Love And Pain, Me And Her - Bab 3 Lakukan Sendiri Dengan Baik

Waktu membayar uang sewa sudah sampai. Sedangkan aku sudah melihat kartu bankku, hanya tersisa 2 juta lebih. Aku harus mencari pekerjaan. Aku sudah memasukan beberapa surat lamaran. Lumayan bagus, ada sebuah perusahaan menghubungiku untuk datang interview.

Pagi-pagi, aku sudah memakai setelan jas itu. Baju itu seharusnya dipakai untuk persiapan menikah. Tapi sekarang sudah tidak terpakai lagi.

Perusahaan tempatku melamar adalah sebuah perusahaan iklan, namanya adalah perusahaan PT. Nogo Internasional. Karena sebelumnya bekerja di bagian perencanaan iklan ini sudah 2 tahun, dan juga pernah ada dua kali proyek iklan yang telah berhasil. Jadi untuk lamaran kali ini, aku sangat percaya diri.

Saat sudah sampai di Nogo, sudah jam 9 lebih. Yang diluar dugaanku adalah, orang yang datang melamar sebelumnya tidak sedikit. Pada saat giliranku, sudah hampir siang hari.

Orang yang menginterviewku adalah seorang perempuan, berumur 26 tahun, wajahnya cantik. Dia tidak mempersulitku, yang dia tanyakan juga beberapa pertanyaan dasar dalam interview. Bagiku yang sudah mempunyai 2 tahun pengalaman kerja, hanya masalah kecil.

Terutama setelah dia sudah melihat dua perencanaan yang pernah kubuat, semakin setuju dengan pendapatku. Melihat sikapnya, aku ada semacam firasat, mungkin dia akan memperkerjakanku saat ini juga.

Saat memasuki tahap akhir interview, dia bertanya fasilitas gaji yang kuharapkan. Aku menjawab dengan sederhana, dia langsung berdiri, dan berinisiatif bersalaman denganku, "Ugie, selamat datang di Nogo !"

Berhasil! Hatiku senang, langsung berdiri, berencana bersalaman dengannya.

Pada saat tanganku terjulur. Pintu ruang rapat kecil tiba-tiba terbuka, aku dan seseorang yang menginterviewku melihat ke arah pintu bersamaan. Melihat seorang wanita memakai setelan kerja putih berdiri di depan pintu.

Pertemuan orang dengan orang memang adalah hal yang sangat wajar. Tapi lingkungan berbeda, beberapa pertemuan bisa membuat orang lebih canggung. Seperti sekarang ini!

Aku tidak menyangka, dalam waktu beberapa hari saja, aku bisa bertemu dengan wanita cantik berhak tinggi lagi. Tampak sekali dia juga bekerja di perusahaan Nogo.

Tidak bisa membohongi diri sendiri, dia memang sangat cantik, bahkan harus membuat orang mendongak melihatnya. Terutama matanya itu, seperti air danau yang kebiruan.

Bertatapan lagi. Dia mengerutkan keningnya, wajahnya masih seperti ekspresi yang sedingin es batu. Bahkan orang yang meninterviewku tadi lebih awal memulai pembicaraan, dia sedikit hormat berbicara kepada wanita cantik berhak tinggi, " Presdir Mirani, ini adalah mas Ugie. Dia datang untuk melamar bagian teks iklan......"

Aku sedikit terkejut. Tidak menyangka wanita cantik berhak tinggi yang kutemui sebelumnya adalah eksekutif perusahaan. Tampaknya lamaranku kali ini sia-sia.

Pewawancara belum selesai berbicara, wanita cantik bermarga Mirani langsung memotong pembicaraannya, "Perencanaan perusahaan sudah ada kandidat, tidak perlu mencari lagi......"

Pewawancara sedikit terkejut. Sedangkan perasaanku semakin memburuk. Aku melihat wanita cantik berhak tinggi, ingin berusaha untuk diriku sendiri, "Halo, presdir Mirani. Bisa tidak beri aku waktu beberapa menit, untuk mendengarkan penjelasanku hari itu......"

Hatiku sedikit marah, tapi masih berpura-pura sopan. Tapi sama dengan yang dialami pewawancara. Perkataanku belum selesai, langsung dipotong olehnya. Dia melihatku dengan dingin, "Maaf, kita tidak saling kenal. Kamu juga tidak perlu menjelaskannya......"

Begitu perkataannya selesai, dia tidak melihatku lagi, memutarkan badannya langsung pergi. Di dalam ruangan hanya tersisa pewawancara dan aku yang canggung. Si pewawancara mengangkat bahunya, dengan maaf berkata padaku, "Maaf, aku juga baru tahu posisi kami ini sudah ada orang......"

Aku tersenyum pahit. Aku tahu bukannya posisi ini sudah ada kandidat, hanya saja si wanita cantik berhak tinggi tidak menyukaiku. Tapi si pewawancara tidak mengerti semuanya.

Aku dengan tidak berdaya menyimpan surat lamaranku, tapi masih dengan penasaran bertanya kepada pewawancara, "Presdir Mirani ini masih muda tapi sudah menjadi eksekutif Nogo, hebat sekali......"

Aku dulunya sudah tahu PT Nogo Internasional, dia mempunyai posisi pasti di dunia periklanan.

Pewawancara tersenyum, dia menggeleng, "Presdir Mirani bukan eksekutif biasa, dia adalah presdir Nogo......"

Aku terdiam. Tidak kusangka wanita yang tidak sengaja kupegang dadanya, adalah presdir Nogo Internasional yang terkenal.

Matahari di luar bagus sekali, tapi justru aku tidak merasakan sedikitpun rasa hangat. Setelah keluar dari perusahaan, aku berjalan melamun sendirian. Hatiku tidak berhenti kesal, semakin merasa kegagalanku sebagai seseorang.

Berjalan tidak jauh, melihat di depan simpang jalan ada sepasang suami istri sedang menjaga stand semangka di bawah sinar matahari. Di dalam pelukan wanita itu ada seorang anak kecil berumur sekitar 3 atau 4 tahun. Anaknya sudah tertidur lelap, wanita itu menggunakan tangannya menutupi cahaya matahari dari anaknya. Tapi tidak ada terlalu berguna, wajah anak itu masih tetap berkeringat.

Melihat pemandangan ini, aku sedikit kasihan pada mereka. Tapi aku tahu, kondisiku sekarang, tidak lebih baik dari mereka.

Pada saat pikiranku sedang melayang, teleponku tiba-tiba berbunyi. Begitu kuambil keluar dan kulihat, sebuah nomor yang aku kenal, membuat hatiku seperti ditimpa batu, sesak sampai sedikit sulit bernafas.

Setengah tahun ini, aku dan Raisa tidak pernah berkomunikasi. Di dalam pikiranku, dia yang sekarang sudah hamil 6 atau 7 bulan, harusnya perutnya sudah membesar. Begitu memikirkan ini, hatiku merasa sakit seperti ditusuk besi tajam.

Melamun sebentar, perlahan aku mengangkat telepon ini. Terdengar suara yang familiar yang asing dari ujung sana, "Ugie, aku ingin bertanya sesuatu padamu......"

Intonasi Raisa tidak begitu bersahabat.

"Ada apa? Katakan saja......"

Aku juga berusaha membuat nadaku tidak membawa sedikitpun perasaan. Seperti dua orang asing yang sedang berbicara. Tapi jantungku tidak berhenti berdebar. Aku masih saja sangat gugup.

"Beberapa hari yang lalu kenapa kamu dan Robi memukul Rehan ? Kenapa kamu melakukannya? Kamu tahu tidak, kamu melakukan ini, hanya membuatku semakin meremehkanmu......"

Intonasi Raisa yang sedingin es, membuat seluruh perasaanku menjadi tidak baik. Meskipun cahaya matahari masih panas sekali, tapi aku malah merasa sedikit dingin.

"Kamu bisa tidak lebih dewasa? Kita sudah putus, kenapa kamu masih melakukan itu?"

Suara Raisa masih dingin dari awal tadi, sampai terakhir sudah menggeram. Setelah terdiam beberapa detik, baru tertawa dingin, dengan lambat menjawab, " Raisa, aku tidak pernah berencana membuatmu meremehkanku! Dan juga, aku dewasa atau tidak, sekarang sepertinya tidak ada hubungannya denganmu, benarkan?"

Meskipun bukan aku yang memukul Rehan, tapi aku tidak berencana menjelaskannya pada Raisa.

Aku mengira sikapku membuat Raisa semakin kesal, tidak menyangka sikapnya tiba-tiba berubah, dia menggunakan nada bicara yang berniat baik berkata, "Ugie, kita semua sudah bukan anak-anak lagi, realitis sedikit, oke? Kenapa kamu tidak bisa lebih kuat sedikit? Kamu lihat teman sekolah tamatan kelas kita, kebanyakan lebih baik darimu. Kenapa kamu tidak bisa menginteropeksi dirimu sendiri? Untuk apa seperti anak-anak, mempermainkan permainan akal lemah balas dendam ini?"

Aku mengakui sebagian besar perkataan Raisa, karirku tidak begitu baik. Tapi aku masih membantah, "Karirku bagus atau tidak, kamu tidak perlu memikirkannya, tapi aku bisa memberitahumu, kamu berpikir terlalu banyak, aku tidak berpikir untuk balas dendam kepada siapapun......"

Raisa sama sekali tidak mendengar perkataanku, dia menghela nafas.

"Sudahlah! Masalah sudah berlalu ya berlalu! Kamu lakukan sendiri dengan baik saja......"

Selesai berbicara, Raisa langsung memutuskan panggilan.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu