Love And Pain, Me And Her - Bab 144

Apa yang dikatakan Riski selanjutnya terlalu penting bagiku. Sekarang hanya dia yang bisa membuktikan kebenaranku pada saat itu.

Riski mengerutkan kening, dan dia menghisap rokoknya. Tampaknya dia sedang mengingat kembali situasi hari itu. Jane dan aku memandangnya dengan gugup. Setelah beberapa saat, Riski menoleh menatapku. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Maaf, setiap hari aku menonton terlalu banyak iklan. Aku tidak ingat apa yang kamu katakan.”

Aku tertegun seketika! Menatap Riski dengan tidak mengerti, segera bertanya kepadanya, "Bagaimana mungkin? Pada saat itu, jelas kita berdua yang meninjau hal ini dan tidak ada suara backing narasi di dalamnya."

Emosiku tidak terkendali, aku berteriak kepada Riski. Aku tidak percaya hanya terjadi beberapa hari, dia bisa melupakannya semua ini. Dia pasti sedang berbohong. Riski juga tidak menatapku. Dia berbalik untuk melihat Jane, mengerutkan kening dan berkata, "Jane, bagaimana dengan teman sekelasmu? Iklan itu mereka tinjau sendiri, dan kontraknya juga ditandatangani olehnya. Mengapa sekarang datang menyalahkanku? Bagaimana aku dapat mengingat apakah iklannya ilegal? "

Kata-kata Riski membuatku panas, dan aku segera berdiri. Jane takut aku akan kehilangan kendali, dan buru-buru menarikku dan berkata, "Ugie, jangan cemas dulu, biarkan Riski memikirkannya lagi"

Riski juga berdiri, dan dia melemparkan puntung rokok ke lantai dan menginjaknya dengan keras. Lalu dia berkata kepada Jane, "Maafkan aku, Jane. Kalian cepat pergi saja, apa yang terjadi, Hal ini tidak ada kaitannya denganku, tetapi datang ke rumahku"

Aku menenangkan diriku sendiri. Aku tidaklah bodoh, aku mengetahui Riski pasti mengetahui apa yang terjadi. Sejak dia melihatku tadi, ekspresinya sudah tidak wajar. Terdapat celah dalam kata-katanya. Tetapi aku juga tahu bahwa tidak ada gunanya untuk terus bertanya. Hari ini, dia tidak akan mengatakannya.

Aku berusaha untuk mengeluarkan sedikit senyuman, menatap Riski, dan berkata dengan tenang, " Riski, tadi aku sedikit cemas, harap maklum. Tetapi merepotkamu untuk tolong pikirkan lagi. Jika kamu telah mengingatnya, berharap kamu dapat menghubungiku, atau Jane. Kemungkinan kamu tidak mengetahui bahwa masalah ini terlalu penting bagiku "

Melihat sikapku yang tenang, nada bicara Riski jauh lebih baik. Tetapi dia sekadar mengatakan kepadaku, "Baiklah, aku mengerti. Jika aku mengingatnya, aku akan menghubungimu, sudah malam, aku juga tidak menahan kalian lagi"

Riski telah mengeluarkan perintah penggusuran. Jane dan aku tidak punya pilihan selain pergi.

Begitu masuk mobil, Jane tidak buru-buru mengemudi. Dia membuka tasnya, mengeluarkan pulpen perekaman dari dalam, dan menyerahkan kepadaku dan berkata, "Ambil, pulang mendengarkan dengan baik, lihat apakah ada penemuan yang baru."

Aku tersenyum. Jane benar pantas menjadi reporter, dia merekam pembicaraan tadi. Tetapi aku juga menggelengkan kepala, mengeluarkan teleponku, dan berkata dengan senyuman tak berdaya, "Tidak perlu, aku juga merekamnya. Hanya saja tidak mengetahui apakah itu berguna."

Jane menatapku dengan aneh, dia tersenyum dan juga tidak banyak bicara.

Dalam perjalanan, kami berdua terdiam, dan tidak ada yang berbicara. Aku mulai mengingat dengan hati-hati setiap kalimat dan setiap ekspresi Riski. Semakin aku berpikir, semakin berpikir tidak beres. Sedang serius berpikir, Jane tiba-tiba menatapku, dia berkata langsung, "Ugie, aku yakin. Riski pasti berbohong"

Aku segera menatap Jane. Meskipun aku merasa Riski sedang berbohong, tetapi tidak ada bukti. Jane mengenang dan berkata, "Dia tadi mengatakan bahwa dia tidak tahu bahwa iklan KIMFAR telah dihapus karena dia mengambil cuti tahunan. Tetapi aku telah bertanya kepada rekan kerja bahwa tanggal cuti tahunannya sebenarnya adalah hari kedua setelah iklan tersebut dihapus. Jika memang hari itu dia tidak ada di kantor, tetapi atasanya mereka pasti akan memberi tahu dia. Lagipula, iklan ini dikirim olehnya, ini adalah prosedur rutin. Sehingga aku berkata, dia sedang berbohong. "

Kata-kata Jane membuat aku lebih percaya diri. Aku memikirkannya dan bertanya kepadanya, "Bahkan jika telah mengetahui dia sedang berbohong sekarang, apakah ada cara untuk membuatnya mengatakan yang sebenarnya?"

Jane menghela nafas dan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sulit! karena Riski sudah memilih untuk berbohong, berarti dia harus mengetahui asal usul masalah ini. Mungkin saja dia juga terlibat dalam masalah ini. Jika dia mengatakan yang sebenarnya, sama berarti menggali kuburan untuk dirinya sendiri? "

Kata-kata Jane mengecewakanku. Apa yang dia katakan masuk akal, tetapi tidak ada yang bisa membuktikan kebenaranku kecuali Riski. Seketika, aku sepertinya terjebak ke jalan buntu. Tidak dapat menemukan jalan keluar.

Sesampainya di bawah rumahku, aku mengucapkan beberapa kata terima kasih kepada Jane. Sebelum meninggalkan mobil, Jane menghiburku dan berkata, "Ugie, jangan berkecil hati. Semuanya adalah ulah manusia, pasti dapat menemukan solusinya."

Aku tersenyum pada Jane. Kepada Jane aku sangat berterima kasih dengannya. Tetapi bisakah aku benar-benar menemukan solusinya?

Malam itu, aku berbaring di tempat tidur dan berulang-ulang mendengarkan rekaman Riski. Selain membuktikan bahwa dia sedang berbohong, tidak mendengarkan ada petunjuk lain yang lebih berguna lagi. Semuanya kembali ke jalan buntu lagi.

Ketika aku bangun keesokan paginya, sudah hampir jam sembilan. Aku buru-buru bangkit, sederhana membersihkan, langsung berlari ke perusahaan. Waktu ini pasti telah terlambat. Ternyata benar, di bagian penjualan, semua rekan sudah sedang bekerja.

Salah satu dari mereka melihatku memasuki pintu dan segera berkata,

"Ugie, mengapa kamu baru datang sekarang? Direktur Kalin telah menayakan dua atau tiga kali dan meminta jika kamu datang segera pergi ke ruangannya"

Aku tersenyum padanya. Tanpa menunggu untuk berbicara, Armin melihat diseberang berkata dengan kesal, "Terlambat termasuk apa? Dia itu adalah selebriti perusahaan, asisten khusus presdir. Tetapi aku benar tidak mengerti bahwa asisten khusus tidak bekerja di kantor presdir. Justru setiap hari datang ke departemen penjualan kita yang kecil ini bermaksud apa? "

Dia berkata, mencibir dengan sengaja.

Terkadang, orang memang sangat aneh. Aku tidak mengingat sejak kapan aku pernah menyinggung Armin, tetapi kenapa dia terus menyinggungku.

Aku menatapnya dengan cuek dan mengabaikannya. Meletakkan barang-barang yang ada tangannya kemudian langsung pergi ke ruangan Kalin.

Tidak perlu menebak, aku juga bisa memikirkannya. Kalin mencariku, pasti karena kejadian semalam. Sebenarnya, aku tidak menyalahkan Kalin, di hadapan pria muda kaya dan tampan serta berbakat seperti Don Juan. Umumnya para wanita tidak dapat menahannya. Apalagi Kalin adalah wanita yang sangat matre.

Mengetuk pintu dan masuk. Kalin sedang memegang kopi dan melihat dokumen-dokumen di atas meja. Setelah melihatku, Kalin segera berdiri. Dia tersenyum dan berkata, "Aku pikir kamu tidak akan datang hari ini,Duduklah."

Setelah berkata, Kalin secara pribadi menuangkan secangkir teh panas untukku.

Jika Kalin sangat sopan di masa lalu, aku mungkin masih merasa wajar. Tetapi setelah kejadian semalam, dia begitu sopan, aku merasa sedikit tidak nyaman.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu