Love And Pain, Me And Her - Bab 371 Acara Makan

Benar saja, ketika mobil Audi R8 itu berhenti di sebelahku, terlihat kepala Eddy menyembul keluar dari kaca jendela. Hari ini adalah hari mendung, tetapi dia tetap memakai kacamata hitam. Begitu melihatku, Eddy mengayun kepalanya dan berkata dengan tampan.

“ Kak Ugie, naik!”

Aku membuka pintu mobil, ini adalah pertama kalinya aku naik mobil sport, aku pun tidak tahan untuk mengamati sekeliling.

Sambil mengobrol santai dengan Eddy, kami melesat ke arah studio. Tiba-tiba, Eddy menoleh menatapku dan bertanya “ Kak Ugie, bagaimana kamu dengan Kak Isyana? Ada peluang tidak?”

Aku tertawa. Pria ini berkata dengan terang-terangan, lumayan menarik juga. Aku menjawab dengan asal “Lumayan, semuanya lumayan baik!”

Tiba-tiba Eddy tersenyum nakal, dia menatapku dan berkata lagi “ Kak Ugie, mungkin kamu tidak tahu, dulu aku pernah menulis surat cinta untuk Kak Isyana dan pergi ke sekolahnya untuk menghadangnya,”

Perkataan Eddy membuatnya tertawa terbahak-bahak. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan, seperti apa tampangnya jika Eddy bersama dengan Isyana. Aku pun tak tahan untuk bertanya kepadanya.

“ Eddy, aku setahun dengan Isyana, lebih tua lima atau enam tahun darimu, kapan kamu mengejarnya?”

Eddy tersenyum dan bercerita kepadaku “Ayahku membangun bisnis bersama Paman Mirani, mereka berdua adalah sesepuh dari Djarum Grup. Ketika aku masih kecil, suka sekali bermain dengan Kak Isyana. Kak Isyana cantik! Bukannya aku berbual denganmu, aku tidak tahu apakah kamu pernah melihat Kak Isyana mandi, tetapi aku pernah!”

Perkataan dari mulut Eddy yang tidak berkatup itu membut hatiku terasa tidak nyaman, aku tidak tahan untuk berkata memarahinya “Jika kamu tidak tutup mulutmu itu, aku akan mengusirmu pergi!”

Eddy tertawa terbahak-bahak, dia sama sekali tidak mengambil hati dan lanjut berkata “ Kak Ugie, kamu jangan cemburu, yang kukatakan waktu itu, aku baru tiga atau empat tahun, masih belum punya perasaan terhadap wanita.”

Sambil berkata, dia tertawa keras lagi. Aku juga tidak menghiraukannya dan dia terus berkata sendiri “Aduh! Sejak kecil sampai besar, Kak Isyana adalah wanita idolaku. Aku menulis surat cinta untuknya ketika masa SMP, dia juga tidak membalas. Lalu aku pergi ke depan sekolah SMA-nya untuk menghadangnya, kamu tebak akhirnya bagaimana?”

Aku tetap tidak bisa menahan rasa ingin tahu dan menatap Eddy, lalu bertanya kepadanya “Isyana memarahi kamu?”

Eddy mengerutkan bibir dan berkata tidak senang “Dia tidak memarahiku, tetapi jauh lebih keterlaluan dari ini! Dia memberikan surat cintaku kepada ayahku, ayahku menendang aku, hampir saja pantatku bengkak karena ditendangnya. Yang paling membuatku marah adalah, si Don Juan Romino itu juga sedang mengejar Kak Isyana, mentang-mentang dia lebih besar dariku, masih mengancamku akan menabokku!”

Tidak heran Eddy begitu tidak senang melihat Don Juan Romino, ternyata Eddy pendendam, masih ingat dengan kejadian masa kecilnya. Semakin mendengar, semakin aku merasa lucu dan bertanya lagi kepadanya “Kamu tidak takut dia?”

Eddy mencibir ‘ck’ dan berkata dengan remeh “Cucu yang akan takut dia! Waktu itu aku tidak menang melawannya, jika aku bisa menang melawannya, setiap hari aku akan pergi menghadangnya dan menaboknya. Menggamparnya dulu, lalu melontarkan tendangan, aku pukul dia sampai bonyok berdarah-darah.”

Eddy sambil berkata sambil memperagakan, membuatku tertawa keras mendengarnya. Dia melambahkan lagi.

“Tetapi untung saja, Kak Isyana tidak jatuh ke dalam cengkeraman iblis Don Juan Romino, jika dia bersama Don Juan Romino, aku benar-benar merasa tidak pantas untuknya.”

Sepanjang jalan ini mendengar Eddy bercerita panjang lebar, waktu pun tidak terasa lama, sudah sampai di studio.

Setelah memasuki pintu, barulah menyadari bahwa semuanya sudah sampai, makanan dan minuman juga sudah disiapkan, hanya menunggu aku datang saja. Yang paling berada di luar dugaanku adalah, Raisa juga datang. Sudah lama tidak bertemu, dia semakin kurus, wajahnya sepertinya juga jauh lebih putih dari sebelumnya. Melihatku, dia tersenyum kepadaku dan berkata pelan “Selamat tahun baru!”

Aku juga tersenyum. Meskipun sudah meletakkan perasaan dengan Raisa, tetapi ketika aku berhadapan dengannya, dalam hati masih memiliki perasaan yang ganjil. Veni juga sudah datang, dia sedang membantu menyajikan makanan. Sementara Sutan duduk di samping, sedang memegangi ponsel, tidak tahu sedang mengobrol dengan siapa di Wechat.

Setelah Eddy mengikuti aku masuk ke dalam, dia mulai mengamati sekeliling dan berkata “Aduh, studio ini lumayan loh? Kenapa aku lihat mirip bar? Malam hari singkirkan meja dan pasang musiknya, sudah langsung bisa berpesta!”

Anak ini bagus juga penglihatannya. Dia bergumam sendiri, membuat semua orang saling bertatapan dan mengamatinya dengan tatapan aneh.

Robi menatapku sambil memiringkan kepala dan menunjuk Eddy dengan dagunya, sambil bertanya kepadaku “Ugie, dari mana kamu bawa teman kecil ini? Siapa dia?”

Aku tertawa kecil, benar juga, melihat tampang Eddy yang bawel, benar-benar mirip juga dengan Robi.

Aku melambaikan tangan memanggil Eddy dan berkata “Sini Eddy, aku perkenalkan kepada kalian.”

Secara tidak sadar, aku sudah tiidak menganggap Eddy sebagai klien, melainkan sebagai saudara kecil.

Mendengar perkataanku, Eddy berjalan ke sebelahku, dia langsung melambaikan tangan kepadaku “Tidak usah, aku yang perkenalkan sendiri saja.”

Sambil berkata, dia menoleh melihat semua orang dan berkata tersenyum “Semuanya, aku Eddy, kalian panggil aku Eddy saja. Geprek Bule adalah adalah bisnis dari adik, semuanya sebut saja nama adik jika pergi ke sana, diskon tidak akan diberikan kepada kalian, tetapi nota pasti akan digratiskan untuk kalian!”

Eddy sangat murah hati kepada temanku, aku pun merasa senang. Tetapi cara kelola seperti apa ini, jika terus begini, Geprek Bule cepat atau lambat akan gulung tikar karenanya.

Mendengar perkataannya, yang lain tidak berkata apa-apa, tetapi Lulu sudah membelalak menatapnya dan bertanya dengan kaget “Tampan kecil, perkataanmu serius?”

Eddy menepuk dada dan berkata dengan gagah “Karena kata tampan ini, aku memberimu gratis seumur hidup!”

Melihat Eddy semakin tidak ada selesainya, aku merangkul pundaknya dan berjalan ke arah meja “Kamu pikirkan dulu restoranmu itu bisa berjalan berapa lama! Ayo, cepat duduk.”

Semuanya duduk mengitari meja bundar besar. Makanan dan minuman sudah ditata rapi dan sangat beragam, semuanya makanan yang dibawa pulang dari berbagai tempat oleh mereka. Ada bebek panggang dari Beijing, Steak Ravioli dan daging lembu lima rempah dari Tianjin dan beberapa makanan lagi yang tidak bisa disebutkan namanya.

Sudah lama tidak bertemu, semuanya tentu sangat bersemangat tinggi. Ketika bersulang, aku justru sedikit tidak berani bertatapan dengan veni. Perasaan hatiku ini juga aneh, seolah-olah yang bersalah kepada Veni bukan Sutan, melainkan aku.

Semua orang bergiliran untuk bersulang, tidak lama kemudian, suasana acara makan kali ini menjadi sangat meriah. Ketika giliran Sutan untuk bersulang, dia berdiri sambil membawa segelas bir. Baru saja ingin melontarkan pidatonya, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengeluarkannya dan melihat, lalu menatap kami dengan tidak terlalu alami dan berkata tersenyum “Direktur Wu kami, mestinya mencariku tentang masalah kerja besok!”

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu