Love And Pain, Me And Her - Bab 5 Orang Terbaik Idaman

Setelah Raisa pergi, rumah menjadi tempat yang aku paling tidak sukai untuk pulang, tapi malah tempat yang harus aku pulangi. Aku dan Raisa sudah tinggal bersama disini selama 2 tahun. Hampir setiap sudut ruangan, selalu tertinggal kenangan mengenainya.

Berbaring di atas tempat tidur, menyalakan sebatang rokok. seseorang perokok dengan kesepian. Melihat asap rokok yang naik pelan-pelan, otakku masih ada bayangan Raisa.

Teleponku berbunyi, Robi yang menelpon. Aku mengangkat, mendengar suara Robi diujung sana bertanyaku, "Ugie, Raisa meneleponmu?"

Aku terdiam, merasa sedikit aneh, bertanya balik padanya, "Bagaimana kamu bisa tau?"

Robi tertawa terkikik.

"Tentu saja Raisa memberitahuku......"

Robi mengatakan sampai sini, sengaja menggantungkan perkataannya. Dia menungguku bertanya padanya. Tapi aku malah tidak mengatakan apapun, hanya menghisap rokokku.

Robi melihat aku tidak berbicara, masih tidak bisa menahan, lanjut mengatakan.

" Raisa tadi meneleponku, mengatakan tadi siang dia meneleponmu. Dia bilang tadi kata-katanya padamu sedikit kasar, takut kamu tidak bisa menerimanya, bunuh diri lagi......."

Meskipun aku dan Raisa sudah putus. Tapi bagaimanapun juga dia dengan Robi juga teman sekolah, meskipun Robi tidak senang terhadap perselingkuhannya. Tapi sebagai teman sekolah, mereka berteleponan aku juga tidak terkejut.

Aku juga tau kata-kata terakhirnya hanya bicara sembarangan. Aku mematikan puntung rokokku, memakinya.

"Mati saja kau......"

"Ugie, aku lihat Raisa masih lumayan peduli padamu. Kalau tidak nanti kamu ajak dia keluar, kalian berdua buka kamar hotel, berpelukan rindu sebentar. Siapa tau cinta lama bersemi kembali, berbalikan kembali......"

Mulut hina Robi ini mampu mengeluarkan kata apapun. Dia jelas-jelas tau tidak mungkin, masih sengaja menggunakan kata-kata seperti ini membuatku marah.

Kalau dengan perkataannya, hanya ada kata-kata yang tidak berhenti membuatku marah, sampai suatu hari ketika aku mendengar nama Raisa ini aku tidak merasakan apa-apa, waktu itu aku baru benar-benar melepaskannya.

Aku tidak membalas perkataan Robi, hanya menghela nafas pelan dan berkata, seperti berbicara sendiri, juga seperti berbicara kepada Robi, "Tidak perlu beberapa bulan lagi, dia sudah seharusnya menjadi mama......"

"Tidak mungkin kan? Waktu dia baru meneleponku, bilang sedang di bar. Kamu pernah melihat bumil mana pergi ke bar?"

Perkataan Robi membuatku terdiam. Aku memang belum pernah melihat bumil pergi ke bar. Tapi aku membantah berkata.

"Siapa juga tidak mengatakan kalau ke bar pasti minum bir......"

Robi membisu.

Malam ini, aku memimpikan Raisa lagi. Ini sudah tidak tau ke berapa kalinya memimpikannya setelah putus. Di dalam mimpi, aku dan Raisa kembali ke masa-masa kami masih sangat saling mencintai. Dia berbaring di dalam pelukanku, badan yang lembut tak bertulang menempeliku. Pada saat aku menunduk berencana menciumnya, orang yang didalam pelukan malah berubah menjadi orang lain. Yang paling tidak aku sangka, orang ini adalah wanita cantik berhak tinggi.

Ketika terbangun, aku tidak bisa berhenti tersenyum pahit. Aku tidak menyangka bisa memimpikan wanita cantik berhak tinggi, dia wanita yang begitu mempesona, atau mungkin juga hanya ada di dalam mimpi baru bisa ada did alam pelukanku.

Hari pertama menjual semangka tidak begitu lancar. Pagi-pagi, sudah hujan gerimis. Pada saat aku menemukan kios semangka, sudah hampir jam 10. Abang Sutikno dan istrinya sudah sampai daritadi. Kedua orang menggunakan jubah panjang putih yang tercetak kata-kata iklan, sedang berdiri dibawah payung menjaga mesin penyegar.

Melihatku datang, abang Sutikno sibuk mengambil payung datang menjemputku. Hujan tidak deras, ditambah aku sendiri juga suka cuaca hujan, aku tidak menerima payung abang Sutikno.

Aku bertanya abang Sutikno pagi hari sudah terjual berapa porsi. Abang Sutikno sedikit canggung tersenyum berkata.

"Masih belum terjual seporsi pun......"

Aku melihat waktu, sudah jam 10. Saat seperti ini satu porsipun tidak terjual tampaknya hari ini memang sedikit gagal.

Abang Sutikno melihat aku tidak berbicara, dia menghiburku berkata.

"Ugie, kamu jangan panik. Mungkin hari ini karena hujan, orang yag membeli semangka sedikit. Meskipun tidak laku seporsipun juga tidak apa-apa. Nanti abang akan mengembalikan uang mesin penyegar kepadamu, kamu melakukan begitu banyak juga untuk membantuku, abang tidak akan membuatmu rugi......"

Aku tersenyum tidak mengatakan apa-apa. Tidak peduli apa yang terjadi, aku juga tidak menginginkan uangnya. Karena ini juga perjanjian taruhan antara aku dan wanita cantik berhak tinggi, meskipun tidak peduli menang atau kalah. Tapi yang aku katakan, harus aku penuhi. Apalagi semalam aku sudah membuatkan rencana, terhadap semangka ini, aku masih sangat percaya diri akan terjual.

Abang Sutikno melihatku tidak berbicara, dia bertanya kepadaku lagi.

"Ugie, kamu kenal dengan wanita itu?"

Yang dia tunjuk adalah wanita cantik berhak tinggi. Aku tersenyum saling menggeleng. Abang Sutikno semakin merasa aneh, mungkin dia tidak mengerti, kenapa dua orang yang tidak saling kenal, bisa taruhan karenanya.

Tapi aku tau wanita cantik berhak tinggi taruhan denganku, hanya ingin membantu abang Sutikno. Sedangkan aku taruhan dengannya, bukan sesederhana ingin masuk bekerja di Nogo Internasional, aku mempunyai pemikiranku sendiri.

Mumpung masih belum siang, aku membawa dua kotak semangka, sendiri pergi ke kantor sekitar. Pertama aku memilih sebuah kantor teknologi.

Kantor ini sangat besar. Setelah masuk ke dalam, aku langsung berjalan ke bagian resepsionis, memberitahu resepsionis ingin menemui manager pembelian, ada sebuah bisnis yang ingin dibicarakan dengan mereka.

Resepsionis ragu sejenak, dia melihatku dari atas kebawah. Aku masih memakai setelan jas yang kupakai semalam saat interview. Setelan jas ini adalah jas yang paling mahal aku punya. Awalnya ingin digunakan untuk pernikahan, sekarang juga tidak terpakai. Ditambah penampilanku masih lumayan, tampaknya juga tidak seperti promosi sembarangan. Resepsionis juga tetap menelepon bagian pembelian.

Seseorang gemuk yang bermarga Prapto menerima kartu namaku, berumur 30an tahun, memakai kacamata, juga sedikit botak. Setelah memperkenalkan diriku, dia sedikit ragu bertanya padaku,

"Pak Ugie, kamu bilang ada mau membicarakan bisnis, sekarang silahkan katakan......"

Melihatnya yang blak-blakan, aku juga tidak berbasa-basi lagi, langsung berkata.

"Begini, manager Prapto. Sekarang kami ada stok semangka, tidak tau apakah kamu tertarik?"

Begitu perkataanku selesai. Suasana sekitar menjadi sedikit lucu. Mulut manager Prapto terbuka lebar, dengan sedikit tidak percaya melihatku. Meskipun wajahku pura-pura tidak terjadi apa-apa, tapi dalam hati merasa sedikit canggung.

Ekspresi manager Prapto pelan-pelan berubah. Dari terkejut, lalu pada akhirnya sudah menghina. Harus diketahui, mereka ini bertanggung jawab atas pembelian perusahaan, meskipun bukan divisi penting perusahaan, tapi keuntungannya tidak sedikit, apalagi perusahaan besar seperti mereka,

Begitu mendengar aku mempromosikan semangka, sulit menghindari kalau dia akan menganggap remeh.

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu