Love And Pain, Me And Her - Bab 462 Berbelanja

Awalnya aku ingin pura-pura bodoh, tapi Viali langsung mengatakan, “Ugie, kamu sedang membohongiku!”

Kata-kata Viali mengagetkanku. Untung ini via telepon, kalau bertatap wajah, Viali pasti bisa melihat perubahan ekspresi wajahku. Aku segera bertanya balik, “Viali, aku benar tidak tahu!”

Aku masih berdalih, Viali mendengus dingin, berkata dengan sedikit menghina, “Baiklah, karena kamu tidak ingin mengatakannya, maka aku tidak bertanya lagi. Tapi kamu sampaikan kepada Robi, jangan berbuat aneh-aneh diluar. Setelah toko bunganya yang buruk itu gulung tikar, suruh dia segera kembali”

Lagi-lagi Viali memunculkan sikap dia sebagai kakak yang keras. Aku menyetujui dengan dengan ragu-ragu. Dalam hatiku berpikir, kamu saja tidak mampu mengatur Robi, bagaimana mungkin dia mendengar kata-kataku?

Aku berpikir percakapan ini akan berakhir. Tapi Viali tiba-tiba bertanya lagi, “Ugie, apakah kamu menghubungi Presdir Papang?”

Saat membahas Papang, aku tersenyum dengan tidak berdaya. Sejak pembahasan kemarin selesai, kami tidak saling menghubungi lagi. Aku langsung berkata kepada Viali, “Tidak, aku kira Presdir Papang pergi menjauh dariku karena persyaratanku”

Setelah aku selesai berbicara, tidak menyangka Viali tertawa sebentar. Padahal aku terbiasa dengan karakter Viali yang dingin dan serius, aku malah tidak terbiasa dia tertawa. Lalu lanjut mendengarkan Viali berbicara, “Ugie, apakah menurutmu negosiasi bisnis sama dengan pemesanan pemasaran? Kamu tahu siklus normal dalam negosiasi bisnis? Ini tidak sampai satu bulan. Tunggu pelan-pelan, kurasa Presdir Papang akan segera mencarimu”

Viali memberiku pengetahuan. Sebenarnya aku mengerti siklus negosiasi yang dia katakan. Tapi kita ini tidak dapat dikatakan sebagai negosiasi. Dan aku juga tidak ingin mengatakannya kepada Viali.

Karena akhir-akhir ini tidak ada pesanan yang besar. Aku juga tidak begitu sibuk. Sore ini, aku merokok dikantor sambil menyeduh teh. Tehnya baru diseduh, telepon berdering. Sekali dilihat, Isyana yang menelepon.

Setelah aku menjawab panggilannya, aku mendengar Isyana berkata, “Ugie, apakah kamu ada urusan sore ini?”

Bisa dirasakan, suasana hati Isyana hari ini sama seperti cuaca hari ini, bersinar cerah.

Suasana hati dia baik,tentunya suasana hatiku juga baik. Aku ketawa sambil berkata, “Aku tidak ada urusan, kenapa, aku ada masalah?”

“Emm, ada. Temanin aku berbelanja!”

Aku tertawa sejenak, masalah apa ini. “Siang hari kamu tidak pergi kekantor?”

Aku iseng-iseng bertanya. Isyana langsung terkekeh, dia menjawab, “Pekerjaanku hari ini adalah berbelanja”

Dia menjelaskan sedikit denganku. Ternyata perusahaan menyuruh dia untuk mengenal cabang bisnis lainnya. Jadi dia mencari kesempatan untuk pergi ke Store Nirami, pertama dia bisa berbelanja, kedua dia bisa lebih memahami kondisi Store Nirami.

Tidak lama kemudian sesudah menelepon, Isyana tiba. Baru masuk pintu, melihatku duduk diatas sofa sambil meminum teh. Dia langsung menatapku dengan cemberut dan berkata, “Ayo, sudah jam berapa. Lambat sedikit sudah jam pulang kerja dan akan ramai”

Aku baru saja berdiri. Mengikuti Isyana keluar dari ruang kerja. Memberi pesan kepada Amori, kita berdua keluar dulu. Isyana mengendarai mobil, jadi aku tidak perlu mengendarai mobil lagi. Isyana melempar kunci mobil kepadaku, berkata sambil tersenyum, “Pak Ugie, siang ini kamu berkorban sedikit untuk menjadi supirku”

Setelah mengambil kunci dan membuka pintu mobil, lalu berkendara ke arah Store Nirami

Didalam mobil, Isyana lagi-lagi berkata, “Ugie, nanti kita langsung ke supermarket beli sayur, aku juga menelepon Robi, nanti malam makan di tempat Veni”

Kelihatannya Isyana sudah menyusun jadwal siang ini. Dia tidak memberitahuku, dia sudah menghubungi Robi. Aku mengangguk sambil tersenyum, melirik Isyana, dengan iseng berkata kepadanya, “Baik, Presdir Mirani berkata seperti ini, maka saya sebagai supir akan bertindak seperti ini. Segalanya menuruti perintah Presdir Mirani”

Isyana sedikit tersenyum, dengan puas mengangguk kepalanya.

Aku semakin nyaman bersama Isyana dengan suasana seperti ini. Tanpa orderan, tanpa pelanggan. Hanya perasaan kita yang semakin dekat satu sama lain.

Sesampai di tempat parkir dan memarkir mobil. Kita berdua memasuki store. Walaupun Store Nirami adalah industri Djarum Grup, tapi Isyana tidak sering kemari. Mayoritas karyawan disini tidak mengenal dia.

Isyana juga sangat menikmati suasana tidak dikenal. Dia menarikku, berkeliling dengan santai. Ini pertama kali kita berdua berbelanja. Tidak kelihatan kalau Isyana ingin membeli sesuatu, tapi dia berkunjung ke konter penjualan satu per satu. Berjalan beberapa saat, kakiku sudah pegal dan lelah, namun Isyana yang mengenakan sepatu hak tinggi, masih bersemangat, seperti dia tidak lelah sedikit pun.

Setelah berjalan beberapa saat lagi, aku memberi tahu Isyana, “Isyana, ayo kita pergi beli sayur saja, dari tadi keliling kesana kemari, tidak ada yang dibeli, berjalan apaan ini”

Isyana segera membalikkan kepalanya, dengan tatapan tidak memuaskan dan berkata, “Apa yang kamu mengerti, berjalan-jalan, yang paling diutamakan adalah jalan-jalan, hanya melihat berbagai jenis produk yang dipajang, membuat suasana hatiku baik”

Aku tersenyum pahit dengan tidak berdaya, menghela nafas dan berkata, “Haih! Kamu harus mengatakan kepada grup untuk mengirimmu kesini sebagai pemeriksa produk. Jadi setiap hari kamu akan melihat berbagai jenis produk”

Isyana memutar bola matanya, menarikku dan melanjutkan berjalan-jalan.

Sesudah berjalan beberapa saat lagi, Isyana melihatku sangat lelah. Dia baru membawaku ke arah supermarket.

Aku mengira sesampai di supermarket, membeli makanan untuk malam ini sudah boleh pulang. Tidak menyangka Isyana masih bisa berjalan-jalan dengan senang hati disini. Dengan tidak berdaya, aku mesti mengikutinya dibelakang, mendorong troli, melihat dia memasukan satu per satu makanan kedalam troli belanja.

Berjalan beberapa saat, Isyana tiba-tiba tertarik dengan kaleng disebelahnya yang dibungkus dengan indah. Dia berhenti sejenak, mengambil kaleng dari rak jualan. Ekspresi Isyana yang senang, tiba-tiba menjadi serius.

Aku berdiri disamping, dengan bingung bertanya padanya, “Isyana, ada apa?”

Isyana melirikku, memberikan kaleng itu ketanganku. Aku melihat, ini adalah daging sapi panggang pedas yang dikemas dengan indah. Aku tidak melihat sesuatu yang istimewa dari kaleng ini. Namun saat aku melihat tulisan kecil dibawah kaleng, aku langsung mengerti, kenapa Isyana tiba-tiba menjadi serius.

Dibawah kaleng itu tertulis nama pabrik produksi, nama yang tidak asing tercetak diatas: Indoma Food Co., Ltd.

Aku membeku sejenak, menatap Isyana, langsung bertanya, “Produk Indoma, bukannya sudah dihapuskan?”

Isyana mengerutkan dahinya, melihat lagi logo diatas. Dia tiba-tiba terdiam.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu