Love And Pain, Me And Her - Bab 394 Presdir Mirani

Di atas tempat tidur pasien yang putih, Lulu sedang berbaring menyamping. Melihat kami berdua masuk, dia langsung berusaha untuk bangun. Hampir di saat bersamaan, aku dan Robi maju memapahnya, lalu aku bergegas berkata, “Lulu, cepat berbaring, tidak perlu bangun.”

Barulah Lulu berbaring kembali. Melihat wajahnya, termasuk normal juga, tetapi dia sepertinya sangat tidak enak badan, mendesah sewaktu-waktu, dan mengerang terus-menerus.

Robi menatap Lulu dengan canggung, dan bertanya padanya dengan hati-hati, “Lulu, kamu sakit apa sebenarnya? Dokter ada katakan cara pengobatannya tidak?”

Berdasarkan pemahamanku, Lulu juga seharusnya marah pada Roby dan tidak menghiraukan dia, tetapi Lulu tidak berbuat seperti itu. Lulu bergeleng dengan pelan, dan bertampang kurang semangat, lalu dia berkata sambil menatap Roby, “Tidak tahu, pemeriksaannya belum selesai semua. Tetapi aku merasa tidak enak sekali, jantungku sepertinya akan melompat keluar.”

Sambil berkata, Lulu mengerang lagi. Dia menatapku, dan berkata pelan, “Ugie, menurutmu, apakah aku terkena penyakit terminal? Kenapa dokter pun tidak memberitahuku apa penyakitnya?”

Aku segera bergeleng sambil mengernyit, dan bergumam padanya dengan tidak senang, “Jangan asal bicara! Tenang saja, pasti tidak ada masalah. Menurutku mungkin akhir-akhir ini kamu terlalu banyak tekanan, juga mungkin karena dijengkelkan oleh seseorang. Tepat sekali kali ini periksa baik-baik, menginap beberapa hari di rumah sakit, pasti tidak akan ada masalah.”

Aku sengaja mengungkit tentang Robi. Robi juga tidak berani melihat kami berdua, dan dengan canggung memalingkan tatapan matanya ke tempat lain.

Barulah Lulu mendesah lagi, “Huh! Siapa tahu! Oh iya, kalian berdua pulang saja. Kalian ada bisnis yang harus diurus, aku tidak apa-apa. Sendirian juga bisa.”

“Bagaimana bisa itu?”

Aku dan Robi berkata serentak.

Tidak menunggu Lulu berkata, tiba-tiba pintu bangsal terbuka. Ada seorang perawat kecil yang berjalan masuk, dan berseru, “Lulu, kamu pergi lakukan tes MRI (Magnetic Resonance Imaging). Hasilnya diambil nanti sore.”

Setelah selesai berkata, perawat kecil berbalik badan hendak pergi. Robi bergegas maju menghadangnya dan berkata, “Perawat, sebenarnya Lulu kenapa? Dia sakit apa?”

Perawat kecil melirik Robi dengan acuh tak acuh, dan bergumam, “Pemeriksaan saja belum selesai semuanya, dari mana aku tahu?”

Robi langsung memelototi perawat kecil dengan tidak senang, dan lanjut berkata, “Belum selesai melakukan pemeriksaan, kenapa kalian menyuruhnya menginap di rumah sakit?”

Baru saja perawat kecil ingin membantah Robi, Lulu berkata memotong, “Robi, kamu jangan bicara. Begitu kamu bicara, hatiku menjadi panik, melompat dengan kacau.”

Meskipun Lulu mengucapkan perkataan ini dengan wajah cemberut, tetapi aku lihat, dia justru ingin tertawa.

Roby pun tidak berkata apa-apa lagi. Lulu pergi bersama perawat kecil itu dari bangsal, sementara aku dan Roby duduk di tepi rempat tidur, saling bertatapan. Aku berkata terlebih dahulu, “Roby, akhir-akhir ini di studio lumayan sibuk, selain pulang kerja, biasanya aku tidak punya waktu untuk datang ke rumah sakit. Dalam waktu dekat ini, bisa tidak kamu merawat Lulu?”

Robi ragu sejenak. Keraguan Roby membuatku tidak senang, aku langsung berkata, “Sudah, tidak perlu kamu! Lulu adalah stafku, terlebih lagi adalah temanku, aku akan mencarikan perawat untuknya.”

Setelah aku selesai berkata, Roby segera memelototiku dengan tidak senang, nadanya pun menjadi tinggi, “Ugie, bisa tidak kamu biarkan aku selesai bicara? Kapan aku katakan tidak bisa? Lulu juga adalah temanku, bisakah aku melihat begitu saja tidak ada orang yang merawatnya? Tetapi dua hari lagi Viali akan datang, aku mungkin tidak ada waktu untuk temani dia nanti, jika dia ada masalah, kamu bantu dia saja.”

Tanpa memikirkannya, aku langsung mengangguk mengiyakan. Pekerjaan ini mudah sekali, karena Viali bepergian keluar, ada supir dan asistennya. Sebagai investor, semua orang akan memohon bantuan padanya, sama sekali tidak perlu aku lakukan apa-apa.

Aku bertanya santai pada Roby, “Viali kenapa tiba-tiba datang?”

Roby bergeleng, “Mana aku tahu! Dia setiap harinya tidak berjejak begitu, hari ini di Beijing, besok pagi mungkin dia ada di London. Aku sudah terbiasa dengan dia yang sepeti itu.”

Aku mengangguk, aku paham sekali dengan yang dikatakan Roby. Terakhir kali bertemu dengan Viali di Shanghai, sebelum aku hendak pergi, aku bertanya pada Viali apakah pulang ke Beijing, tetapi dia memberitahu aku bahwa tujuan berikutnya adalah New York.

Melihat waktu, sudah jam sepuluh lebih, aku pun berkata pada Roby, “Roby, kalau begitu kamu di sini saja temani Lulu. aku pulang dulu ke studio, telepon aku jika ada apa-apa.”

Roby mengangguk.

Area tempat Lulu berada, adalah departemen kardiologi. Aku berbelok ke kanan setelah keluar pintu, baru saja ingin ke tempat lift, tiba-tiba aku melihat beberapa dokter dan perawat berjalan keluar dari ruangan kantor di sebelah. Mereka berjalan cepat ke tempat lift, dan menunggu di sana dengan hening.

Aku merasa penasaran, maka aku berdiri di samping, sambil menunggu lift, sambil melihat mereka.

Dengan bunyi ‘ting tong’, pintu lift terbuka. Tidak menunggu orang yang di dalam berjalan keluar, dua orang dokter bergegas melangkah maju. Satu di antaranya tersenyum berseri-seri dan berkata, “Presdir Mirani, anda pelan-pelan! Akhir-akhir ini rasanya bagaimana?”

Aku sensitif sekali dengan panggilan ‘Presdir Mirani’ ini. Aku berdiri di samping, dan menatap tanpa berkedip. Kemudian, aku melihat ada seorang pria yang berambut putih berjalan keluar dari dalam lift dengan hati-hati di bawah papahan orang banyak.

Meskipun pria ini berambut putih, tetapi usianya sekitaran enam puluh tahun, badannya tinggi besar, terutama sepasang matanya itu, memberikan perasaan yang sangat tajam kepada orang. Tetapi gerakannya sedikit lambat, kelihatannya kondisi badan dia tidak terlalu baik.

Aku belum pernah bertemu dengan ayah Isyana, terakhir kali di depan pintu rumah sakit, aku juga hanya melihat bayangan punggung yang dikerumuni oleh orang-orang saja. Tetapi sekarang aku memiliki perasaan yang kuat bahwa orang tua di depan ini, seharusnya adalah ayah Isyana, tokoh legendaris dari medan bisnis, pemegang kendali dari Djarum Grup, Djarum Mirani.

Seorang dokter mengikuti di sisinya dengan berhati-hati, dan bertanya tersenyum padanya, “Presdir Mirani, ke depannya anda harus ingat, harus datang melakukan pemeriksaan ulang secara berkala, hari ini pun anda terlambat!”

Meskipun gerakan pria ini sedikit lambat, tetapi suaranya masih begitu bertenaga. Pria itu tersenyum, “Iya, dua hari ini banyak urusan di Grup, saking sibuknya aku tidak punya waktu untuk kemari.”

Dokter segera melanjutkan, “Presdir Mirani, Grup memang penting, tetapi badan anda lebih penting lagi! Lagi pula, banyak orang berkompeten di Djarum Grup, anda juga tidak perlu mengurus semuanya dengan sendiri, benar tidak menurut anda?”

Kata Djarum Grup dari dokter itu, langsung meyakinkan identitas orang ini, dia adalah Djarum Mirani. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di tempat seperti ini. Namun sayangnya, aku mengenali dia, tetapi dia sama sekali tidak memperhatikanku.

Djarum Mirani berjalan ke arah kantor dokter dengan dikerumuni oleh orang banyak. Hingga dia masuk ke dalam, barulah aku berbalik badan, dan turun ke bawah dengan lift.

Awalnya aku ingin menelepon Isyana dan memberitahukan hal tadi kepadanya. Tetapi dipikir-pikir, Isyana baru bekerja untuk hari pertama, kalaupun tidak sibuk, juga tidak enak untuk mengangkat panggilan pribadi. Aku memutuskan untuk menghubunginya setelah jam kerja.

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu