Love And Pain, Me And Her - Bab 419 Bersekongkol Membohongiku!

Aku berkata dengan tenang. Dan Eddy memelototiku dan berteriak, "Aku tidak setuju! Kalian jangan pernah berharap bisa menjual Geprek! Geprek adalah milikku!"

Eddy berteriak histeris.

"Eddy!"

Djoko tidak senang dan berteriak dengan marah. Tapi Eddy masih terlihat marah, dia melototi Djoko dan tampak sangat tidak senang.

Djoko mengerutkan kening, jarinya menunjuk ke luar pintu dan berkata dengan suara yang dalam, "Apakah kamu berhak meninggikan suaramu dan berteriak di sini? Keluar dan lihatlah sendiri, apakah tempat ini masih disebut perusahaan? Jumlah karyawannya hanya sedikit dan semuanya tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Untungnya, resto ini memiliki manajemen personalia khusus, jadi masih bisa bertahan. Dan juga kamu, selain makan, minum dan bersenang-senang, apa lagi yang bisa kamu lakukan? Geprek sudah berdiri begitu lama, apakah mengalami perkembangan? Jika Geprek ini tidak dijual, maka semua uang yang diinvestasikan, akan menjadi sia-sia!"

Ketegasan Djoko tidak membuat Eddy menyerah. Eddy lebih dulu melihat ke arah Djoko, kemudian ke arahku, masih dalam emosi marah dan berkata, "Bagus, kalian membohongiku, kalian bersekongkol membohongiku! Aku tetap akan memberitahu kepada kalian hari ini! Geprek adalah milikku, aku akan melihat siapa yang berani membelinya! "

Setelah berbicara, Eddy menendang kursi bos dan langsung pergi.

Kantor tiba-tiba menjadi sunyi. Isyana akhirnya mengerti mengapa beberapa waktu ini selalu berdebat dengan Eddy. Tapi Isyana masih memandang Djoko dan berkata dengan cemas, "Paman Santoso, apakah kalian terlalu terburu-buru! Aku khawatir Eddy tidak bisa langsung menerimanya, makanya tidak bisa memahami"

Isyana tidak berbicara sampai habis, tapi aku dan Djoko mengerti maksudnya. Isyana khawatir Eddy marah dan terjadi sesuatu.

Djoko tidak menanggapinya, kemudian mendengus dingin, "Jangan khawatir, dia akan baik-baik saja! Paling-paling dia pergi ke suatu tempat untuk minum lagi. Setelah ini, dia akan memiliki alasan untuk bersenang-senang dan menghabiskan waktu, hei!"

Saat berkata, Djoko menghela nafas berat.

Sebenarnya aku juga merasa sedikit segan. Karena aku yang mengeluarkan ide ini. Saat aku hendak berbicara, Djoko menoleh, menatap ke arahku dan berkata, "Ugie, selanjutnya akan merepotkanmu lagi. Pertama, jual Geprek dulu, setelah itu, bantu aku bujuk Eddy, agar dia melanjutkan pendidikannya. "

Aku mengangguk dan menyetujuinya.

Kemudian mengobrol sebentar dengan Djoko tentang penjualan Geprek. Setelah semua selesai dibicarakan, aku dan Isyana turun ke lantai bawah.

Setelah keluar dari Geprek, Isyana dan aku masuk ke dalam mobil. Aku bertanya pada Isyana, "Isyana, menurutmu, Eddy akan pergi ke mana? Aku ingin pergi mencarinya dan mengobrol dengannya."

Isyana berpikir sejenak, kemudian mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor, lalu berkata, "Aku akan mencoba meneleponnya, tidak tahu apakah dia akan menjawabnya atau tidak."

Aku mengangguk.

Telepon tersambung, Isyana dan aku saling memandang dengan penuh harapan. Isyana bergumam pelan, "Sudah tersambung, tapi aku khawatir dia tidak akan mau menjawabnya."

Sebelum selesai berbicara, aku langsung melihat mata Isyana tiba-tiba terbuka lebar dan berkata dengan terburu-buru, "Eddy, kamu di mana? Kak Isyana ingin membicarakan sesuatu padamu."

Sambil berbicara, Isyana mengubah ponselnya menjadi handsfree.

Terdengar suara ombak dari ujung telepon, Eddy berteriak di telepon, "Kak Isyana, aku selalu mempercayaimu dan menyukaimu sejak aku masih kecil. Kamu tahu segalanya, tapi kamu tidak pernah memberitahuku apapun, dan bersekutu dengan mereka untuk membohongiku, benar kan?"

"Eddy, dengarkan kata kakak"

Isyana berkata dengan tergesa-gesa.

"Aku tidak mau mendengarkannya! Aku tidak ingin mendengarkan apapun, kalian semua bersekongkol! Kedepannya jangan hubungi aku lagi"

Setelah itu, di ujung telepon terdengar suara "bip". Eddy benar-benar menutup teleponnya.

Isyana menatapku dengan sedih, dan berkata dengan tidak berdaya, "Bagaimana ini, dia bahkan tidak mau mendengarkan perkataanku."

Aku juga menatap Isyana, tetapi pikiranku tertuju pada suara yang baru saja terdengar dari ujung telepon. Tiba-tiba aku teringat sesuatu dan langsung berkata pada Isyana, "Isyana, Eddy harusnya ada di tepi sungai. Aku tadi mendengar suara ombak di ujung telepon, ayo kita pergi ke sungai dan melihatnya."

Isyana langsung mengangguk dan berkata, "Aku tahu dia di mana! Waktu kecil, kami pergi ke tepi sungai dan bermain, di sana ada karang yang berbentuk aneh. Eddy selalu bilang di sana adalah istananya, dia seharusnya ada di sana!"

Isyana berkata, kemudian mengemudi mobil dan melaju ke arah lokasi sungai.

Meskipun saat ini sudah memasuki awal musim panas dan cuacanya agak sedikit panas. Tetapi di tepi sungai masih terasa angin sepoi-sepoi dan terasa agak dingin.

Saat aku keluar dari mobil, Isyana memimpin jalan, aku mengikutinya. Berjalan bersama menuju tempat yang dikatakan Isyana.

Tempat ini tidak jauh dari area pemandangan umum di tepi sungai. Setelah berjalan beberapa saat, Isyana menunjuk karang di depannya dan berkata, "Ugie, di situlah tempat yang aku bicarakan!"

Dengan melihat ke arah jari Isyana, terlihat sekelompok besar terumbu karang yang sedang dihantam ombak sungai. Namun di kelompok terumbu karang ini kosong, tidak ada bayangan orang sama sekali. Mungkinkah Eddy tidak ada di sana.

Tapi aku tetap berjalan menuju kelompok terumbu karang bersama Isyana. Begitu berada di dekat sekitarnya, aku baru menyadari bahwa ada tempat perlindungan angin tersembunyi di bawah kelompok terumbu karang ini. Setelah beberapa langkah, aku melihat seorang pria berdiri di atas karang yang di bawah, sedang menghisap rokok sambil menikmati angin sungai.

Orang ini adalah Eddy.

Aku dan Isyana berjalan ke bawah. Eddy jelas-jelas merasa bahwa ada yang datang, tetapi Eddy sama sekali tidak menoleh ke belakang.

Begitu sampai di sisinya, aku berkata dengan pelan, "Eddy, apakah kamu masih marah?"

Eddy perlahan menoleh dan menatapku. Eddy masih terlihat marah, setelah melototiku beberapa saat, Eddy tiba-tiba berteriak, "Ugie, menjauhlah dariku, aku sangat membencimu sekarang!"

Aku tersenyum pahit. Sebenarnya, aku bisa memahami perasaan Eddy saat ini, ditipu dan dipermainkan oleh orang lain, rasanya sangat tidak nyaman. Tetapi Eddy juga harus mengerti bahwa semua ini demi dirinya sendiri.

Isyana takut kami berdua akan bertengkar lagi. Lalu, buru-buru melangkah maju dan berkata, "Eddy, kamu tidak boleh bersikap seperti anak-anak lagi. Kamu sudah besar, semua orang melakukan ini"

Sebelum Isyana selesai berbicara, Eddy menatap Isyana dan berteriak padanya, "Jangan berpura-pura baik di sini. Kamu sama seperti dengan mereka, kalian telah bersekongkol membohongiku. Aku tidak akan pernah mengenali kamu lagi sebagai kakakku"

Eddy berteriak pada Isyana.

Eddy bersikap buruk padaku, aku tidak peduli, bagaimanapun juga, aku yang menimbulkan masalah ini. Tapi Eddy berteriak pada Isyana, rasanya tidak masuk akal, Isyana sama sekali tidak mengetahuinya masalah ini.

Aku mengerutkan kening dan mendorong bahunya, lalu berkata, "Eddy, apakah sudah cukup membuat onar?"

Aku tidak begitu menggunakan tenaga. Eddy awalnya membalikkan badannya, langkah kakinya tidak stabil, di tambah lagi, karangnya licin. Dengan doronganku, Eddy terpeleset ke belakang. Aku bergegas menjangkau dan ingin menariknya. Tetapi sudah terlambat.

Terdengar suara "aaah" terlebih dahulu, kemudian suara "plop". Eddy benar-benar jatuh ke dalam sungai.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu