Love And Pain, Me And Her - Bab 586 Kamar 705

Raisa terdiam sebentar, lalu dia berkata dengan pelan "Ugie, aku benar-benar tidak ingin bertemu denganmu, aku takut"

Kata-kata Raisa membuat aku takut, tapi aku tetap berpura-pura tenang dan bertanya padanya "Raisa, apa yang kamu takuti?"

Raisa terdiam lagi, setelah beberapa saat, dia perlahan berkata "Aku di Rumah Sakit Kanker, kamar 705"

Jawaban Raisa membuat hatiku benar-benar terpuruk, firasat buruk sebelumnya terwujud sedikit demi sedikit, aku menahan depresi di hati dan berkata dengan lembut "Tunggu aku, aku akan pergi sekarang"

Saat meletakkan telepon, aku merasa bahwa seluruh dunia menjadi gelap, aku tahu apa artinya Rumah Sakit Kanker, dengan menahan kesedihanku dan menahan secercah harapan terakhir, aku berjalan keluar kamar.

Sebelum turun, aku melihat Robi keluar dari kamar sebelah, tadi malam sudah sangat larut dan dia tidak pulang, jadi dia membuka kamar di sebelah aku, melihat kegelapan di wajahku, Robi langsung bertanya "Ugie, ada apa denganmu?"

Aku menggelengkan kepalaku perlahan dan suaraku mulai bergetar "Pergi, pergi ke rumah sakit, kamu nyetir, Raisa ada di rumah sakit."

Mata Robi juga membelalak, aku tahu bahwa dia pasti sama seperti aku, ada pertanyaan yang tak terhitung jumlahnya muncul, hanya saja aku belum bertemu dengan Raisa dan aku tidak bisa menjawab pertanyaan Robi sama sekali.

Pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobil, Robi menyetir mobil dengan cepat dan kami berdua tiba di rumah sakit yang dibilang Raisa, saat berjalan menuju bangsal, kakiku seberat seribu ton, semakin dekat dengan pintu bangsal, semakin aku tidak berani menghadapi apa yang akan terjadi.

Ketika sampai di depan pintu, aku mengumpulkan keberanian dan mengetuk pintu dengan ringan, sampai ada suara yang terdengar dari dalam, aku dengan lembut membuka pintu dan masuk dengan Robi.

Begitu memasuki pintu, aku tertegun oleh semua yang ada di depanku, Raisa mengenakan gaun rumah sakit dan bersandar di tempat tidur, dia juga memakai topi biru muda, dibandingkan dengan sebelumnya, Raisa tampak kurus banyak, mata besar yang indah di masa lalu, karena kekurusannya, telah masuk jauh ke dalam rongganya. Saat dia melihatku, matanya yang indah berbinar lagi.

Di samping tempat tidurnya terdapat berbagai alat kesehatan, di ambang jendela, ada sebotol bunga mekar yang tidak diketahui bunga apa, di sebelah bunga, ada foto kami berdua, itu adalah foto yang aku lihat di rumah Raisa dan juga merupakan foto yang dirusak olehnya.

Orang yang berdiri di samping dan merawatnya ternyata adalah ibu Raisa, orang yang menganggapku sebagai menantu pada saat itu, saat aku muncul, Ibu Raisa buru-buru menoleh, tetapi aku masih melihat dengan jelas bahwa dia diam-diam menyeka air mata.

Seluruh tubuhku menjadi sedikit gemetar, semua masa lalu, segalanya, segera muncul di depan mataku, melihat Raisa, aku perlahan menggelengkan kepalaku, aku ingin menahannya, tetapi masih tidak bisa menahannya, air mata mulai mengalir tak terkendali.

"Ugie, Robi, kalian sudah datang."

Raisa menatap kami berdua sambil tersenyum dan dia berkata dengan lembut.

Aku tidak menjawab pertanyaannya dan suara aku menjadi tercekik "Raisa, mengapa kamu baru memberi tahu aku sekarang, mengapa?"

Aku sambil berjalan perlahan menuju Raisa, sambil menggelengkan kepala dan bertanya.

Aku benar-benar tidak bisa percaya bahwa semua yang ada di depanku itu nyata. Raisa yang muda dan cantik, lincah dan ceria, telah disiksa oleh penyakit dan menjadi sangat kurus.

Ketika sampai di ranjang rumah sakit, aku hampir berlutut di lantai, memegang tangan Raisa, aku sudah menangis hingga tidak bersuara.

Air mata Raisa juga mengalir keluar, tetapi dia masih tetap tersenyum, mengulurkan tangannya, Raisa dengan lembut menyeka air mataku, dia tersenyum dan berkata dengan ringan "Ugie, jangan menangis, aku baik-baik saja, sungguh."

Air mata Ibu Raisa juga tidak berhenti mengalir, dia menatapku dengan tertekan dan berkata dengan lembut "Ugie, kamu ngobrol dengan Raisa dulu, aku akan keluar sebentar."

Aku tahu bahwa Ibu Raisa ingin menyisihkan waktu pribadi untuk aku dan Raisa, setelah dia berbicara, dia keluar diam-diam dengan Robi.

Di bangsal, hanya Raisa dan aku yang tersisa, aku menyeka air mataku, menatap Raisa dan bertanya dengan lembut "Raisa, katakan padaku, apa yang terjadi? Apa penyakitnya?"

Air mata Raisa masih berlinang, tapi wajahnya selalu tersenyum, dia menatapku dan berkata dengan lembut "Kanker payudara, kedua sisinya ada, tapi sudah dihilangkan, setelah kita putus, semuanya sudah dihilangkan."

Meskipun, aku telah memikirkan semua adegan yang buruk, tetapi ketika Raisa mengatakannya secara pribadi, aku masih memiliki perasaan gemetar yang mengejutkan. Tiba-tiba, semua jenis peristiwa masa lalu mengalir ke hatiku, menjelang perpisahan kami, Raisa pernah berkata bahwa payudaranya merasa tidak nyaman, saat kami bersama di vila Gunung Moon, dia biasa bangun tengah malam untuk minum obat dan ketika Veni tinggal di rumahnya, dia menolak untuk tidur bersama Veni dan seorang tidur dengan tenang di atas sofa.

Tiba-tiba, aku merasa diriku sangat bodoh, aku sangat bodoh sampai tidak wajar sehingga aku tidak menyadarinya dan tidak memikirkannya. aku dulu berpikir bahwa aku sangat mencintai Raisa tetapi sekarang aku baru menyadari bahwa aku sama sekali tidak mengerti dia, sama sekali tidak mengerti.

Aku memegang tangan Raisa dengan erat, air mata masih tidak bisa berhenti mengalir dan Raisa juga menitikkan air mata, tetapi dia terus tersenyum, aku tahu bahwa dia terus tersenyum karena tidak ingin aku khawatir, dia ingin aku melihatnya selalu tersenyum dan selalu bahagia.

Raisa dengan ringan menyeka air mataku, sambil menyeka, dia tersenyum dan berkata dengan lembut "Ugie, berhenti menangis, ya? Hei! Aku sudah bilang, aku tidak membiarkanmu datang, karena aku takut kamu melihat betapa jeleknya aku sekarang, kamu akan ketakutan sampai menangis "

Raisa masih bercanda dengan aku, mendongak dan menatap Raisa, aku menggelengkan kepalaku dan berkata "Kamu tidak jelek, kamu tidak akan pernah jelek, bahkan jika kamu berusia delapan puluh tahun, kamu masih wanita tercantik di dunia di hatiku."

Raisa tersenyum lagi, dia menyentuh rambutku, perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata "Ugie, sayangnya aku sudah tidak bisa menunggu sampai waktu itu lagi! Tapi baguslah, kamu melihat aku pada saat-saat termuda dan terindahku, tunggu sampai kamu tua, kamu mungkin akan secara tidak sengaja memikirkan aku dan aku yang ada di dalam ingatanmu itu adalah aku yang paling indah dan cantik. "

Aku perlahan menggelengkan kepalaku seperti orang bodoh, menyalahkan diri sendiri, rasa bersalah dan penyesalan, kata-kata yang pernah aku anggap tidak ada hubungannya denganku, semuanya muncul di hatiku dalam seketika, melihat Raisa, aku bertanya dengan ringan "Raisa, kenapa? Kenapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya dan bersikeras ingin putus denganku. Kamu menyakitiku, tahukah kamu? Aku akan menyesali ini sepanjang hidupku."

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu