Love And Pain, Me And Her - Bab 362 Sutan Ketahuan

Tidak ada banyak taksi di jalanan. Akhirnya setelah sekian lama, ada taksi juga dan ongkosnya lebih tinggi dari biasanya.

Setelah sampai ke lokasi perumahan Veni. Aku naik ke atas dan masuk ke dalam pintu. Aku baru saja bersiap-siap untuk membuka sepatu, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki dari dalam dapur. Suara itu mengejutkanku, dugaan pertamaku adalah mungkin itu adalah maling.

Sebelum aku sempat berjalan menghampiri dapur, pintu dapur pun terbuka. Sesosok orang yang tidak asing dimataku berdiri di depan pintu dengan terkejut, orang itu ternyata Sutan. Tangannya masih memegang sebuah centong, itu membuktikan bahwa dia barusan memasak di dalam dapur. Sutan pun sedang tidak mengenakan baju dan hanya mengenakan sebuah celana.

Kedatanganku mengejutkannya. Dia memelototiku dan berkata dengan terbata-bata: "Ugie, kamu, bagaimana kamu bisa datang? Apakah kamu mempunyai kunci rumah ini?"

Aku sebenarnya merasa lebih terkejut lagi, melihat kunci yang ada di tanganku dan segera berkata: "Veni yang memberikannya kepadaku untuk membantu kalian menyiram bunga."

Ketika Veni memberikan kunci ini kepadaku waktu itu, Sutan sedang minum-minum dengan Robi jadi dia sama sekali tidak memperhatikannya. Begitu selesai mengatakannya, aku langsung bertanya kepada dia kembali: "Sutan, kapan kamu pulang? Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu akan pulang pada hari sabtu?”

Menurut pemikiranku, Seharusnya Sutan sengaja cepat-cepat pulang di tahun ini.

Sutan merasa malu mendengar pertanyaanku ini. Dia pun dengan cepat berjalan menghampiriku dan langsung berkata: "Pergi, pergi, ayo kita bicara diluar saja."

Setelah mengatakan itu, Sutan langsung menarikku keluar bersamanya.

Melihat ekspresi binggung Sutan, aku sepertinya mengerti sesuatu. Sebelum aku sampai ke depan pintu, suara pintu terbuka pun terdengar. Kemudian, terdengar suara seorang wanita yang mengatakan: "Sutan, Kamu telpon siapa lagi?"

Tidak lama kemudian, seorang wanita keluar dari dalam kamar. Meski barusan, aku sudah bisa merasa ada yang salah. Tetapi ketika wanita ini muncul, aku tidak bisa mempercayai apa yang kulihat. Wanita ini adalah presdir dari perusahaan tempat kerja Sutan, Wulandari. Hal yang paling lucu adalah, dia mengira Sutan sedang menelpon seseorang.

Deren pernah memberi tahu aku bahwa hubungan Sutan dan Wulandari tidak jelas. Tetapi dia hanya merasa bahwa tidak ada bukti yang jelas. Pada saat itu, aku masih beruntung karena Sutan masih bisa menahan dirinya.

Tetapi pemandangan di depanku sekarang memberi tahu diriku sendiri bahwa aku sudah salah berpikir!

Wulandari mengenakan piyama berawarna putih dengan dadanya yang sedikit terbuka, bahunya bisa terlihat dengan jelas, celana tidurnya pun sangat pendek sampai mengekspos kakinya yang putih dan panjang. Tapi setelah melihat itu, aku sama sekali tidak merasa tergoda.

Wulandari pun terkejut setelah melihatku. Kemudian, dia mencoba menenangkan dirinya dan menyapaku dengan santai: "Ugie, selamat tahun baru!"

Seorang presdir memang adalah seorang presdir! Setelah terkejut melihatku, dia masih saja tidak lupa untuk mengucapkan selamat tahun baru kepadaku. Aku sedikit memaksakan senyumanku lalu memandang mereka berdua. Nada bicara Wulandari tampak seperti telah menjadikan dirinya sebagai nyonya di rumah ini, melainkan Sutan merasa malu dan tidak tahu harus bagaimana.

Hatiku merasa sedidkit asam. Perasaan yang sangat kompleks tiba-tiba muncul di dalam hatiku. Veni, Sesosok wanita yang menyedihkan berayun-ayun di depan mataku. Aku merasa Veni tidak dihargai dan aku sangat khawatir dengannya. Jika suatu hari, bukan aku yang menghancurkan Sutan dan Wulandari, melainkan Veni. Dengan karakternya yang lemah, dia pasti tidak akan bisa menerimanya. Kalau begitu apa konsekuensinya? Aku tidak berani memikirkannya!

Ini adalah zaman dimana yang tidak bersalah selalu akan di tindas. Setiap hari, kisah-kisah seperti ini selalu terjadi di sekitar kita. Aku telah melihat dan mendengar begitu banyak kasus seperti ini. Tetapi ketika itu terjadi pada Sutan dan Veni, aku sangat sulit menerimanya.

Veni, gadis yang begitu baik. Demi Sutan, dia sudah kehilangan dirinya sendiri. Tapi Sutan masih saja tidur dengan wanita lain.

Sutan masih merasa sangat malu. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun karena melihat keterkejutanku. Dia dengan cepat menoleh ke Wulandari dan berkata: "Wulandari, kamu pulang saja dulu, aku ingin mengobrol dengan Ugie sebentar."

Aku tertawa dingin sebentar karena melihat Sutan memanggilnya dengan santai, melainkan bukan Presdir Wulandari, tetapi Wulandari. Kelihatannya kedua orang ini sudah bukan pertama kalinya bersama, tingkat keakraban mereka telah mencapai level dimana mereka saling mengerti dengan satu sama lain.

Wulandari dengan sedikit tidak puas memelototi Sutan, tetapi dia tetap mengikuti apa perintah dari Sutan. Dia kembali ke kamar, berpakaian dan langsung pergi.

Di kamar kosong hanya tersisa Sutan dan aku saja. Sutan mengambil rokok di atas meja teh dan menyerahkannya padaku, lalu berkata dengan malu: "Ugie, dalam hal ini memang aku yang salah. Apakah kamu mau mendengar penjelasanku?"

Aku mengambil rokok yang diberikannya, lalu tertawa dengan dingin dan berkata: "Sutan, kamu tidak perlu menjelaskannya kepadaku. Masalah ini kamu harus menjelaskan kepada Veni secara pribadi.

Begitu mengungkit Veni, wajah Sutan langsung berubah. Dia terlihat sedikit takut dan berkata dengan suara yang kecil: "Ugie, bisakah kamu berjanji padaku. Jangan beritahu Veni tentang masalah ini, oke?"

Aku tidak mengatakan apa-apa, tetapi aku bukan berarti menolak Sutan lagi. Karena sejak aku melihat ini dengan mataku sendiri, aku menjadi tidak ingin memberitahukannya kepada Veni. Karena aku tidak tahu harus bagaimana memberitahukannya. aku khawatir setelah mendengar ini, Veni menjadi sangat lemah dan tidak bisa menerima kenyataan ini.

Sutan menatapku dan bertanya lagi: "Apakah kamu sudah makan? Aku sudah selesai memasak, ayo kita makan dan minum-minum bersama."

Aku mengangguk dan duduk di atas sofa. Sutan pergi ke dapur dan mengambil 2 piring yang sama lalu menempatkannya di atas meja teh. Lauk-lauk yang dihidangkannya sangat banyak, totalnya ada 8 macam lauk. Tetapi aku tahu, sejak Sutan dan Veni bersama. Veni tidak pernah membiarkan Sutan masuk ke dalam dapur. Tetapi hari ini, Sutan malah memasak semua ini demi Wulandari.

Setelah membuka dua kaleng bir, Sutan dan aku pun bersulang. Setelah minum seteguk alokohol itu, dia tidak makan sayuran itu dan hanya merokok saja. Aku tahu, dia pasti sedang memikirkan cara bagaimana menjelaskannya kepadaku. Daripada dia begini, lebih baik aku langsung menanyakannya saja.

Aku pun melihat Sutan dan bertanya secara langsung: " Sudah berapa lama kalian bersama?"

"Sudah lebih dari tiga bulan sejak aku mengungkit Direktur."

Sutan juga tidak menyembunyikan apapun dariku dan mengatakan sejujurnya.

Aku tertawa dengan dingin. Tiga bulan lalu, Veni melakukan aborsi demi Sutan dan hasilnya adalah Veni menjadi mandul. Tetapi Sutan malah selingkuh dengan Wulandari. Ini benar-benar adalah sebuah ironi yang luar biasa.

Aku mengambil birku, lalu meminum seteguk dan menghela nafas: "Kamu sangat mudah mendapatkan posisi direktur. Kamu hanya tidur sebentar dan jaga anak saja, setelah itu kamu dengan mudahnya langsung diangkat menjadi direktur, benar-benar hebat."

Aku menyindir Sutan dengan sepenuh hati.

Begitu mendengar semua itu, raut wajah Sutan menjadi berubah. Dia merasa kesal dan melihatku dengan tidak puas, lalu berkata: "Ugie, kamu boleh menyindirku, tapi kamu tidak boleh meragukan kemampuanku! Pencapaianku sampai menjadi seorang direktur, sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua ini!"

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu