Love And Pain, Me And Her - Bab 251 Berita Mengejutkan

Raisa telah membohongiku! Dia dengan jelas memberitahuku bahwa dia pergi dinas ke beijing. Namun Bong Casa justru memberitahuku bahwa dia pergi ijin ke sana. Mengapa dia harus berbohong? Aku pun menghela nafas, hatiku semakin terasa tersesat. Raisa seakan sudah bukan orang yang kukenal. Sekarang dia sudah berubah menjadi orang asing, seakan berbohong sudah menjadi kebiasaannya.

Bong Casa melihatku tidak berbicara, dia sambil memegang gelas tehnya sambil tersenyum berkata kepadaku, "Ugie! Kamu bagus dalam semua hal, hanya saja kamu selalu ragu-ragu. Jangan bilang aku tidak pernah mengingatkanmu, Direktur Bastar kami dan raisa sekarang sudah pergi dan keluar bersama sama, mereka sangat romantis. Jangan terus memberi perhatian kepada mantan pacarmu dan terus mengingat cinta lama. ”

Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil tersenyum pahit,menyesap teh sambil memandang pemandangan di luar jendela dalam diam.

Kali ini aku bertemu dengan Bong Casa dengan tujuan utama untuk mengetahui situasi kimfar saat ini. Masalah raisa ini hanyalah berita yang aku ketahui tanpa sengaja. Setelahnya aku tidak mencari tahu berita apapun mengenai raisa. Dan langsung menanyakan situasi kimfar saat ini kepada Bong Casa.

Bong Casa juga merasa bahwa keinginanku untuk bergabung dengan kimfar menjadi semakin kuat. Dia memberikan padaku banyak ide. Bahkan mengajariku beberapa keterampilan manajemen. Sore ini pun aku habiskan dengan pembicaraan ringan dengan Bong Casa.

Setelah keluar dari rumah teh, Bong Casa langsung kembali ke perusahaan. Dan aku hanya berjalan-jalan tanpa tujuan. Saat ini semua orang di perusahaan sedang sibuk. Hanya akulah satu-satunya yang seperti orang yang tidak berguna. Setiap hari tidak ada pekerjaan lain dan hanya melewati hari demi hari dengan santai.

Beberapa hari ini, isyana masih sangat sibuk. Karena tidak ada hubungannya denganku, maka tiap hari aku hanya berada di kantor minum teh dan membuka internet. Hari ini aku tiba-tiba teringat dengan janji mencetak buku puisi Rose yang belum aku kerjakan. Uang dari amori juga sudah diberikan kepadaku. Akupun segera menghubungi editor dari sebuah penerbit dan dia segera menyetujui dengan harga empat puluh juta dan mencetak lima ribu copi buku. Publisher tidak bertanggung jawab akan penjualannya, sehingga harus dijual sendiri oleh pihak penulis. Bisnis publisher ini sudah memasuki masa hibernasi. Bisnis mencetak dan menjual sendiri sudah menjadi salah satu cara publisher untuk mendapatkan penghasilan.

Setelah menghubungi editor, aku segera menelpon Rose. Aku mencarinya untuk mendapatkan manuskripnya. Ketika Rose mendengar buku puisinya akan segera dicetak, dia segera memberitahuku, dia akan mengantarkan manuskripnya sendiri kepadaku. Menyuruhku untuk menunggunya di perusahaan.

Rose dengan cepat sampai di perusahaan. Dia segera menelponku memberitahuku bahwa dia sudah menunggu di lantai bawah perusahaan.

Ketika aku turun ke lobby, aku langsung melihat Rose yang berada di bawah tangga, dia mengenakan mantel hijau militer, sambil gemetar dia memandang ke arah perusahaan kami. Ketika melihatku keluar dia pun melambaikan tangan dengan gembira. Ketika sampai disisinya, Rose segera mengeluarkan sebuah buku catatan dari mantel militernya kemudian dia dengan serius berkata kepadaku.

"Ugie, semua karyaku berada di dalamnya. Kamu harus ingat, jangan sampai menghilangkan buku manuskrip ini. Karena ini lebih penting dari nyawaku sendiri."

Aku terkekeh, aku sudah terbiasa dengan sisi gila Rose ini. Aku pun melihat beberapa lembar buku ini. Di dalamnya tertulis berbagai macam puisi dengan huruf yang berantakan.

Ketika Rose melihat sikapku yang sembarangan, dia segera mengingatkanku, "Ugie, seriuslah sedikit! Kamu harus tahu betapa pentingnya manuskrip bagi seorang penulis! Kamu tahu berapa uang yang dihasilkan dari lelang manuskrip Hitler?"

Aku yang merasa bosan akhirnya bertanya, "Berapa?"

Rose segera membuat gerakan angka delapan dengan tangannya, berkata dengan berlebihan, "enam belas miliar!"

Setelah mengatakannya, dia kembali menambahkan, "Tentu saja, naskahku ini saat ini masih belum bernilai seperti itu! Tapi aku berpikir,siapa tahu di kemudian hari naskah ini akan dimasukkan ke dalam museum dan dikagumi oleh generasi mendatang."

Rose mengatakannya dengan wajah yang tulus. Aku tidak percaya dengan apa yang dia bicarakan, namun sepertinya dia percaya akan hal ini.

Aku pun mengembalikan naskah manuskrip ini kepadanya, sambil memandangnya berkata, "Barang penting seperti ini lebih baik kamu saja yang menyimpannya! Aku tidak berani memegangnya."

Rose segera panik melihatku yang tidak ingin buku puisinya itu. Dia segera berkata dengan wajah tersenyum, "Jangan, aku tenang jika kamu yang memegangnya. Hanya saja jaga dengan hati-hati ya"

Kali ini aku baru memelototinya dan tidak lagi menggodanya.

"Baiklah, tunggu kabar dariku ya! Jika buku puisi ini sudah keluar akan kuhubungi."

Setelah mengatakan itu, aku membalikkan badan untuk kembali ke kantor. Cuaca diluar sangat dingin dan aku tidak mengenakan mantel. Siapa yang menyangka Rose melihatku seperti ini kemudian berkata kepadaku dengan ekspresi seperti seorang pencuri.

"Ugie, aku mau memberitahumu sebuah rahasia!"

Melihat tatapan misteriusnya aku berkata dengan terburu-buru, "Jika ada yang ingin dibicarakan langsung katakan saja!"

Rose merendahkan suaranya dan berkata, "Riski sudah kembali!"

"Apa?"

Aku terkejut! Ketika terakhir kali terjadi masalah iklan tv, Riski telah memberiku sebuah video dan kemudian menghilang. Dan sekarang dia sudah kembali? Hal ini membuatku sulit untuk mempercayainya.

Aku pun bertanya kepada Rose, "Kapan dia kembali? Apakah kamu sudah melihatnya?"

Rose menggelengkan kepalanya, "Tidak! Tapi di studio terkadang aku mendengarnya sedang berbicara dengan isma di telepon. Isma bertanya malam ini dia mau makan apa, biar dia bawakan untuknya. Menurutmu, apakah Riski sudah kembali?"

Kata-kata Rose membuat hatiku berdebar kencang. Walaupun masalah ini sudah berlalu cukup lama, Riski juga sudah membantu membuktikan bahwa aku tidak bersalah. Namun mengenai siapa yang menyuruh Riski, Jane dan aku terus menyelidikinya walaupun hingga sekarang masih belum terungkap.

Aku memandang Rose kemudian berbisik kepadanya, "Rose, jangan ceritakan masalah ini kepada siapapun. Masalah buku puisi ini aku pasti akan mengerjakannya dengan cantik, Namun tolong bantu aku untuk memantau masalah Riski ini. Jika ada berita terbaru langsung kabari aku. "

Rose mengangguk dengan sungguh-sungguh, dia berjanji kepadaku.

Berita ini bagiku datang dengan sangat mendadak. Hal yang paling aku inginkan saat ini adalah memberitahu berita ini kepada isyana dan Jane. Setelah mengantar Rose, aku segera kembali ke kantor. Menelpon Lulu terlebih dahulu karena dia dan isyana sedang tidak ada di kantor. Aku bertanya kepadanya kapan mereka akan kembali.

Lulu mengatakan kepadaku bahwa isyana saat ini sedang berbicara dengan orang bank. Tidak akan membutuhkan waktu yang lama dan akan kembali ke kantor. Dia bertanya ada masalah apa, supaya bisa disampaikan kepada isyana. Namun aku berkata kepadanya bahwa akan aku bicarakan setelah kembali ke kantor.

Setelah meletakkan telepon, aku segera menelpon Jane. Namun Jane tidak menjawab panggilan ini, setelah beberapa saat dia baru mengirimkan pesan kepadaku. Memberitahuku bahwa dia sedang rekaman acara di luar, dan dia akan menelponku balik setelah tidak sibuk.

Ketika isyana kembali, waktu sudah menunjukkan jam tiga sore. Aku segera pergi ke kantornya, namun ditahan di luar oleh Lulu, dia berkata kepadaku dengan suara berbisik, "Ugie, saat ini presdir mirani sedang menunggu orang dari grup. Dia sekarang tidak bisa bertemu denganmu."

Aku memandang Lulu dengan rasa penasaran dan bertanya kepadanya, "Grup mana?"

Lulu masih merendahkan suaranya, "Tentu saja adalah grup djarum. Baru saja presdir mirani menerima telepon dan kemudian wajahnya menjadi tidak enak, sepertinya dia benar-benar marah. Memberitahuku bahwa selain orang grup yang mencarinya dia tidak mau bertemu dengan orang lain."

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu