Love And Pain, Me And Her - Bab 509 Bermesraan Dengan Intim

Begitu Don Juan selesai berbicara, dia pun berdiri. Dia melihatku dan berkata lagi, “Sudahlah aku sudah mengatakan apa yang seharusnya ku katakan. Oh iya Ugie, ketika kamu bertemu dengan Sutan. Tolong beritahu dia urusannya denganku belum selesai. Benar-benar membuatku kesal saja. Suatu hari aku akan memberikan permainan yang jahat untuknya. Kalau waktu itu tiba, aku akan membuatnya tak berkutik sampai menangispun salah nada.”

Ucapan Don Juan ini hanya aku anggap sebagai cara Don Juan menghibur dirinya sendiri. Setelah diganggu dan diintimidasi oleh seseorang, sudah wajar kalau dia mengucapkan kata-kata kejam ini untuk menemukan ketenangan dalam hati dan psikolognya. Jadi aku tidak terlalu menganggapnya serius.

Ketika sudah sampai di pintu lift untuk mengantar Don Juan keluar, Don Juan tiba-tiba menoleh padaku dan berkata, “Ada lagi Ugie, kamu juga harus berhati-hati dengan teman sekolahmu itu! Dia serigala berbulu domba jadi jangan terlalu akrab dengannya. Jangan sampai suatu hari, kamu juga sama digigit habis olehnya.”

Aku terkekeh dan tidak terlalu peduli dengan ucapan Don Juan.

Semua yang dikatakan oleh Don Juan ini, aku sama sekali tidak mengatakannya pada Isyana. Karena Isyana dan Tyas pada dasarnya sudah berselisih dan punya masalah. Aku takut kalau Isyana tahu lebih banyak, malah akan jadi hal yang semakin tidak menguntungkan dan buruk untuknya.

Karena modal dana yang masuk, Cantique sudah mulai melakukan promosi kemana-mana dengan besar-besaran. Hasil dari promosi itu juga lumayan bagus. Akhir-akhir ini, pertambahan nilai semakin tinggi. Hanya dengan waktu setengah bulan, jumlah pengguna terdaftar telah melebihi satu juta orang.

Angka ini jelas tidak tinggi dibandingkan dengan beberapa aplikasi perusahaan besar atau beberapa aplikasi game. Namun jika di aplikasi industri kecantikan, app ini sudah menempati peringkat ketiga. Salah satu yang paling memuaskan adalah pengguna aktif hariannya, Cantique telah menjadi aplikasi kecantikan peringkat kedua. Sebenarnya, nilai karat emasnya adalah yang tertinggi.

Bagi perusahaan yang baru berdiri seperti kami. Selain karyawan biasa, kami para manajer dan admin sebenarnya tidak terlalu memiliki liburan akhir pekan. Misalnya, meskipun aku tidak bekerja, tapi aku masih saja membawa beberapa pekerjaan yang perlu kerjakan segera untuk dikerjakan di rumah.

Setelah mandi, aku pun menyalakan laptop dan mulai mengirimi beberapa email satu persatu. Setelah bekerja sebentar, ponsel yang ada di atas meja bergetar. Aku mengambilnya dan melihat kalau yang menelepon adalah Isyana. Aku pun segera mengangkatnya, lalu suara Isyana yang masih bermalas-malasan terdengar di telingaku, “Ugie, ibu pergi beli sayuran dan bahan makanan. Dia memintamu untuk makan siang di rumah. Dia bilang akhir-akhir ini kamu sibuk dan cukup lelah. Dia ingin memasakkanmu beberapa makanan untuk menambah gizi tubuhmu.”

Aku tersenyum. Bibi Salim selalu saja baik terhadapku. Aku melihat ke jam, lalu mengiyakan, “Oke, begitu aku menyelesaikan pekerjaan yang ada di tanganku sekarang, aku akan langsung kesana.”

“Oke, kalau gitu lanjutkan pekerjaanmu. Aku mandi dulu.”

Selesai Isyana bicara, aku pun menutup teleponnya. Aku menyelesaikan pekerjaanku sebentar, baru kemudian keluar pergi ke supermarket untuk membeli beberapa buah. Setelah itu, aku pun langsung pergi ke rumah Bibi Salim dengan mengendarai mobilku.

Gaji Isyana saat ini cukup tinggi dan dia juga sudah menebus rumahnya di bank. Tapi Bibi Salim bilang kalau dia sangat nyaman tinggal di sana dan dia tidak berniat untuk pindah. Dia ingin terus tinggal di sana.

Aku pun naik dan mengetuk pintunya, Isyana dengan cepat membukakan pintu untukku. Isyana sepertinya tidak menghindar dariku sekarang, dia tahu aku akan datang. Namun tetap mengenakan piyama sutra berendra yang pendek dan begitu longgar. Tidak perlu sengaja mengintip, aku sudah langsung bisa melihat celah cahaya indah bagai musim semi di bagian dadanya.

Lengan tangan yang indah dan lembut, kaki panjang yang ramping, ditambah dengan piyama seputih salju. Itu sangat cocok dengan kulitnya yang putih dan lembut itu. Memberikan kesan yang begitu menggoda dan bersinar untuk orang lain. Isyana juga tidak memakai riasan wajah. Meskipun wajahnya begitu polos tanpa make up, tapi itu justru malah menunjukkan kecantikan alaminya.

Begitu aku masuk dengan Isyana, Isyana mengambil buah-buahan yang ada di tanganku dan meletakkannya di atas meja teh. Lalu, berkata padaku, “Di atas meja ada rokok. Kamu merokok dulu sana! Aku ganti baju dulu.”

Isyana bicara sambil berbalik mau pergi.

Ketika melewatiku, aku tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih pergelangan tangannya, lalu menariknya ke arahku. Setelah itu, merangkul pinggang kecilnya yang begitu ramping dan lembut itu.

Gerakanku ini sangat tiba-tiba sehingga Isyana langsung menjerit. Lalu, dia mencubit wajahku dengan tangan kecilnya, lalu terkekeh dan berkata, “Tuan Ugie! Gerakanmu yang seperti ini terhadap teman wanita biasa ini, bukannya sedikit keterlaluan?”

Belum menunggu aku menjawab, Isyana sudah tertawa dengan keras.

Aku pun tertawa juga, lalu mengeratkan genggaman tanganku di pinggangnya menariknya mendekat. Isyana menempel dengan erat di tubuhku. Aku tidak mengenakan banyak pakaian, kami berdua pun menempel bersama seperti ini. Aku bisa merasakan dengan jelas, perubahan naik turunnya napas dan gelombang di tubuhnya.

Aku juga tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap lurus ke Isyana. Isyana juga sama menatapku. Aku bisa merasakan kalau dia sedikit gugup. Napasnya mulai menjadi cepat dan tak teratur. Walaupun, dulu kita berdua pernah ada gerakan yang intim seperti ciuman mulut dan juga pelukan. Tapi, yang seperti ini menempel bersama dengan intimnya, ini baru pertama kalinya.

Aku menundukkan kepala, mendekat ke bibir merah Isyana. Isyana langsung memundurkan kepalanya ke belakang, aku pun maju lagi, Isyana juga malah mundur lagi.

Sebenarnya, selama aku maju terus ke depan, Isyana sudah tidak punya cara untuk bergerak mundur ke belakang lagi. Tapi aku malah berhenti, aku menggunkan tangan yang merangkul pinggang Isyana untuk perlahan menekan-nekankan jariku ke rusuknya.

Hanya dengan satu gerakan itu, Isyana langsung menggeliatkan badannya dengan gemetar. Lalu dia terkikik. Dia paling takut geli dikelikitik!

Dia menggeliatkan badannya di tubuhku lagi-lagi merasakan pinggangnya yang bergitu lembut seperti tak bertulang itu.

Dengan memanfaatkan kesempatan ini, aku pun langsung mencium bibir merah Isyana. Kali ini, Isyana tidak menghindar lagi. Sebaliknya, dia malah merangkul leherku dengan tangannya yang lembut dan mulai membalas ciumanku.

Baru berciuman sebentar. Telepon di sakuku tiba-tiba berdering. Isyana langsung mendorongku untuk melepaskanku, dia ingin aku menjawab teleponku. Tapi keindahan dan kecantikan sudah ada di pelukanmu, jadi mana mungkin aku rela melepaskannya. Aku pun merangkul dan memeluk Isyana lagi dengan erat, kami berpelukan dan berciuman dengan hangat dan mesrahnya.

Kami berdua berciuman dan berpelukan sebentar. Ketika kami melepas diri, wajah Isyana sudah memerah daritadi dan napasnya sedikit terengah-engah.

Isyana menatapku dengan centil. Lalu, mencium pipiku dengan lembut dan berkata dengan genitnya, "Jawab teleponnya, aku akan mengganti pakaianku dulu. Ibu akan segera kembali"

Sangat tidak rela melepaskan wanita cantik ini. Tapi apa yang dia katakan ini benar juga, Bibi salim harusnya akan segera pulang. Di bawah ketidakberdayaan, aku hanya bisa melonggarkan tanganku melepaskannya dengan enggan. Begitu kami melepaskan diri masing-masing, tiba-tiba pintu dibuka dari luar.

Lalu, kami melihat Bibi Salim yang membawa beberapa kantong belanjaan di depan pintu. Begitu melihatku sudah datang, dia langsung tersenyum sumringah dan berkata, “Ugie, kamu sudah lama sekali tidak datang ke tempat Bibi Salimmu ini loh. Hari ini pokoknya kamu tidak boleh pergi terburu-buru lagi.”

Aku tersenyum mengiyakan. Lalu, dengan segera maju dan mengambil beberapa barang dari tangan Bibi Salim. Sedangkan Bibi Salim menatapku sebentar lalu menatap Isyana. Wajah Isyana memerah tidak karuan. Dilihat seperti itu oleh Bibi Salim, Isyana jelas tidak merasa bebas. Dia pun langsung berkata, “Kalian masak saja sana. Aku akan ganti baju dulu.”

Sebenarnya aku juga merasa sedikit canggung. Karena terlihat jelas sekali kalau Bibi Salim pasti sudah bisa menebak kalau aku dan Isyana tadi baru saja bermesraan dengan intim.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu