Love And Pain, Me And Her - Bab 487 Disambut Dengan Penolakan

Aku tahu bahwa Jane sepertinya sedang bercanda, tetapi aku menjawabnya dengan serius "Semua baik - baik saja kok dan sejujurnya hubungan kami lebih baik dari pada sebelumnya."

Aku mengatakan sejujurnya. Jane tersenyum kecil dan dia lanjut bertanya.

Saat ini sudah lewat jam sepuluh malam dan aku sudah menghabiskan dua botol anggur. Saat ini aku membersihkan meja makan dan melihat ke arah Jane sambil berkata "Jane, sekarang sudah larut dan aku harus bertemu dengan investor besok. Jadi aku akan pulang sekarang."

Jane tersenyum kecil. Dia mengantarku ke pintu dan ketika aku baru saja membukanya, Jane tiba-tiba membisikkan namaku di belakangku "Ugie."

Aku terdiam dan kembali menatap Jane.

Jane sudah sangat mabuk, yang bisa dilihat dari wajahnya yang cantik dengan pipinya yang mulai memerah. Mata yang jernih juga sekarang tampak sedikit pudar. Kami berdua saling menatap, kemudian Jane tiba-tiba mendekat dan berbisik "Ugie, peluk aku, ya?"

Kata-kata Jane membuat hatiku sakit. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuatnya sangat tergila - gila padaku. Melihat tatapan Jane yang sangat penuh harap, aku pun tidak ragu lagi. Aku buka tanganku dan memeluk Jane.

Pelukan ini, bagiku, tidak ada unsur hawa nafsu antara pria dan wanita, tetapi yang ada hanyalah rasa bersalah.

Dalam pikiranku, kupikir pelukan kami hanya sebentar, tetapi Jane ternyata memeluk punggungku erat - erat dan wajahnya menempel pada wajahku. Aroma parfum dari tubuhnya, yang secara berkala memasuki lubang hidungku. Aku menghela nafas dalam hatiku, bagiku Jane adalah gadis yang baik, tapi sayangnya, kami tidak ditakdirkan untuk bersama!

Jane menganggukkan kepalanya dengan lembut, sensasi rambutnya yang menyentuh pipiku sedikit menggelitik, tetapi aku tidak bergerak, jadi aku tetap memeluknya.

Setelah beberapa saat, aku mendengar Jane berbisik "Ugie, jangan pergi malam ini, tinggallah, ya"

Kata-kata Jane membuat hatiku pedih. Aku pria normal dan aku juga mendambakan cinta pria dan wanita.

Tetapi aku sadar, karena jika aku tetap tinggal maka rasa sakit yang akan Jane alami mungkin akan terlalu berat dan tidak mungkin aku bisa membayarnya kembali seumur hidupku.

Ketika aku akan mengatakan sesuatu Jane bergumam lagi "Ugie, aku tidak ingin menjalin hubungan denganmu lagi, tetapi beri aku satu kenangan yang bisa kita ingat bersama, yah?"

Aku menepuk punggung Jane dengan lembut dan aku merasa sangat bersalah, jadi aku berbisik di telinganya "Jane, maafkan aku, aku tidak bisa."

Setelah mengatakan itu, aku bisa merasakan dengan jelas tubuh Jane yang menegang. Mungkin dia tidak menyangka inisiatifnya akan disambut dengan penolakan seperti itu.

Jane perlahan melepaskan diri dari pelukanku, kemudian sambil melihatku Jane tiba-tiba tersenyum. Tetapi bukan karena dia bahagia, karena dia menangis. Aku mendengar dia tersedak dan berkata "Ugie, Isyana tidak mencintai orang yang salah. Jika kamu tetap tinggal, setelah malam ini, mungkin aku akan membencimu. Tentu saja, aku juga akan membenci diriku sendiri."

Dengan itu Jane menarik nafas dengan berat. Kemudian dia dengan lembut menyeka air mata dari wajahnya dengan jarinya, lalu tersenyum melihatku. Kemudian dia mengangkat bahu dan berkata dengan lega "Yah, sekarang semuanya sudah berakhir. Ugie, pergilah."

Malam di Beijing bersinar penuh dengan warna. Saat berdiri di jalan, yang bisa kulihat hanyalah mata menyedihkan Jane sekarang. Aku menyalakan rokok, menghela nafas dan berjalan tanpa tujuan di jalan.

Jane pernah bertanya kepadaku, jika aku bertemu dengannya terlebih dahulu daripada Isyana, apakah aku akan memilihnya?. Pada saat itu, aku tidak memberinya kepastian jawaban. Sebenarnya, ketika aku bertanya pada diriku sendiri jawabanku adalah ya.

Begitulah hidup, dengan semua pertemuan dan perpisahan kita perlahan menua. Dan di sisi lain, Jane, ditakdirkan untuk menjadi orang yang hanya akan aku lewatkan, karena aku sudah memiliki Isyana.

Ketika memikirkan Isyana, aku mengeluarkan ponselku dan meneleponnya. Begitu telepon berdering dua kali, dia segera mengangkatnya. Sebelum aku bisa berbicara, aku mendengar Isyana membentak. "Ugie, aku tidak menyangka kalau kamu akan meneleponku malam ini." Suara Isyana agak malas, aku kira saat ini dia sudah tertidur.

Isyana mersa agak aneh dan dia langsung bertanya padaku "Ugie, ada apa denganmu? Apa segalanya tidak berjalan dengan baik?"

Isyana mungkin mengira pembicaraan mengenai proposal investasi dengan Viali tidak berjalan dengan baik. Aku tersenyum sedikit dan berkata dengan lembut "Tidak, pembicaraannya belum dimulai, kita baru akan membicarakannya secara resmi besok sore. Aku meneleponmu karena aku ingin memberi tahumu kalau aku sangat - sangat merindukanmu."

Isyana juga sedikit heran, meskipun kami berdua sudah berpisah berkali-kali, tetapi ini adalah pertama kalinya aku mengungkapkan pikiranku dengan bicara terus terang. Tentu saja, kerinduan ini ada kaitannya dengan tekanan yang baru saja Jane berikan kepadaku.

Isyana tersenyum tipis sambil berkata lembut "Ugie, apakah kamu ingin aku juga mengatakan bahwa aku juga merindukanmu? Hah, Sudah kubilang aku tidak akan mengatakannya." Aku tertawa, kemudian Isyana menambahkan "Aku tidak akan memberitahumu bahwa aku juga merindukanmu!" Setelah itu, dia terkekeh dan tertawa terbahak-bahak, hal itu membuatku merasa jauh lebih baik. Melihat kembali ke rumah Jane, aku jadi bertanya-tanya tentang apa yang sedang dilakukan Jane pada jam segini.

Keesokan paginya, aku baru saja bangun dan belum selesai mandi ada bel pintu di luar. Begitu aku membukanya, aku melihat Papang berdiri di depan pintu. Melihatku akan menggosok gigi, Papang mengikuti di belakangku. Saat dia berjalan, dia berkata "Ugie, aku sedang memikirkan sesuatu tadi malam. Menurutmu apakah kita harus meningkatkan promosi aplikasi setelah kita mendapatkan investasi?"

Saat aku menggosok gigi, aku kembali menatap Papang. Secara samar-samar aku berkata "Papang, tidak bisakah kamu menunggu sampai kita mendapatkan investasinya dulu? Bukankah terlalu dini untuk berbicara soal itu?"

Papang menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Tidak, sama sekali tidak! Kecepatan unduh aplikasi kita terasa lambat selama beberapa bulan terakhir ini dan aku pikir kamu harus mengatasinya. Jika pengguna tidak bisa mendaftar, maka semuanya hanyalah omong kosong."

Papang tidak peduli apakah aku mendengarkannya atau tidak, dia mengikutiku dan mulai berbicara tanpa henti.

Sambil berkumur kemudian mengeluarkannya, lalu aku menyeka sisa pasta gigi dari sudut mulutku dan kembali menatap Papang, sengaja menggodanya "Aku katakan sekali lagi Direktur Papang, apa yang akan kamu lakukan jika Direktur Viali tidak setuju untuk berinvestasi?"

Papang tertawa dan bertanya kepadaku "Bagaimana mungkin dia tidak akan berinvestasi ketika kita memiliki tim yang hebat dan proyek yang begitu hebat?"

Aku melihat ke cermin dan memeriksa gigiku dan mengatakan "Segalanya mungkin saja!"

Papang menatapku di cermin. Dia berdiri di sebelahku, lalu tertawa sambil menepuk pundakku dan berkata "Jika dia tidak setuju, aku akan menggunakan satu trik terakhir."

Aku kembali menatap Papang dengan bingung, jadi dia masih memiliki rencana cadangan yah.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu