Love And Pain, Me And Her - Bab 451 Curhat

Begitu aku selesai berkata, Wulandari langsung bertanya, “Ugie, jika seperti itu, menurutmu apakah itu tidak akan menyakiti Veni?”

Aku tertegun lagi. menatap Wulandari, aku mencibir, “ Direktur Wu, apakah kamu takut akan menyakiti Veni. Cara terbaik adalah, kamu meninggalkan Sutan. Kamu adalah seorang wanita juga, memiliki riwayat pernikahan, seharusnya kamu mengetahui, saat menghadapi orang ketiga. Betapa tidak berdayanya seorang wanita.”

Sebelumnya ekspresi wajah Wulandari masih terpasang senyuman. Tetapi pada saat aku mengatakan kata-kata tersebut, ekspresi wajah Wulandari langsung berubah. Wulandari meratapiku, berkata dengan nada dingin,

“Ugie, aku benar-benar sangat menyukai Sutan. Kami bukan hanya sekedar main-main saja!”

Kata-kata Wulandari, membuatku merasa semakin marah. Aku langsung berdiri, menatap Wulandari, berkata dengan nada dingin, “Baiklah, jika seperti itu kamu terus menyukai saja! Aku ingin melihat, pada akhirnya Sutan akan memilih siapa!”

Sambil berkata, aku langsung jalan menuju ke arah pintu keluar.

“Ugie!”

Wulandari memanggil namaku dari belakang. Tetapi aku mengabaikannya, langsung keluar dari cafe.

Suasana hati yang awalnya masih baik. Tetapi karena kemunculan Wulandari. Membuat suasana hatiku menjadi buruk. Wulandari menjadi semakin keterlaluan, hari ini dia bisa datang mencariku untuk membicarakan hal tersebut. Besok Wulandari akan langsung pergi mencari Veni.

Aku sudah memutuskan, malam ini aku akan membicarakan hal tersebut secara terbuka dengan Sutan. Bagaimanapun, malam ini aku akan memaksa Sutan untuk membuat keputusan. Apabila begitu terus, cepat atau lambat Veni akan menderita penyakit depresi.

Sebenarnya hatiku merasa sangat bimbang juga, harus mengetahui bahwa, meskipun aku dan Sutan merupakan sahabat baik. Tetapi masalah hubungan cinta, orang lain tidak dapat membuat keputusan apapun, hanya Sutan sendiri yang bisa membuat keputusan akhir.

Pada saat tiba di kantor. Robi sedang bersandar malas-malasan di atas sofa, melihatku masuk ke dalam. Robi sama sekali tidak bergerak, kemudian bertanya kepadaku, “Mengapa wanita itu datang mencarimu?”

“Urusan pekerjaan, ada sebuah proyek yang ingin bekerja sama.”

Aku tidak berani langsung memberitahukan Robi. Aku mengkhawatir setelah memberitahukan ceritanya, berdasarkan karakteristik Robi, pesta ulang tahun malam ini, Robi pasti akan memukulnya.

Robi menghisap sebatang rokok, masih terlihat bermalas-malasan, berkata dengan halus, “Ugie, mengapa aku memiliki firasat buruk? Aku selalu merasa ada sesuatu yang akan terjadi?”

Aku melototinya, berkata dengan nada tinggi, “Sejak kapan kamu menjadi begitu aneh?”

Sambil berkata, aku mengambil ponsel. Bersiap-siap untuk menelepon Sutan lagi. Kali ini, begitu panggilan tersambung, Sutan langsung menjawab panggilan tersebut, aku belum sempat berbicara, Sutan langsung berkata, “Ugie, aku baru saja ingin menelponmu. Ngomong-ngomong, apakah kamu memiliki waktu luang setelah pulang kerja, aku ingin membicarakan sesuatu bersamamu.”

Awalnya aku ingin mengajak Sutan, tetapi sekarang menjadi Sutan yang mengajakku. Tetapi hasilnya tetap sama, aku langsung berkata, “Baiklah, setelah kamu pulang kerja langsung datang ke kantorku.”

Sutan menyetujuinya, pada saat Sutan ingin mengakhiri panggilan tersebut. Aku berkata, “ Sutan, tadi Wulandari datang mencariku.”

Sutan terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian, Sutan berkata dengan nada halus, “Iya, aku tahu. Mari bicarakan malam ini saja.”

Meletakkan ponsel, aku dapat merasakan, sepertinya suasana hati Sutan tidak baik. Mengenai hal Wulandari datang mencariku, Sutan tidak menanyakan apapun.

Robi menatapku, bertanya kepadaku, “Apa yang Sutan katakan?”

Pada saat aku ingin berbicara, tiba-tiba pintu kantor terbuka. Melihat wanita-wanita tersebut, membawa begitu banyak barang, masuk ke dalam sambil berbicara. Mereka terlihat sangat senang, setelah masuk ke dalam kantor, mereka tidak berhenti berbicara.

Barang-barang yang ada di tangan Isyana, ternyata adalah bunga rangkai. Aku menatap Isyana dengan penuh kebingungan, bertanya kepadanya, “ Isyana, merayakan hari ulang tahun saja. Untuk apa kamu membeli vas bunga dan rangkaian bunga?”

Isyana langsung melototiku, Isyana berkata dengan nada acuh tidak acuh, “Coba kamu lihat kantormu ini, tidak bernyawa. Menaruh beberapa vas bunga, membuat ruangan ini terasa lebih hidup. Oh, ngomong-ngomong. Apakah kamu sudah menelpon Sutan? Jam berapa Sutan datang kesini?”

Aku menganggukan kepala sambil tersenyum pahit, memberitahukan Isyana, “Sudah menelponnya, setelah pulang kerja Sutan datang kesini.”

Isyana melihat jam, kemudian Isyana langsung berkata, “Apabila begitu kita harus cepat, waktu sisa dua jam, Sutan akan pulang kerja.”

Sambil berkata, mereka mulai mendekorasi kantor.

Aku dan Robi tidak bisa membantu, berada di dalam kantor terlihat mengganggu. Sehingga kami berdua memutuskan untuk keluar saja, pergi ke ruangan merokok yang di seberang kantorku. Pintu kantor terbuka, aku dan Robi melihat sosok bayangan kesibukan beberapa wanita tersebut. Tidak ada yang berbicara, hanya merokok saja.

Melihat Isyana dan Raisa bersama-sama, sedang mendekorasi meja makan. Robi tersenyum, tiba-tiba Robi bertanya kepadaku, “Ugie, salah satunya adalah mantanmu, salah satunya lagi adalah kekasihmu. Kamu melihat mereka berdua memiliki hubungan yang begitu harmonis, apakah kamu merasa sangat bangga?”

Aku memelototi Robi, langsung mengabaikannya. Manusia ini memang seperti itu, apabila aku melayani Robi, Robi pasti akan lebih keterlaluan. Mungkin sebentar lagi Robi akan mengatakan kata-kata yang tidak enak didengar.

Veni yang berada di dalam kantor, sedang menyusun hidangan buah-buahan dengan hati-hati. Melihat keseriusan Veni, Robi menghelakan nafas dan berkata, “ Veni begitu baik kepada Sutan, sepertinya sudah kehilangan dirinya sendiri. Sepertinya kehidupan Veni, kecuali Sutan, tidak ada yang lain lagi.”

Aku tersenyum, menghisap rokok, menoleh ke arah Robi, langsung berkata, “Robi, bukan aku yang ingin mengomentari kamu. Kamu hanya melihat kebaikan Veni kepada Sutan, mengapa kamu sendiri tidak melihat kebaikan Lulu kepadamu? Lulu adalah seorang gadis yang baik, yang begitu naif dan juga sangat polos. Benar, gadis yang begitu baik, kamu benar-benar harus menghargainya.”

Apa yang aku katakan ini memang benar. Lulu dan Robi, meskipun tidak sama seperti Veni dan Sutan. Tetapi hubungan mereka berdua penuh dengan rasa cinta juga. Robi menggeleng-gelengkan kepala, berkata dengan penuh emosional, “Ugie, seperti yang aku katakan. Sekarang aku sama sekali tidak mempunyai niat untuk berpacaran

“Mengapa?”

Aku langsung bertanya.

“Apalagi? Makan rumput, makanlah kamu!”

Robi membicarakan hal yang aneh lagi. Robi memang seperti ini, biasanya tidak ada kelakuan yang benar, tetapi pemikirannya sangat dalam. Tetapi biasanya, Robi selalu menyembunyikan isi hatinya. Tidak menunjukkan kepada orang lain. Terakhir kali, saat berada di tepi sungai di samping kampus. Itulah satu-satunya kesempatan, Robi curhat bersamaku. Setelah itu, Robi tidak pernah curhat lagi.

Jerih payah yang dilakukan beberapa wanita tersebut, berhasil mengubah kantor menjadi sebuah ruangan pesta. Semuanya telah dipersiapkan, Raisa melihat jam, kemudian berkata kepadaku, “Ugie, apakah sudah waktu Sutan pulang? Kamu coba bertanya kepada Sutan, apakah sudah pulang?”

Hari ini di kantor, adalah pertama kali Raisa berbicara denganku. Aku melihatnya, langsung menganggukan kepala, mengeluarkan ponsel, langsung menelepon Sutan.

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu