Love And Pain, Me And Her - Bab 294 Rekaman

Armin melihatku tidak berbicara, dia menatapku dengan cemas. Aku takut jika aku seperti ini akan membuatnya tertekan, sehingga dia tidak ingin mengatakan kebenarannya. Memikirkan hal ini, aku langsung berkata kepadanya, "Kamu lanjut saja, aku mendengarkannya."

Armin merasa sedikit tenang dan melanjutkan, "Kemudian, kita telah menandatangani kontrak dengan KIMFAR. Kebetulan peninjauan iklan ini mendesak pada saat Riski hendak melakukan perjalanan bisnis. Aku membahas dengan Pak Bastar. Kemudian memutuskan untuk melakukan penambahan pada iklan tersebut. Pak Bastar memberikan sejumlah uang kepadaku untuk menyuruhku pergi mencari Riski. Sebenarnya, aku sudah mengenal Riski sangat lama, dan mengetahui bahwa dia memiliki keinginan membuka pameran lukisan untuk pacarnya, tetapi dia tidak mempunyai uang. Dibawah dorongan dan godaanku, Riski akhirnya menyetujui untuk melakukan hal ini. Kejadian selanjutnya kamu juga telah mengetahuinya. "

Begitu Armin selesai berbicara, matanya menatapku dengan cemas. Aku tahu sekarang dia masih khawatir, khawatir aku akan memberitahu kepada Isyana tentang hal itu.

Aku mengangguk. Setelah memikirkannya, aku merasa ada sesuatu yang salah. Aku menatap Armin dan bertanya lagi, "Walaupun Riski sedang dalam perjalanan bisnis, bagaimana kalian bisa memastikan bahwa peninjauan iklan tersebut pasti aku?".

Inilah yang membuat aku penasaran. Sebelumnya, aku selalu berpikir bahwa masalah ini berhubungan dengan Direktur Nasir, beranggapan bahwa dia sengaja menyuruh aku melakukannya. Sekarang sepertinya tidak ada hubungannya dengan dia. Tetapi aku merasa terdapat sesuatu yang janggal.

Setelah aku selesai berbicara, Armin menatapku dengan canggung, dia kemudian melanjutkan, "Sebenarnya aku yang pergi mencari Direktur Nasir. Iklan selalu membutuhkan seseorang untuk memeriksanya. Aku memberitahu kepada Direktur Nasir bahwa selama ini proyek KIMFAR kamu yang mengurusnya. Jadi, kamu merupakan kandidat yang paling tepat untuk melakukan peninjauan iklan tersebut”.

Aku sedikit terkejut, dan bertanya lagi kepada Armin, "Direktur Nasir menyetujui begitu saja?".

Armin mengangguk.

Hatiku semakin bingung ketika insiden periklanan itu terjadi. Isyana pernah meminta semua orang yang terlibat untuk berkumpul. Nasrudin Nasir mengetahui bahwa Armin yang merekomendasikan aku untuk meninjau, tetapi dia tidak pernah menyebutkannya. Dan Armin tampaknya juga tidak memiliki hubungan yang mendalam dengan Nasrudin Nasir, jadi sepertinya Nasrudin tidak perlu melindungi Armin. Lalu mengapa dia tidak menceritakannya? Armin juga tidak dapat menjawab keraguanku ini. Aku juga memikirkannya sebentar, tetapi tidak dapat menemukan alasan apa pun.

Armin melihatku tidak berbicara, dia berbisik kepadaku dan berkata, "Ugie, aku sudah menceritakan segalanya padamu. Aku harap kamu bisa menepati janjimu dan memberikan satu jalan hidup untukku. Jangan mengatakan dengan Presdir Mirani".

Aku mencibir. Pria bangsat ini masih membicarakan tentang janji kepadaku. Meskipun aku sangat marah kepadanya, aku juga tidak memikirkan ingin melakukan apa terhadapnya. Namun, jika orang tersebut berada di PT.Nogo, maka kelak pasti akan menyebabkan masalah. Ketika memikirkan hal ini, aku berkata dengan Armin,

"Aku berjanji untuk menepati janji tersebut. Tapi aku punya satu permintaan".

Ketika Armin mendengarnya, dia langsung bertanya, "Kamu katakan saja, selama aku bisa melakukannya, aku pasti akan melakukannya!".

Aku menatap Armin dan berkata satu per satu kata, "Keluar dari PT.Nogo, besok langsung mengundurkan diri!".

Armin tertegun. Aku juga tahu bahwa pekerjaan itu sulit ditemukan sekarang. Terutama dia sudah bekerja di perusahaan ini selama beberapa tahun, semua sumber daya sudah tidak asing lagi. Sekarang langsung menyuruhnya mengundurkan diri sepertinya sedikit mempersulitkannya. Tetapi tidak ada jalan lain selain mengusir bajingan ini demi Isyana dan PT.Nogo. Jika tidak, kelak akan terjadi malapetaka.

Armin mengerutkan keningnya. Meskipun dia enggan, tetapi dia mengetahui resiko dibalik masalah ini. Dia mengetahui lebih jelas daripada aku. Pada akhirnya, dia mengangguk tak berdaya.

Ketika aku keluar dari kafe, aku mematikan rekaman di teleponku. Aku telah merekam semua percakapan dengan Armin. Aku ingin kembali mendengarkan lagi.

Setelah kembali ke rumah, aku mendengarkan rekaman itu lagi. Semua keraguan aku sebelumnya telah terjawab, tetapi aku masih tidak mengerti mengapa Nasrudin tidak pernah mengungkapkan bahwa Armin pernah mencarinya".

Aku memikirkan hal ini sambil merokok. Selanjutnya, aku akan menghadapi Rehan. Pria yang merebut Raisa dariku, sebelumnya telah mempermalukan aku. Tanpa diduga, dia terus memerasku tanpa henti. Memikirkan hal ini, kemarahanku meningkat lagi.

Meskipun di luar sudah gelap, aku masih mengeluarkan telepon dan menelepon Veni. Aku memintanya untuk membantuku mendapatkan nomor telepon Rehan. Pada saat ini Veni sangat baik. Dia tidak banyak bertanya, langsung mengirim nomor Rehan kepadaku.

Melihat serangkaian nomor telepon ini, aku berpikir sejenak kemudian memutuskan untuk menelepon Rehan. Telepon berdering sebentar, Rehan langsung menjawabnya. Aku berkata langsung, "Pak Rehan, aku adalah Ugie! Aku ingin mengobrol denganmu".

Ketika pembukaan toko bunga Robi, Rehan juga hadir. Meskipun kami berdua ada berbicara beberapa kata di depan umum, tetapi kemarahan di hati kami tidak bisa dihilangkan sama sekali.

Ketika Rehan mendengar bahwa aku yang meneleponnya, dia tampak sangat aneh. Dia berkata dengan cuek, "Katakan saja di telepon, sekarang sudah malam, aku tidak mau keluar!".

Kecuekkan Rehan membangkitkan kemarahan di hatiku. Aku mencibir dan berkata dengan mengejek, "Pak Rehan, di mataku, kamu adalah tokoh besar. Biasanya tokoh besar tidak akan mempersulitkan tokoh kecil seperti aku. Tetapi aku tidak mengerti, sepertinya Pak Rehan sengaja menargetkanku. Hal-hal tercela juga telah kamu lakukan, apakah kamu takut untuk menjelaskannya di hadapanku?".

Kata-kataku membuat Rehan tertegun. Dia dapat menjabat posisi Wakil Presdir KIMFAR, tentunya IQ-nya lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Dia tentu mengetahui apa maksudku. Dia terdiam sejenak, kemudian dia berkata dengan dingin, "Katankan saja, di mana kita bertemu?".

"Jiangxin Cafe!"

"Oke, sampai jumpa satu jam lagi!".

Alasan mengapa aku memilih untuk bertemu di tepi sungai yang jauh dari kota, hanya karena ingin memberikan tekanan pada Rehan. Bagi orang normal, semakin jauh mereka bertemu, semakin besar bahaya yang tidak terduga.

Setelah berpakaian dan pergi ke bawah, aku langsung naik taksi menuju Jiangxin Cafe.

Meskipun sudah akhir musim dingin, sepertinya bisnis Jiangxin Cafe tidak terpengaruh. Lampu-lampu disini masih hidup walaupun sudah larut, begitu memasuki kafe teh, aroma teh sangat wangi. Setelah menemukan satu kamar untuk duduk, aku menyaksikan pelayan memperagakan cara minum teh, sambil merokok sambil menunggu Rehan.

Aku berpikir tentang bagaimana menghadapinya setelah bertemu dengannya. Ide yang paling sederhana adalah membawa teko dan melihat kepalanya. Melampiaskan semua kemarahanku selama ini. Tetapi aku hanya sekedar memikirkan saja. Terakhir kali memukul Gao Le ditangani oleh Isyana sehingga telah menyelamatkan aku dari satu malapetaka. Aku tidak boleh begitu impulsif lagi.

Ketika aku sedang berpikir sembarangan, ada suara ketukan pintu di luar. Aku berteriak "masuk" dengan dingin, kemudian aku melihat Rehan mendorong pintu.

Aku harus mengakui sebagai seorang pria setengah baya. Rehan masih terlihat sangat mempesona. Mantel Armani, celana panjang lurus, dan sepatu kulit mengkilap. Setiap detailnya menunjukkan daya tariknya sebagai seorang yang sukses.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu