Love And Pain, Me And Her - Bab 68 Banyak Pikiran

Begitu terpikir Raisa, hatiku merasa kecewa lagi, aku segera menggelengkan kepalaku, mengatakan pada diriku sendiri untuk tidak memikirkannya, dan mengonsentrasikan energiku dalam pekerjaan. Tiba-tiba aku terpikir Lulu memposting di Internet, aku masih belum membacanya.

Jadi aku menelepon Lulu, beberapa saat kemudian, terdengar suara Lulu yang dingin dari dalam telepon, “Ugie, sekarang waktunya pulang kerja, tolong jangan meneleponku setelah pulang kerja. Aku tidak memiliki apa-apa yang ingin dibicarakan denganmu.”

Aku hampir saja lupa, gadis ini masih marah denganku di pagi hari. Sepertinya masih belum membaik, aku ingin membujuknya beberapa kata dan bertanya apa yang telah terjadi. Tetapi dia berkata dengan nada menolak seribu mil jauhnya, jadi aku langsung tidak membicarakannya, hanya bertanya tentang postingan, Lulu berkata dengan dingin, “Nanti aku akan mengirimkanmu tautannya, kamu lihat sendiri.”

Sebelum aku berbicara, Lulu langsung menutup telepon.

Keanehan Lulu membuatku curiga, sepertinya ingin memahami apa yang telah terjadi, aku hanya bisa bertanya pada Robi. Kemudian aku menelepon Robi, dia langsung menjawab, tapi suaranya agak malas.

Aku bertanya di mana dia berada, dan dia berkata, “Aku berada di tempat makan kaki domba panggang Mongolia di seberang kampus.”

"Kamu pergi sendiri?"

"Yes! Datanglah."

Kemudian Robi menutup telepon.

Ada apa dengan ini? Lulu bersikap dingin padaku, sedangkan Robi bersikap tak semangat. Yang lebih aneh lagi bocah ini sendirian pergi makan kaki domba panggang. Ini membuatku sangat tidak bisa mengerti.

Aku menaiki taksi dan langsung menuju ke tempat yang dikatakan Robi.

Tempat makan yang dikunjungi Robi berada di seberang universitas kami. Di masa kuliah, itu menjadi tempat kami berkumpul, setiap kali seseorang memiliki sesuatu yang baik, kami akan berlari ke sini untuk makan, katanya perayaan, tetapi kenyataannya adalah makan.

Aku masih ingat pada hari ketika Raisa berjanji menjadi pacarku, kami beberapa orang berlari ke sini untuk makan dan minum. Hari itu aku mabuk, Raisa membawaku kembali ke kos, aku menunjuk ke langit dan memberi tahu Raisa. Aku mencintainya lebih dari bintang-bintang di langit, Raisa sangat terharu, tetapi Robi muntah, dia merasa jijik dengan perkataanku.

Kami pernah menangis, tertawa, mabuk, dan membuat keributan di sini. Boleh dikatakan bahwa tempat makan ini sepenuhnya mencatat absurditas kami di masa perguruan tinggi. Hanya saja setelah lulus, kami sudah lama tidak kembali ke sini, kalau bukan karena Robi, aku khawatir aku akan melupakan keberadaannya.

Bos masih mengenalku, begitu masuk di menunjuk ke arah Robi di jendela, dan tersenyum berkata, "Teman sekelasmu ada di sana."

Posisi duduk Robi adalah posisi yang paling sering kami duduk di masa kuliah, Robi selalu bilang itu adalah tempat duduk khusus miliknya.

Di atas meja makan, ada kaki domba yang sudah siap panggang. Api arang merah, membuat wajah Robi memerah.

Begitu aku duduk, aku memotong sepotong daging, sambil makan, aku bertanya pada Robi, "Mengapa kamu datang ke sini sendirian?"

Robi meneguk bir dan berkata dengan malas, “Kalian semua sibuk, hanya aku sendirian yang tidak ada kerjaan. Aku tidak punya tempat untuk pergi, jadi aku datang ke sini.”

Sikap Robi agak aneh. Aku bertanya lagi padanya, “Apa yang terjadi semalam setelah aku pulang? Mengapa hari ini Lulu selalu mengabaikanku?”

Begitu mengatakan Lulu, dia langsung mengalihkan pandangannya. Sepertinya benar-benar terjadi sesuatu.

Robi tertegun sejenak dan berkata, “Tidak apa-apa, hanya kebanyakan meminum.”

Sangat jelas dia sedang berbohong.

Aku mengambil garpu dan pura-pura ingin menusuknya, dan pada saat yang sama aku bertanya padanya, “Robi, emangnya aku tidak tahu sikapmu? Ayo terus terang padaku, kalau tidak aku tidak akan melepaskanmu.”

Robitersenyum kaku, namun dia tidak mengatakan apapun.

Aku mencoba bertanya padanya, “Apakah kamu menidurinya ketika dia mabuk?”

Aku hanya bercanda, siapa tahu Robi tidak berkata. Aku langsung kaget, tidak heran hari ini Lulu bersikap seperti ini padaku, dan memarahiku melakukan hal buruk bersama Robi. Aku mengambil bir dan meminumnya. Baru saja ingin memarahinya, siapa tahu Robi bergumam, “Bukan juga menidurinya, palingan tidur setengah.”

Mendengar perkataan Robi, aku hampir memuntahkan bir yang baru saja kuminum, memelototinya dan berteriak marah, “Dasar! Aku pertama kali mendengar tidur setengah, kamu jelaskan padaku, apaan itu tidur setengah?”

Robi melihat ke kanan dan ke kiri, setelah melihat tidak ada yang memperhatikan kami, dia berbisik, “Hanya tidur seranjang tanpa melakukan apapun.”

“Kalau begitu apakah kalian berciuman?”

Robi mengangguk.

“Menyentuh?”

Robi mengangguk lagi.

“Akhirnya?”

“Tidak melakukan apapun, langsung tertidur.”

Aku tertawa terbahak-bahak, dalam pandangan kami, kalau Robi benar-benar meniduri Lulu, itu juga normal, seorang pria dan wanita yang kesepian ditambah lagi meminum alkohol, bisa dimengerti kalau terjadi hal seperti ini, tetapi berdasarkan sikap Robi, dia sepertinya tidak mau, seolah-olah dia telah melakukan hal buruk.

Robi adalah orang yang paling aneh di antara teman sekelas kami. Dia tidak pernah memiliki pacar sejak kuliah, sehingga pernah ada orang yang bilang dia menyukai pria, tapi aku tahu itu sepenuhnya omong kosong.

Aku langsung bertanya padanya, “Robi, mengapa kamu tidak mencari seorang pacar?”

Begitu membicarakan topik ini, Robi segera menunjukkan sikap sinisnya, dia memiringkan kepalanya, menatapku, dan berkata dengan provokatif, “Aku suka pria dan menyukaimu, kamu belum menikah, aku tidak akan mencari pacar.”

Aku meliriknya dan memarahinya, “Kakekmu salto, aku serius denganmu.”

“Kakekku sudah mati, pergilah mencarinya!”

Aku menyerah! Aku bukan lawannya, aku berkata padanya seserius mungkin, "Robi, Lulu adalah gadis yang baik, kamu...."

Tidak menungguku selesai berkata, Robi memelototiku dan menghentikan kata-kataku, “Aku juga pria baik.”

Aku bersikeras membujuknya, “Kalian berdua sangat baik, jadi sebaiknya bersama.”

Robi menggerakkan bibirnya, “Ada begitu banyak gadis baik di dunia ini, dapatkah aku bersama mereka semua? Lagi pula, kamu baru saja melompat keluar dari lubang api, sekarang malah ingin mendorongku masuk. Aku tidak akan melakukannya.”

Aku terdiam, akhirnya aku berkata, “Kalau kamu bukan sakit fisik, maka pasti memiliki gangguan mental!”

Robi memang aneh! Aku tahu dia pernah jatuh cinta ketika masih di sekolah menengah, tetapi tidak tahu mengapa, dari perguruan tinggi sampai sekarang, ia sepertinya sangat menolak masalah pacaran. Menyuruhnya bermain trik dengan wanita, dia lebih ahli daripada siapapun, tetapi kalau mengatakan yang serius, dia pasti langsung melarikan diri.

Robi meminum seteguk bir dan tiba-tiba bertanya padaku, “Ugie, apakah Sutan dan Veni sudah mau menikah?”

Aku menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu, tapi sepertinya tidak lama lagi."

Robi melihat ke luar jendela, dan bertanya lagi, "Apakah menurutmu mereka akan bahagia?"

Aku menyesap bir dan menjawab dengan santai, “Bagaimana mungkin tidak bahagia? Karakter Veni begitu bagus, dan tahu bagaimana merawat orang. Karier Sutan juga lumayan lancar, dan bisa menghasilkan uang. Mereka adalah pasangan serasi!”

Robi menghela nafas, tatapannya sepertinya terlihat sedih, dia bergumam, “Diantara kita bertiga harus ada seseorang yang bahagia, kamu terluka parah, dan aku hanya hidup sendirian. Kalau dia dan Veni bisa bahagia, kita berdua juga tidak akan merasa kesal.”

Aku menusuk sepotong daging kambing, menatap Robi sambil mengunyah, dan berkata, “Robi, mengapa kamu sepertinya sedang meninggalkan kata wasiat? Jangan-jangan kamu menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan?”

Robi memelototiku, dan berteriak marah, “Setan, pergi menjauh! Aku masih sangat sehat.”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu