuka sedikit pasar dan persentasi di pasar pun cukup baik.

Ketika sampai di perusahaan, aku menyapa resepsionis. Resepsionis pun menelpon Sutan, setelah memastikannya baru mengijinkan aku untuk naik ke atas.

Kantor Sutan berada di lantai tujuh. Ketika sampai di depan pintu kantor, aku mengetuk pintu sejenak. Setelah beberapa saat baru terdengar suara orang yang menjawab masuk dari dalam. Ketika mendorong pintu masuk, aku melihat Sutan yang sedang berdiri di depan meja kantor, kedua tangannya berada di pinggang. Dasinya pun sudah ditarik ke bawah leher dengan lengan kemeja yang sudah ditarik tinggi sedang berteriak memarahi kedua karyawan yang berada di depannya.

Melihat aku masuk, Sutan hanya menatap singkat dan kemudian kembali berkata kepada kedua karyawan itu dengan marah," Kalian berdua, jika masih melakukan kesalahan seperti ini. Kalian tidak perlu aku katakan dan langsung pergi keluar dari perusahan ini!"

Kedua karyawan ini tidak berani menjawab. Hanya berdiri di tempat semula dengan wajah yang kasihan.

Sutan dengan tidak sabar melambaikan tangannya dan berkata," Kembali bekerja."

Ketika kedua karyawan itu sudah keluar, aku baru perlahan mendekati Sutan. Duduk di kursi dan melihat Sutan yang masih dipenuhi kemarahan, sambil tersenyum berkata," Sutan, ada apa, perlu semarah itu?"

Sutan kali ini baru duduk menyandar di kursinya, dengan ekspresi yang malas , menghela nafas dan berkata," Aduh! Karyawan di bawahku hanya bekerja tanpa hasil, Aku kan menjadi panik!"

Aku tertawa singkat, mengambil rokok di atas meja dan menyalakannya, sambil merokok sambil melihat sekeliling kantor Sutan. Kantornya tidak besar, hanya ukuran normal bagi kantor seorang direktur.

Ketika sedang melihat-lihat, Sutan menegakkan badannya, mengambil rokok dan bertanya kepadaku,“ Ugie, kamu sangat ingin bertemu denganku, aku bilang supaya cari waktu lain bertemu, kamu tidak setuju. Coba katakan ada apa sebenarnya?"

Aku tidak terburu-buru untuk mengucapkan masalah penawaran ini, dan pandanganku terkunci pada sebuah syal sutra yang tergantung di rak pakaian. Ada syal wanita di kantor Sutan. Pasti itu milik Wulandari.

Aku mengalihkan pandangan dan menatap Sutan, sambil merokok sambil bertanya dengan tenang kepadanya," Sutan, bagaimana hubunganmu dengan Wulandari sekarang?"

Ketika aku mengucapkannya, Sutan langsung mengerutkan alisnya. Ekspresinya terlihat sangat canggung dan bertanya balik padaku," Ada masalah apa ?"

Sutan terlihat berpura-pura bingung. Melihatnya yang seperti itu aku langsung berkata langsung kepadanya. Aku menatapnya dan bertanya," Bukankah sudah dibilang bahwa setelah tahun baru, ketika masuk kantor kamu akan memutuskan hubungan dengannya. Apakah kamu sudah mengatakan ini kepadanya?"

Melihatku yang langsung bertanya seperti itu, Sutan terlihat tidak nyaman, dia mematikan puntung rokoknya dan dengan sedikit tidak sabar berkata," Sudah dikatakan sejak awal, semua sudah selesai."

Aku masih menatap Sutan, setengah percaya perkataannya dan berkata," Benarkah?"

Kali ini Sutan baru menaikkan pandangannya memelototiku, suaranya pun naik beberapa oktaf," Masih bisa bohong apa? Kami berdua sudah membicarakannya, di masa depan hanya menjadi teman kantor dan teman biasa saja. Oh ya, Ugie, kamu agak tidak sopan ya. Aku sudah menjemput ayah dan ibuku, kenapa kamu tidak pergi mengunjungi mereka?"

Mendengar perkataan Sutan ini membuatku menjadi lebih tenang. Aku kembali bertanya kepadanya," Kapan Om dan Tante datang? Kamu kan tidak memberitahuku, jika aku tahu, aku pasti akan mengunjungi mereka."

Sutan menjawab,“ Sudah datang sekitar satu minggu. Baiklah tidak usah membicarakan mereka lagi. Lebih baik membicarakan ada urusan apa kamu mencariku hari ini?"

Aku baru menyadari, Sutan berhasil memindahkan topik pembicaraan kami, pada awalnya membicarakan Wulandari dan dari perkataannya diarahkan dari orang tuanya menjadi tujuan awal aku datang kesini mencarinya.”

Ketika memikirkan ini, aku hanya tersenyum pahit, sambil merokok langsung berkata kepada Sutan," Sutan, kedatanganku hari ini yang utama untuk menanyakan masalah rencana pemborongan ke luar perusahaan kalian. Apakah kalian berencana membuat penawaran terbuka? Kapan akan dimulai?"

Sutan menaikkan pandangannya menatapku, dia tidak menjawab pertanyaanku dan langsung bertanya balik,"Ugie, kamu bertanya untuk dirimu atau membantu bertanya untuk perusahaan iklan lain?"

Aku menjawabnya dengan jujur, dengan menganggukan kepala berkata," Tentu saja menanyakannya untuk diriku!"

Sutan dengan penasaran memandangku, dia memiringkan kepalanya dan dengan tidak mengerti berkata," Buat apa workshop kamu menanyakan hal ini? Bahkan kamu tidak memiliki kriteria untuk mengikuti penawaran."

Aku sedikit tersenyum, sambil menatap Sutan dan bertanya balik," Bagaimana bisa kamu tahu aku tidak memenuhi kriteria?"

Ketika aku mengucapkannya, Sutan terpaku. Dia menatapku dan setelah berpikir beberapa saat baru dengan mengerutkan kening bertanya kepadaku," Ugie, kamu tidak menggunakan perusahaan lain kan? bukan, kamu tidak menggunakan perusahaan Nogo untuk ikut penawaran kan?"

Tidak bisa menahan diri untuk kagum, Sutan adalah orang yang berpikir dengan menyeluruh. Ketika baru disebutkan dan tidak perlu menjelaskan lebih panjang, dia sudah bisa menebak pemikiranku.

Aku pun tidak menyembunyikan lagi, sambil menatapnya menganggukkan kepala dan dengan perlahan menjawab," Ya, aku berencana menggunakan nama Nogo untuk berpartisipasi. Dengan begitu sudah memenuhi kriteria dari kalian kan?"

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu