Love And Pain, Me And Her - Bab 578 Kematian

Isyana sangat emosional. Sayangnya, asisten Han tetap terlihat dingin dan tidak peduli. Dia tidak merasa panik karena pertanyaan Isyana, sebaliknya dia malah menjelaskan dengan lancar dan tenang "Presdir Mirani, masalah memang begitu. Kalau kenapa bisa begitu kebetulan, aku juga kurang tahu"

Sikap dingin asisten Han membuat Isyana marah sampai wajahnya memucat, tetapi Isyana tidak bisa melakukan apa pun, sama sekali tidak ada kesempatan membantah.

Melihat Isyana tidak berbicara, Tyas berdiri lagi dan berkata "Semuanya, pertemuan darurat hari ini berakhir sampai sini. Setelah acara pemakaman suamiku berakhir, segala pekerjaan perusahaan akan kembali berjalan dengan normal"

Sambil berkata, Tyas menoleh tatapannya ke pengacara Pras dan berkata "Pengacara Pras, kamu sudah mendengar proses kejadian. Selanjutnya kamu mulai memproses sesuai prosedur hukum dan mencari orang yang membuat suamiku menderita serangan jantung untuk bertanggung jawab"

Semua orang tahu, Tyas mengarah keraguannya kepadaku lagi.

Di depan Isyana dan bibi Salim, Tyas mulai mengatur semua pekerjaan dengan tenang. Aku bahkan meragukan kedatangan mereka ke rumah bibi Salim hari ini adalah idenya Tyas. Dia sengaja mau menunjukkan kekuasannya kepada Isyana dan bibi Salim.

Setelah semuanya terurus, semua orang pu berdiri dan pulang. Meskipun Isyana sangat tidak senang kepada Tyas dan asisten Han, karena masih ada rekan kerja lain, Isyana tetap berdiri dan mengantar mereka semua sampai pintu gerbang. Aku mengikuti di belakang Isyana, pada saat berjalan sampai gerbang, Djoko tiba-tiba menoleh kepadaku dan melihat aku dengan tatapan penuh maksud.

Satu-satu orang yang tidak menyatakan pendapatnya pada hari ini adalah Djoko. Sementara aku dan dia juga hanya berhubungan dalam kerja sama. Mau bagaimanapun, sekarang Djoko memiliki saham Cantique sebanyak 10%. Aku bermaksud untuk mencari waktu dan berbicara dengannya tentang pemikiran terhadap masalah ini.

Setelah semuanya pergi, rumah hanya tersisa kami bertiga. Bibi Salim duduk di atas sofa dan berpikir beberapa saat sebelum menghela nafas panjang dan berkata "Aku tidak menyangka orang pertama yang mendukung Tyas hari ini adalah pamannya Isyana sendiri, Sinarmas"

Isyana tertawa dengan dingin dan melihat ke bibi Salim "Bu, sebenarnya aku sudah mengerti banyak hal. Di depan kekayaan, mau kekeluargaan, pertemanan, semuanya akan berubah menjadi sangat lemah dan sama sekali tidak sanggup diserang"

Bibi Salim mengangguk dan bertanya lagi kepadaku "Ugie, sesuai kata-kata Tyas tadi, dia pasti akan menuntut kamu. Apakah kamu sudah berpikir mau bagaimana ?"

Sebenarnya aku tidak memasukkan hal ini dalam hati. Meskipun mereka menyediakan bukti lengkap yang bisa membuktikan aku membuat Djarum marah sampai sakit. Tetapi penuntutan seerti ini termasuk penuntutan antar masyarakat, kalau aku kalah aku bisa terus mengajukan sidang ulang, walaupun hasil akhir aku tetap kalah, hukuman paling berat hanya membayar denda. Yang aku paling khawatir sekarang adalah situasi keberadaan Isyana. Kejadian masalah ini membawa pengaruh negatif yang besar kepadaku, Isyana beserta perkembangan masa depan Isyana di dalam perushaaan"

Berpikir sampai sini, aku pun menggelengkan kepala aku dan berkata "Bibi Salim, kamu merasa apa yang akan dilakukan Tyas setelah dia menjabat posisi CEO?"

Pertanyaanku membuat bibi Salim melamun sejenak, dia mulai berpikir secara dalam. Setelah beberapa saat dia baru menoleh ke Isyana dan berkata dengan khawatir "Selanjutnya, takutnya akan terjadi banyak masalah yang tidak bagus untuk Isyana. Terutama ketika Isyana masih memegang 18% saham Djarum Grup. Tyas pasti akan mencari cara untuk menekan saham Isyana dan menendang Isyana keluar"

Bibi Salim juga merupakan orang yang berpengalaman di bidang bisnis. Analisis dia juga sama dengan apa yang aku pikirkan. Isyana hanya diam saja, aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Setelah berbicara sebentar dengan bibi Salim, Isyana tiba-tiba berdiri dan berkata kepadaku "Ugie, ayo kita keluar sebentar. Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan bersamamu"

Melihat ekspresi Isyana yang serius, aku pun segera berdiri dan menyapa bibi Salim sebelum turun ke lantai bawah.

Taman bunga di lantai bawah sudah menjadi pemandangan yang melayu. Aku dan Isyana berjalan di taman bunga dengan diam, sejak turun ke lantai bawah, Isyana tidak berkata apa pun lagi, dia hanya berjalan dengan diam saja.

Setelah beberap saat, aku baru tanya "Isyana, bukannya ada yang ingin kamu katakan?"

Pada saat itu Isyana baru berhenti berjalan. Kedua tangannya berada di dalam saku jaketnya, dia menoleh kepadaku dan angin musim gugur yang bertiup membuat poni di dahinya bergoyang.

"Ugie, dalam waktu-waktu ini, kita berusaha mengurangi kontak kita saja"

Setelah mendengar kata-kata Isyana, aku menjadi melamun. Aku tidak menyangka dia akan berkata seperti itu, jadi aku pun langsung bertanya "Kenapa?"

Isyana menundukkan kepalanya dan melihat ke sepatunya sendiri. Aku bertanya lagi "Isyana, jangan-jangan kamu benar-benar meragukan penyakit paman Mirani kambuh karena marah kepadaku?"

Setelah mendengar kata-kataku, Isyana langsung mengangkat kepalanya dengan ekspresi khawatir. Dia mengulurkan tangannya dan merapikan rambutnya ke belakang telinga. Meskipun itu hanya sebuah gerakan sederhana, aku merasa sakit hati melihatnya.

Isyana menggelengkan kepalanya secara perlahan dan berkata "Ugie, aku sudah bersama denganmu begitu lama. Aku mengenal kamu. Aku tentu saja tahu kematian ayahku tidak berhubungan dengan kamu. Tetapi kamu juga harus berpikir untuk aku. Sekarang aku masih harus lanjut bekerja di perusahaan, aku harus bersikap waspada kepada Tyas mereka. Aku benar-benar tidak ada waktu luang untuk melakukan hal-hal yang dilakukan orang pacaran lagi. Yang paling penting adalah, sekarang semua anggota perusahaan menganggap kematian ayah disebabkan oleh kamu. Kalau aku masih bersama dengan kamu secara terus terang, takutnya aku akan dibuang secara total di perusahaan"

Kata-kata Isyana membuat hatiku terasa sangat tertekan. Aku menghela nafas panjang dan bertanya lagi "Jadi maksudmu adalah mau putus?"

Suara aku tidak besar, tetapi nada suara aku juga tidak bagus. Aku mengerti Isyana, tetapi hal ini tidak berarti aku mengerti alasan mengapa dia menyelesaikan hubungan kami dengan cara yang begitu sembarang.

Setelah mendengar kata-kataku, Isyana pun menggelengkan kepalanya lagi. Sambil menatap kepadaku, Isyana berkata dengan kepala miring yang tidak puas "Ugie, aku sudah bukan Isyana yang dulu! Aku tidak akan ribut dan meminta putus bersama kamu setiap ada masalah. Hanya saja aku ingin kita kurangi kontak dulu dalam baru-baru ini. Lebih bagus kalau tidak kontak di depan umum. Karena aku harus melewati masalah ini. Kamu juga melihatnya, paman kandungku sendiri saja memihak kepada Tyas. Kamu mau aku bagaimana? Terus terang bersama kamu? Ugie, apakah kamu bisa mengerti aku?"

Setelah tahu Isyana tidak bermaksud mau putus dariku. Hatiku yang menggantung akhirnya bisa merasa tenang. Aku memegang tangan Isyana dengan erat dan melihatnya dengan tulus "Isyana, percayalah kepadaku. Asal kita berusaha bersama, kita pasti bisa melewati masalah ini. Pada saat seperti ini, aku lebih harus berada di sisimu"

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu