Love And Pain, Me And Her - Bab 49 Hanya Satu Garis

Raisa tidak peduli dengan perkataanku, dia tetap tersenyum polos. Kemudian mendongak dan melihat ke lantai atas, ini adalah rumah yang pernah kita tinggali. Beberapa saat kemudian, dia menoleh dan bertanya padaku, “Ugie, kamu tidak ingin mengundangku untuk duduk kah?”

Aku semakin tidak mengerti Raisa. Dulu, dia memberitahukanku, dia telah selingkuh dan hamil, dia langsung putus denganku dan pergi dariku. Saat pergi, dia begitu tegas. Namun, saat aku sudah perlahan-lahan beradaptasi dengan kehidupan yang tidak ada dia, dia malah muncul lagi. Bahkan memperlakukanku dengan kelembutan seperti sebelumnya. Ini membuatku merasa sedikit stress.

Tapi tampaknya aku sudah terbiasa mendengar perkataan Raisa. Melihatnya ingin naik ke atas, aku hanya berkata dengan nada kecil, “Kamarku agak berantakan.”

Aku tidak berbohong. Karena semalam membersihkan kamar, kamar telah dibuat berantakan olehku. Dan Raisa juga tidak peduli, dia menggelengkan kepala sambil tersenyum, dia berkata padaku, “Seberapa berantakannya? Saat kamar sangat berantakan, aku juga pernah melihatnya.”

Perkataannya benar, sebelumnya dia adalah Nyonya rumah ini. Saat paling berantakan, juga merupakan waktu pertama kali kita pindah ke sini.

Setelah berkata, Raisa langsung berjalan ke lantai atas, dan aku diam-diam mengikutinya dari belakang.

Koper dan pakaian yang ada di kamar, aku sudah menyimpannya dengan baik. Saat Raisa melihat ini, dia sedikit terkejut, menoleh dan bertanya padaku, “Ugie, kamu ingin pindah rumah kah?”

Aku mengangguk dengan canggung.

“Kenapa?”

Raisa bertanya, aku hanya bisa berbohong, “Satu orang tinggal di kamar yang begitu besar, sedikit boros. Biaya sewa juga sedikit tertekan, jadi aku ingin menganti kamar yang lebih kecil lagi.”

Raisa diam dan tidak berbicara. Dia melihat sekeliling kamar, bisa dilihat bahwa Raisa masih mengenang tempat ini.

Beberapa saat kemudian, Raisa tiba-tiba menoleh dan berkata padaku, “Ugie, aku akan menghubungi pemulik rumah. Aku ingin menyewa rumah ini.”

Perkataan Raisa membuatku terasa sakit lagi. Dia melakukan tindakan seperti ini, jangan-jangan juga tidak bisa melepaskan masa lalu kita?

Namun, aku segera menjelaskan, “Aku masih belum menemukan rumah yang cocok, dalam waktu dekat-dekat ini, aku mungkin tidak akan pindah”

Raisa memegang wallpaper yang ada di dinding. Walpaper ini ditempel oleh mereka berdua, wallpaper yang berwarna biru muda. Raisa pernah mengatakan, dia suka warna biru, karena warna biru berarti kemurnian. Namun, kita hidup di kota yang dingin ini, hidup dalam keserakahan dan keegoisan, dari awal sudah melupakan apa makna kemurnian.

Raisa duduk di atas sofa, dia melihatku dan berkata dengan nada lembut, “Ugie, aku dengar Veni mengatakan, daftar pesanan kamu dengan Sutan itu tidak berhasil, kamu juga bertengkar dengannya?”

Aku baru saja mengerti, kenapa Raisa bisa tiba-tiba datang mencariku, setelah Raisa mengetahui masalah ini, dia pasti sudah menghubungiku, tapi ponselku tidak aktif. Tampaknya, Raisa masuh mempedulikanku, tapi kepedulian ini tampaknya sudah telat, Raisa sudah merupakan wanita pria lain!

Aku mengeluarkan sebatang rokok, setelah menyalakan, aku mengisapnya, kemudian perlahan-lahan mengangguk dan berkata, “Uhm, pesanan itu memang tidak berhasil, tapi itu tidak termasuk perkelahian, hanya saling mengeluh saja.”

Raisa mengeluarkan suara “Owh”, beberapa saat kemudian, dia tiba-tiba berkata lagi, “Ugie, Presiden Casa sudah pulang.”

Presiden Casa yang dikatakan oleh Raisa, adalah Bong Casa, Presiden perusahaan KIMFAR, aku melihat Raisa dengan tatapan bingung, aku tidak mengerti perkataannya, Raisa terus berkata, “Sejauh yang aku tahu, produk baru kami belum ada di jalur produksi, periklanan dan pemasaran juga belum dipastikan. Aku rasa, kalian masih mempunyai kesempatan, meski masalah ini adalah tanggung jawab dari Rehan Bastar, tapi sekarang Presiden Casa sudah memerintahkan, untuk menghentikan pemasaran produk baru di daerah Timur. Lagipula, kamu dan Presdir Mirani pernah berkunjung ke tempat Presiden Casa, aku menyarankanmu untuk mencoba lagi, mungkin saja ada perubahan.”

Maksud Raisa adalah baik, dia juga tahu sekarang aku tidak menemukan posisi di PT Nogo Internasional, jadi dia membantuku untuk memikirkan ide seperti itu.

Aku melihatnya, perlahan-lahan meenggelengkan kepala dan berkata, “Aku rasa mencari Presiden Casa juga tidak ada gunanya, produk baru bahkan masih belum ada di jalur produksi, ini berarti perusahaan pusat kalian masih tidak memiliki rencana pemasaran yang pasti. Aku pergi mencarinya, pasti juga tidak berguna.”

Raisa mengangguk, dia berpikir sejenak, kemudian berkata, “Aku juga pernah memikirkan apa yang kamu katakan, tapi cepat lambatnya produk baru harus ada di jalur produksi, bagaimanapun juga tindakan awal lebih kuat daripada tindakan lambat kan.”

Perkataan Raisa sedikit masuk akal, aku mengisap rokok sambil berpikir, apakah harus berkujung ke tempat Presiden Casa?

Raisa melihatku tidak berbicara, dia juga ridak berbicara, dengan diam melihatku mengisap rokok. Beberapa saat kemudian, dia berdiri, melihatku dan berkata, “Ugie, jika tidak ada masalah lagi, aku pergi dulu.”

Melihat tatapan Raisa seperti air, aku malah sedikit tidak berani bertatapan dengannya, aku segera mengangguk, “Uhm”

Saat sampai di pintu, Raisa tiba-tiba menoleh, dia melihatku dan berkata lagi, “Ugie, tidak peduli apa yang pernah kita alami, di dalam hatiku, aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri.”

Satu kalimat dari Raisa membuat hidungku terasa masam, sebernarnya perkataan Raisa sangat benar, aku telah berpacaran dengannya lebih dari lima tahun, cinta dan kasih sayang sudah menyatu bersama, sama sekali tidak bisa membedakannya dengan jelas. Tapi sekarang, sudah pisah, cinta sudah tidak ada, hanya tersisa kasih sayang.

Ternyata kekasih dan saudara juga hanya satu garis yang bagus.

Raisa melihatku diam, dia terus berkata, “Jadi, Ugie, aku berharap kamu bisa hidup dengan baik, hidup lebih baik dariku, lebih baik dari semua orang! Kedepannya, jika memerlukan bantuanku, telepon saja, okey?”

Aku semakin tidak mengerti Raisa, saat aku putus asa dan merasa lesu, dia menyerangku, dia mengatakan bahwa aku sama sekali tidak memiliki hak untuk berbicara dengan Rehan Bastar, tapi saat aku benar-benar jatuh pada kondisi kesulitan, dia malah bersedia membantuku.

Aku sedikit menarik napas, mungkin dalam hidupku, aku tidak akan bisa terpisah dari Raisa.

Pada hari Senin, rapat dapartemen pemasaran. Aku tahu, ini akan menjadi pagi hari yang paling sulit bagiku.

Rapat diadakan di kantor dapartemen pemasaran, saat aku tiba, sebagian besar rekan kerja sudah tiba.

Saat seorang rekan kerja, Armin melihatku masuk ke dalam kantor, dia segera berkata dengan nada tinggi sambil tersenyum, “Ugie, aku dengar kamu mendapatkan pesanan besar hari ini, kamu harus traktir kita makan ya.”

Armin adalah salah satunya pemasar yang meraih medali emas di dapartemen pemasaran, karyawan favorit Kalin. Penampilannya juga sangat ganteng, manis, dan mendapatkan kepercayaan dari Kalin.

Namun, aku tahu, Armin sengaja mempermalukanku, karena saat aku datang bekerja, gadi kecil yang berjaga di meja resepsionis sudah menasehatiku, bahkan gadis kecil yang menjaga meja resepsionis tahu bahwa pesanan ini sudah hilang, bagaimana mungkin Armin tidak tahu?

Aku melirik Armin dan tidak berbicara, kembali ke tempat duduk sendiri.

Kalin melihat semua orang sudah datang, dia mengatur nada suaranya dan memulaikan rapat hari ini. Pertama-tama menjelaskan situasi minggu lalu, selanjutnya memberi semangat kepada semua orang untuk terus berusaha di minggu ini.

Setelah selesai melakukan perjalanan setiap harinya, Kalin melihat ke arahku dan bertanya, “Ugie, aku dengar pesananmu tidak berhasil lagi?”

Setelah Kalin selesai berkata, Armin menoleh dan melihatku, wajahnya penuh dengan ekspresi bahagia.

Aku mengangguk dengan canggung. Kalin mengalihkan topik pembicaraan, dia berkata sambil melihat semua rekan kerja, “Rekan-rekan semuanya, kalian harus tahu, kita bekerja sebagai seorang pemasar, pesanan kita akan hilang merupakan hal yang normal, pesananku juga pernah hilang, tapi...”

Kalin berbicara, dengan tatapan dingin melihat ke arahku lagi, hatiku merasa kaget, aku tahu dia ingin memarahiku.

Novel Terkait

Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu