Love And Pain, Me And Her - Bab 497

Setelah berbicara dengan Papang, aku menelepon Lulu dan memberi tahu dia tentang rencana kerja hari ini.

Setelah mengatur semuanya, aku langsung mengemudi ke Perusahaan Djarum, sebetulnya aku sudah pernah ke Perusahaan Djarum dua kali, tetapi selalu di luar tidak pernah sampai masuk ke dalam.

Ketika aku sampai di tempat parkir, aku memarkirkan mobil. Melihat bangunan perusahaan, membuatku jadi sedikit gugup. Bagaimanapun, pria yang memimpin perusahan ini adalah ayah kandung Isyana. Dan sekarang, Isyana dan ayah kandungnya telah memperbaiki hubungan. Kemudian jika aku terus berpacaran dengan Isyana, maka aku akan terus berhubungan dengannya.

Setelah menarik napas dalam-dalam, perlahan aku memasuki gedung perusahaan. Perusaahan Djarum memang layak menjadi perusahaan terkemuka di kota kami, dengan lobi berkilauan yang memberi kesan mewah dan megah.

Berdiri di pintu masuk, aku mengamati lobi yang megah. Seorang petugas datang, dia menatapku dan berkata dengan sopan.

"Maaf, pak. Ada yang bisa saya bantu?"

Aku tersenyum kepada petugas itu dan berkata dengan sopan "Iya, Direktur Tyas memintaku datang ke sini. Maaf, dia berada di lantai berapa?"

Petugas masih tersenyum sopan dan alih-alih menjawab pertanyaanku, dia berkata "Mohon tunggu sebentar, sementara saya akan menghubungi kantor Presdir untuk anda."

Menelepon katanya. Sebenarnya aku takut kalau aku dianggap mengada - ada dan bukan Tyas yang memanggilku ke sini. Petugas kemudian menelepon kantor Presdir. Beberapa saat kemudian petugas tersenyum padaku dan berkata "Baik, Pak, kantor Direktur Tyas ada di lantai sebelas, anda bisa naik sekarang."

Dengan mengikuti petunjuk yang ditunjukkan oleh petugas. Aku naik ke lift dan langsung menuju ke lantai sebelas. Segera setelah aku keluar dari lift, aku melihat seorang gadis berdiri di depan pintu, dia tersenyum kepadaku dan berkata.

"Halo, apakah anda Pak Ugie?"

Aku segera mengangguk dan menjawab dengan sopan "Halo, betul saya Ugie!"

Gadis itu tersenyum dan menunjuk ke sisi kiri koridor "Saya adalah asisten Direktur Tyas, Direktur Tyas memintaku untuk datang menjemput anda. Tuan Ugie, silakan, lewat sini."

Dan gadis itu terus berjalan di depan. Aku pikir asisten ini akan mengantarku langsung ke kantor Tyas. Tetapi dia tidak melakukannya, malah dia mengantarku ke kantornya. Begitu masuk, dia menunjuk ke sofa dan berkata "Pak Ugie, Direktur Tyas sedang sibuk sekarang. Mohon tunggu di sini sebentar. Saya akan memberitahu anda bila Direktur Tyas sudah tidak sibuk."

Aku mengangguk dan mengucapkan beberapa kata sopan kepada asisten dan duduk di sofa.

Karena aku punya janji dengan Tyas, aku pikir aku akan segera menemuinya. Tetapi setelah menunggu satu jam, hingga asisten mengisi kopiku dua kali, tetapi aku masih belum mendengar kabar dari Tyas.

Awalnya aku tidak menganggapnya serius, tetapi seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh. Tyas sendiri merupakan Wakil Presdir dari sebuah perusahaan, jadi dia tidak mungkin akan menelantarkan seseorang. Kita sudah membuat janji, tetapi dia membiarkanku terlantar seperti ini. Ini artinya, dia memang melakukannya dengan sengaja.

Aku sendiri tidak tahu banyak tentang Tyas, semua kesan yang aku dapat bersumber dari deskripsi Isyana. Jadi aku benar-benar tidak mengerti mengapa dia melakukan ini kepadaku, ketika aku pertama kali bertemu dengannya.

Saat aku memikirkannya, ada sms masuk ke ponselku. Aku membukanya dan ternyata itu dari Isyana dan katanya "Ugie, kurasa kamu hampir selesai bicara, kan? Jika kamu sudah selesai, telepon aku dan mampirlah ke kantorku."

Aku tertawa getir mendengar pesan teks itu dan menjawab Isyana "Belum mulai berbicara, Direktur Tyas sibuk dan aku sendiri belum melihatnya."

Aku tidak berani memberi tahu Isyana apa yang sedang aku pikirkan, karena takut jika aku mengatakannya, akan menyebabkan konflik lebih lanjut di antara keduanya.

Usai mengirimkan SMS, Isyana langsung membalas "Bagaimana mungkin? Kupikir kamu seharusnya bertemu jam 9.30? Sudah hampir jam sebelas, kenapa kamu belum bertemu dengannya"

Ketika aku berbicara dengan Isyana di telepon kemarin, aku telah memberi tahunya tentang janji dengan Tyas. Aku tidak melihat wajah Isyana, tapi aku bisa dengan jelas merasakan melalui rangkaian pertanyaannya bahwa Isyana sedang gelisah.

Aku tidak ingin membuat Isyana cemas karena diriku, jadi aku langsung menjawab "Kata asisten Direktur Tyas, dia sedang sibuk, jadi bilangnya sebentar lagi. Tidak apa-apa, aku juga tidak sedang terburu-buru"

Pesan sudah terkirim dan Isyana tidak membalas lagi.

Aku pikir dia akan marah lagi dan ternyata dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Lalu aku mengambil telepon dan mulai menjawab email perusahaan. Aku baru saja membalas beberapa email ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu dari luar.

Sebelum asisten Tyas bisa menjawabnya, pintu langsung terbuka begitu saja. Saat dia menoleh, dia melihat Isyana dengan wajah dingin, tengah berdiri di ambang pintu. Aku bisa merasakan kalau Isyana sedang bad mood. Alisnya merajut menjadi satu dan wajahnya dingin penuh kemarahan.

Asisten itu segera berdiri dan bergegas ke arah Isyana dan berkata dengan hormat "Halo Direktur Mirani!"

Isyana tidak menjawabnya, dia menatapku dulu baru kemudian ke asisten. Dengan dingin dia bertanya "Di manakah Direktur Tyas?"

Asisten itu sepertinya mengerti mengapa Isyana bertanya, pertama dia melihatku dan langsung menjawab "Direktur Mirani, Direktur Tyas sedang sibuk."

"Sibuk? Jika dia sibuk, bagaimana bisa dia melupakan janji dengan tamu? Lalu aku bertanya kepadamu. Kita memiliki begitu banyak ruang rapat di perusahaan, mengapa memilih menerima tamu di kantormu. Dan bukan di ruang rapat? "

Mendengar pertanyaan Isyana, aku jadi semakin tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Begitu selesai berbicara, asisten itu sibuk menjelaskan "Direktur Mirani, mmm…. begini. Ruang rapat pagi ini sudah dipesan oleh departemen lain. Jadi….."

Isyana marah saat suara asisten itu menghilang. Dia perlahan berjalan ke depan, tetapi matanya tetap tertuju pada asisten itu. Begitu sampai di depan asisten itu, dia berkata "Lalu kenapa tidak ada orang di ruang pertemuan empat dan lima ketika aku baru saja lewat?"

Begitu Isyana selesai berbicara, asisten itu semakin memucat. Jelas sekali bahwa dia berbohong, karena desakan dari pertanyaan Isyana, tidak bisa dia jawab sama sekali. Suasana di kantor menjadi sangat panas untuk beberapa saat. Aku hendak mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba pintu kantor yang setengah tertutup terbuka.

Kemudian, suara feminin, datang dari pintu kantor "Isyana, kenapa kamu begitu marah hari ini? Aku bisa mendengarmu dari lorong."

Ketika aku berbalik, aku melihat seorang wanita berusia tiga puluh tujuh atau tiga puluh delapan tahun berdiri di ambang pintu. Tak perlu dikatakan, orang itu pasti Tyas.

Sekali melihat Tyas, aku langsung mengerti mengapa Djarum meninggalkan Bibi Salim dan menikah dengan wanita itu. Karena Tyas sangat cantik.

Aku telah melihat banyak wanita cantik, tetapi Tyas tidak seperti wanita-wanita itu. Dia tidak berbicara dan hanya berdiri tanpa bergerak. Itu akan memberi orang perasaan yang sangat feminin.

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu