Love And Pain, Me And Her - Bab 97 Menjelaskan Satu Per Satu

Aku tersenyum sedih dan menggelengkan kepalaku. Aku tidak menyangka sore ini Bong Casa mengundangku untuk bergabung dengan KIMFAR. Malam harinya, Isyana bertanya padaku apakah aku memiliki rencana untuk meninggalkan Nogo. Aku tidak tahu apakah itu kebetulan atau ada alasan lain.

Di atas panggung, seorang pemuda memegang gitar sambil memainkannya dan bernyanyi. Aku berbalik ke belakang dan berpikir dalam hati, mengapa Elisna tidak ada di sana?

"Apakah kamu sedang mencari gadis waktu kemarin yang sangat cantik dan pandai bernyanyi ?"

Isyana tersenyum dan bertanya.

Aku menoleh balik dan memandang Isyana, kemudian mengangguk. Aku tidak perlu menyangkalnya, karena di mataku, Elisna adalah teman baikku.

Isyana mengambil gelas anggur dan sedikit mengayunkan gelasnya. Dia tiba-tiba tersenyum aneh, dan kemudian berkata,

"Ugie, sebenarnya aku mulai menyadari hubunganmu dengan para wanita sangat baik"

Aku memandang Isyana dan bertanya dengan canggung, "Mengapa kamu berkata seperti itu?"

Isyana meletakkan gelasnya dan menjelaskan kepadaku, "Kamu pikirkan saja, kamu dan Raisa sudah putus. Tapi dia masih terlihat seperti tidak bisa melepaskanmu dan kalian masih sering saling menghubungi. Dan Lulu, dia tampaknya juga lumayan baik padamu, membuat proposal perencanaan di vila, kalian berdua juga turun dari gunung bersama. Dan Kalin, hubungan kalian tampaknya berkembang dengan cepat. Ditambah lagi dengan penyanyi wanita cantik ini, cara dia memandangmu berbeda dari yang lain. "

Aku menatap Isyana dan ada perasaan aneh di hatiku. Rasanya sangat istimewa dan membuat aku merasa sedikit hangat. Karena tidak peduli apapun maksud dari kata-katanya, paling tidak ini bisa membuktikan kalau Isyana sangat peduli padaku.

Tetapi aku masih tetap menjelaskan kepadanya satu per satu, "Isyana, pandanganmu terhadapku apakah tidak terlalu tinggi? Meskipun aku sudah putus dengan Raisa, tetapi didalam hatiku, dia adalah orang terdekatku. Tidak peduli sebelumnya, sekarang, atau di masa depan. Jika dia sedang dalam kesulitan, aku tidak mungkin duduk diam dan tidak membantu. Selanjutnya Lulu"

Sebenarnya yang aku rasa paling aneh adalah mengenai Lulu. Aku rasa Isyana pasti sudah menelepon Amori, kalau tidak, bagaimana dia bisa tahu bahwa Lulu dan aku turun gunung bersama?

"Aku memang turun gunung dan pergi ke bandara dengan Lulu hari itu. Tetapi Itu karena ingin menjemput temannya saja. Dan Kalin, hubungan di antara kami memang sudah mereda sekarang. Tapi semua ini karena pekerjaan. Dan yang terakhir, Elisna, Dia hanya teman yang aku kenal di sini. Orangnya sangat baik dan topik pembicaraan kami selalu nyambung. Itu saja! "

Aku berbasa-basi menjelaskan satu per satu. Isyana dengan sabar mendengarkanku. Dia menyesap anggur merah kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak perlu menjelaskan begitu spesifik kepadaku, aku hanya bertanya sekilas."

Aku terdiam! Aku sudah selesai berbicara, dan dia juga mendengarkannya dengan sangat serius, tetapi tiba-tiba dia bilang hanya bertanya sekilas, ini jelas-jelas mempermainkan perasaanku. Tapi aku masih sangat suka perasaan yang kami miliki sekarang. Seperti suatu perasaan yang sangat lembut dan hanya bisa dirasakan dengan hati, dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Kami terdiam sejenak, dan Isyana tiba-tiba berkata, "Ugie, kamu tidak lupa dengan resepsi koktail besok sore kan?"

Aku tersenyum. Ini adalah kali pertama Isyana mengajakku keluar di depan umum. Bagaimana mungkin aku bisa lupa?

Isyana mengangguk saat melihatku. Dia menghela nafas sedikit dan menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya, aku benci tempat seperti ini. Semua orang mengenakan gaun, yang wanita terlihat anggun, yang lelaki sangat menarik. Tetapi pada kenyataannya, Dalam pikiran mereka semua hanyalah tipu daya. Dan semuanya orang wajib berpartisipasi, perasaan seperti terpaksa ini benar-benar tidak nyaman "

Setelah mengatakan itu, dia minum seteguk anggur merah. Tapi begitu dia selesai minum, dia segera menggelengkan kepalanya dan mengerutkan kening. Dia memanggil pelayan dan memesan sebotol Porto Prancis. Bir yang aku pesan, dia sudah tidak bisa minum lagi..

Aku memandangi Isyana dengan sedikit canggung. Aku ingat apa yang Bong Casa katakan padaku. Dia benar, jika suatu hari Isyana setuju menjadi pacarku. Apa yang bisa aku bawakan untuknya? Bahkan jika sebotol minum anggur yang bagus saja, aku harus mempertimbangkannya dengan hati-hati. Belum lagi masa depan. Sebenarnya jika dipikir-pikir, ini juga termasuk hal yang sangat menyedihkan bagi seorang pria.

Aku tersenyum sedih, tetapi tetap berpura-pura santai dan berkata kepada Isyana, "Kamu harus membayar anggur itu,aku tidak mampu membayarnya"

Isyana langsung tersenyum padaku. Dia benar-benar menganggap aku sedang bercanda.

Setelah Isyana menyesap anggur. Dia tiba-tiba teringat sesuatu dan kemudian mengambil tas tangannya. Lalu mengeluarkan kartu bank dari dalam dan meletakkannya di depanku. Ketika aku melihat kartu bank, dalam hatiku terasa ada sesuatu yang tidak beres. Aku mendongak dan bertanya kepadanya, "Kamu memandang aku ini miskin dan kamu ingin bersedekah kepadaku?"

Isyana memutar bola mata ke atas. Ada sedikit rona merah di wajahnya yang cerah. Dia mengerang, "Aku mana berani memberimu sedekah. Kamu telah membuang 40 juta dariku, ini baru 20 juta, apakah kamu tertarik? Di dalam kartu ini ada gajimu tiga bulan, ini memang milikmu, ambil dan bayar semua uang pinjamanmu"

Aku tersenyum dan mengambil kartu bank, kemudian melihat kesana kemari dan akhirnya tetap menatap Isyana. Aku menggelengkan kepala dan berkata, "Isyana, kita sebelumnya sudah mengatakan dengan jelas. Gajiku adalah untuk bayar uang sewa. Karena sudah ada perjanjian, jadi aturannya tidak bisa dilanggar."

Isyana adak sedikit kecewa. Dia memiringkan kepalanya dan menatapku, "Apakah di antara kita juga harus ada aturan?"

Aku menatap Isyana dan mengangguk, "Karena ini peraturan, kepada siapapun memang harus dikatakan!"

Aku pikir Isyana akan sedikit tidak senang, tetapi tiba-tiba dia tersenyum. Dia menatapku dan berkata dengan lembut, "Ugie, jika dibandingkan dengan dirimu yang dulu saat aku baru pertama kali kenal, kamu kelihatan lebih dewasa sekarang."

Aku tertawa. Baru saja akan berbicara, tiba-tiba ponsel berdering. Begitu aku lihat, itu adalah panggilan masuk dari Veni.

"Aku menerima telepon sebentar"

Setelah selesai berbicara dengan Isyana, telepon langsung terhubung, dan langsung mendengar suara Veni berkata, "Ugie, apakah kamu sedang bersama dengan Sutan ? Aku meneleponnya sepanjang sore, tetapi dia tidak menjawab."

Nada bicara Veni terdengar mendesak. Aku tidak yakin apa yang harus dilakukan, aku langsung bertanya kembali, "Bagaimana mungkin? Apakah dia sedang rapat? Sekarang dia adalah direktur, dan sangat normal karena terlalu sibuk jadi tidak menjawab telepon"

Siapa tahu, Veni langsung berkata, "Aku sudah menelepon perusahaan mereka dan dia tidak pergi ke perusahaan hari ini"

Veni berkata sambil menangis dan suaranya sudah mulai bergetar. Veni dan Sutan memiliki hubungan yang erat, terutama Veni. Meskipun dia belum menikah, tetapi untuk mendukung Sutan, dia mengundurkan diri dari pekerjaannya.Sekarang dia tidak bisa menemukan Sutan, dia pasti sangat cemas.

Aku langsung bertanya dirinya dimana. Dia mengatakan kepadaku, dia berada di kantor polisi terdekat. Dia ingin melaporkannya ke polisi, tetapi polisi mengatakan kepadanya situasi saat ini tidak bisa dijadikan kasus. Jadi, polisi menyuruhnya pulang dan kembali menunggu.

Setelah mendengarkannya, aku buru-buru mengatakan kepadanya, "Veni, jangan khawatir. Tetap di tempat dan tunggu aku, aku akan segera kesana"

Setelah menutup telepon, aku memandang Isyana, dengan nada meminta maaf dan berkata, "Isyana, Sutan tidak bisa dihubungi. Pacarnya sangat cemas, aku harus pergi dan melihatnya. Hari ini"

Sebelum kata-kata itu selesai, Isyana berdiri. Dia memanggil pelayan dan membayar pesanan. Aku memandangnya dengan segan, tapi Isyana tidak peduli dengan itu. Dia berkata padaku, "Kebetulan aku juga sedang tidak sibuk saat ini, aku akan ikut bersamamu dan melihatnya"

Isyana berkata begitu, aku tidak mungkin menolaknya. Pada saat yang sama, dalam hatiku sangat bahagia, lagipula, dia bersedia untuk mengenal teman-temanku dan berjalan masuk ke dalam kehidupanku. Bagiku ini adalah kejutan yang tidak terduga.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu