Love And Pain, Me And Her - Bab 192 Penolakan Sekali lagi

Isyana tersenyum dan bertanya dengan penasaran, "Kenapa aku tidak melihatnya? Dimana kamu meletaknya?"

Aku hanya tersenyum tanpa berkata apa pun Sebenarnya aku menyimpannya ke dalam saku bagian dalam jasku, hanya saja dia tidak menyadari waktu memakainya.

Isyana menatap ke bunga mawar itu dan aku memandang kepadanya.

Tiba-tiba aku mengulurkan tanganku dan memegang pundaknya. Aku menatap kepadanya dan berkata dengan lembut, "Isyana! Setelah sekian lama, seharusnya kamu tahu perasaan aku terhadap kamu. Jadilah pacarku, jangan menyiksa aku lagi, oke?"

Wajah Isyana memerah dengan malu. Dia mengangkat kepalanya dan menatap ke aku dengan tatapan yang terlihat jernih seperti air.

Setelah beberapa saat, dia tersenyum dan berkata sambil mencibir, "Ugie, mengapa kamu baru mengatakannya sekarang?"

Aku melamun sejenak dan detak jantungku mulai berdetak dengan kencang. Isyana mengeluh aku terlalu telat!

Hari yang aku menunggu dari kemarin akhirnya tiba. Isyana sudah mau menjadi pacarku. Kebahagiaan ini membuat aku merasa sedikit tidak siap.

Aku menatap ke Isyana dengan emosional dan berusaha menenangkan diri untuk menjealaskan, "Tentu saja aku ingin mengatakan kepada kamu lebih cepat, tetapi aku takut kamu menolak aku seperti kemarin"

Isyana tersenyum dan mencium wangi bunga sebelum bertenya, "Berarti sekarang kamu sudah tidak takut aku menolak lagi?"

Aku langsung mengangguk, "Takut, tentu saja takut! Tetapi aku boleh kehilangan kesempatan kali ini lagi karena takut"

Isyana tersenyum dan menggelengkan kepalanya secara perlahan, "Ugie, sebenarnya kamu telah kehilangan kesempatan"

Aku merasa bingung! Aku menatap ke Isyana dengan bodoh dan perasaan pahit langsung memenuhi hatiku. Apakah dia mau menolak aku lagi?

Isyana berkata secara perlahan, "Ugie, apakah kamu tahu? Kalau kamu menyatakan perasaan kamu kepada aku dan meminta aku untuk menjadi pacarmu pada saat Raisa mengajak kita minum tadi, aku pasti akan menyetujui tanpa meragu. Sayangnya, kamu bersikap seperti sebatang kayu dan hanya duduk diam saja. Semenatara kamu malahan menyatakan perasaan kamu kepada aku pada saat larut malam seperti ini. Ini bukan cara menyatakan perasaan yang aku suka. Jadi, kamu telah kehilangan kesempatan terbaik. Aku tetap tidak bisa setuju dengan kamu"

Kecewa, sekali lagi!

Aku menatap ke Isyana dengan ekspresi pahit. Sekarang aku sudah tidak bisa membedakan Isyana itu malaikat atau setan. Dia memberikan aku harapan tetapi dia juga terus menguji aku. Aku sudah mau menggila karenanya.

Sambil berkata, Isyana memeringkan kepalanya dan mendorong tanganku sebelum mencim wangi bunga mawar lagi. Kemudian dia mengangkat alisnya dan menatap aku dengan ekspresi nakal, "Aku sudah mau istirahat, selamat malam, asisten Ugie!"

Sambil berkata, kaki panjangnya yang putih melintas melewati hadapanku dan dia berjalan menuju ke kamar tidur.

Aku melihat bayangan belakangnya dengan ekspresi tidak tahu harus tertawa awtau menangis. Tidak perlu diragukan, Isyana tidak hanya sekedar memiliki kesan baik terhadap aku, dia juga menyukai aku. Tetapi dia tidak mau setuju menjadi pacarku.

Ketika berjalan sampai depan pintu, Isyana tiba-tiba berhenti dan menoleh kepada aku dengan senyuman, "Ugie! Aku menyukai perasaaan dikejar oleh kamu. Perasaan seperti ini benar-benar sangat bagus! Jadi, kamu membiarkan aku menikmati perasaan ini saja!"

Setelah itu, dia pun memasuki kamar dan menutupi pintu kamar sebelum menguncinya.

Aku tertawa dengan pahit!

Aku berbaring di atas sofa dengan frustrasi dan berpikir tentang kata-kata Isyana tadi sambil merokok. Tiba-tiba ponselku berdering. Isyana mengirim pesan teks kepada aku ketika jarak antara kami dipisah oleh sebuah pintu saja.

"Ugie, semakin mudah kamu dapatkan, kamu akan semakin tidak menghargai. Jadi, kamu harus menyiapkan mentalmu, aku tidak akan setuju menjadi pacarmu begitu mudah. Aku mau kamu melewati berbagai jenis kesulitan dan penyiksaaan sebelum menjadi pacarku. Harus begitu kamu baru akan lebih menyayangi aku dan memperlakukan aku seperti orang yang paling berharga di dunia ini. Tentu saja, kamu juga bisa memilih untuk menyerah di tengah jalan. Bisa jadi pada wkatu itu aku yang akan mengejar kamu kembali. Apakah kamu ingin mencobanya?"

Aku ingin menangis.

Setelah membaca ulang, aku baru membalas : "Tidak ingin!"

Dalam waktu singkat, Isyana pun membalas pesan teks aku lagi,"Kalau begitu teruslah mengejar aku! Aku sudah memberi tahu kamu, aku sangat menikmati perasaan seperti ini, menikmati kebaikan kamu terhadap aku, menikmati kamu berusaha keras dan terlihat tidak berdaya demi mendapatkan aku. Apakah kamu akan marah mendengar kata-kata aku?"

Setelah itu dia bahkan mengirim sebuah stiker ekspresi nakal. Jelas, wanita ini sedang membuat aku marah secara sengaja.

Aku tertawa dengan pahit lagi dan membalas: "Tidak!"

Isyana membalas dengan cepat: "Sikapmu tidak baik! Persentase kamu sukses mengejar aku menurun 1 poin"

Aku tertawa secara tulus dari dalam hati!

Awalnya aku mengira persentase sukses akan menjadi tinggi ketika Isyana mengalami sedikit kemabukan, tidak menyangka dia menolak aku lagi. Yang lebih kelewatan adalah dia malah mulai mengejek aku. Sepertinya kesulitan aku mengejar Isyana meningkat lagi beberapa poin.

Sebenarnya Isyana bersikap jauh lebih tenang dan logis daripada ekspektasi aku. Paling tidak dia bisa mengontrol perasaannya dan tahu bagaimana mengendalikan emosinya. Dalam hal ini, aku kalah kepadanya.

Pada saat aku sedang berpikir mau membalas apa, Isyana mengirim satu pesan teks lagi, "Aku udah ngatuk. Katakan kata-kata yang aku suka mendengar dan aku akan tidur"

"Kamu sangat cantik!"

Isyana segera membalas, "Tidak, terlalu asal-asalan, yang lain!"

"Aku menyukai kamu!"

Isyana membalas, "Kamu sudah mengatakan ini banyak kali, ganti yang agak segar!"

Aku tertawa dan lanjut menemani dia memainkan permainan ini.

"Mimpikanlah sesuatu yang bagus dan di dalam mimpi itu ada aku!"

Pada saat ini Isyana baru puas, "Terpaksa lewat. Kalau begitu aku akan tidur dulu, teruslah mengejar aku di dalam mimpi! Selamat malam!"

Akhirnya aku berhasil menghibur Isyana untuk tidur.

Karena minum lumayan banyak alkohol, aku juga tertidur dalam waktu cepat. Di dalam mimpi, aku lanjut mengirim pesan teks dengan Isyana.

Seni pagi, Sutan menelpon aku ketika aku sedang berada di dalam kereta bawah tanah. Dia menanyakan masalah Store NIrami kepada aku dan meminta aku untuk mencari tahu secepat mungkin. Karena kalau menunda beberapa hari lagi, bisa jadi Store Nirami akan menandatangani kontrak dengan perusahaan sebelumnya.

Aku berjanji dengan Sutan. Setelah telpon berakhir, aku mulai memikirkan masalah ini. Sebenarnya orang yang ingin aku cari adalah Kalin. Kalin adalah karyawan yang telah bekerja di PT. Nogo International sangat lama, seementara iklan perusahaan sebelumnya semuanya ditangani oleh PT. Nogo International. Sesuai dengan biasa, seharusnya Kalin sangat dekat dengan Store NIrami.

Setelah tiba di kantor, aku pergi ke departemen penjualan duluan. Setelah masuk ke dalam, para rekan kerja departemen penjualan pun menyapa aku. Orang yang hanya bersikap tidak ramah kepada aku hanya Arwin. Sifat orang ini tidak akan berubah, dia akan melirik aku dengan dingin setiap kali melihat aku.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu