Love And Pain, Me And Her - Bab 444 Teman Lama

Aku melamun sejenak dan bertanya kepada Isyana dengan bingung, "Isyana, kamu kenapa? Mengalami masalah kerja ya?"

Isyana bukan tipe orang yang mengungkapkan emosi tanpa alasan. Belakangan ini, aku merasa suasana hati Isyana selalu bagus, kenapa tiba-tiba berkata seperti ini?

Mendengar pertanyaanku, Isyana menggelengkan kepala sambil tertawa, "Tidak apa-apa. Hanya saja perusahaan ada setumpuk masalah yang kacau, berpikir sampai sini aku sudah merasa frustrasi"

Pada saat aku ingin bertanya lebih dalam lagi, Isyana langsung berkata, "Ugie, aku pulang ke kantor dulu. Kamu juga sibuk dulu"

"Baik, hati-hati di jalan, bawa mobil dengan perlahan"

Setelah mengomel beberapa kalimat, Isyana pun pergi dengan mobilnya.

Kembali ke kantor, aku menyalakan sebatang rokok. Sambil merokok, aku memikirkan kata-kata Don Juan tadi. Don Juan bisa menjadi begitu hari ini itu semua karena hasil tingkah laku dia sendiri, aku tidak merasa sedih untuknya.

Meskipun aku masih belum mengerti apa yang diinginkan Sutan, tetapi aku tahu, semua ini bisa membuktikan di balik semua ini Sutan pasti memiliki tingkah yang lebih besar.

Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk menelepon Sutan untuk mencoba bertanya. Setelah telepon terhubung, Sutan pun mengangkat telepon dengan cepat, aku bisa merasakan suasana hati Sutan lumayan bagus. Sebelum aku sempat berbicara, Sutan sudah bersuara duluan, "Presdir Ugie, apakah kamu sudah memutukan mau menjadi Presdir perusahaan yang lebih besar?"

Aku mengabaikan canda Sutan dan langsung berkata, "Sutan, Don Juan datang mencariku tadi"

"Iyakah?"

Sutan juga merasa agak kaget. Tetapi dia segera tertawa, "Don Juan ini benar-benar sangat lucu, seberapa tebal mukanya sampai dia berani pergi mencarimu? Apakah dia sudah lupa bagaimana dia menghinamu kemarin?"

Aku mendengar dengan diam dan tidak berkata apa pun. Sutan berhenti sejenak sebelum bertanya lagi, "Oh iya, Ugie, apa saja yang Don Juan katakan kepadamu?"

Aku sedang menguji Sutan dan Sutan juga sedang mengujiku.

Perasaan seperti ini membuatku merasa sangat tidak enak di dalam hati. Dulu kami adalah teman terbaik, kami bisa membahas topik apa pun sampai tengah malam, tetapi sekarang kami malah saling menguji dengan hati-hati sambil menyembunyikan masalah dan menebak pemikiran sesama.

Aku menjawab dengan nada suara datar, "Tidak berkata apa juga. Hanya meminta bantu aku untuk membujukmu saja"

Aku tidak membahas masalah tentang Don Juan mau memberikan 6M kepada Sutan. Sutan tertawa dan berkata, "Don Juan itu sudah gila. Aku berkata secara jujur saja denganmu, Ugie, bagian bank sana sedang memeriksa pinjaman SHOPI Advertising, kalau tidak ada kejadian lain, dalam 1 minggu bagian bank sana juga akan menuntut SHOPI Advertising. Selain menyerahkan SHOPI Advertising keluar, Don Juan tidak memiliki jalan lain lagi"

Aku percaya kepada kata-kata Sutan, tetapi poin ini bukan hal yang aku perhatikan. Aku bertanya lagi, "Sutan, setelah mendapat SHOPI Advertising, kamu bermaksud mau bagaimana?"

Meskipun melewati telepon, aku tetap bisa merasakan Sutan diam sejenak, tetapi dia langsung berkata lagi, "Bukannya aku sudah memberitahumu? SHOPI Advertising adalah perusahaan milik Indoma Food nanti. Kamu menjadi Presdir dan mengurus semuanya"

Aku tertawa dengan pahit. Jawaban Sutan tidak berbeda dengan 2 hari lalu. Aku tahu Sutan tidak berkata jujur denganku, kalau dia tidak mau berkata, aku juga tidak perlu bertanya lagi.

Aku langsung berkata, "Sutan, aku sudah berkata aku tidak akan mau pergi ke SHOPI Advertising. Sudah, kamu pergi sibuk saja, tidak ada apa-apa lagi"

Setelah itu, aku pun mengakhiri telepon.

Menyandar di kursi, aku merokok sambil melamun. Telepon tadi membuat suasana hatiku sangat buruk, karena aku tahu mulai sekarang aku dan Sutan sudah bukan merupakan teman baik yang bisa membahas topik apa pun lagi.

Kadang aku juga tidak mengerti, mengapa setelah menginjak ke dalam masyarakat, kami semua menjadi berubah. Pertemanan dan kisah cinta kami menjadi begitu memalukan di depan kenyataan, kalau sedikit tidak hati-hati, semua itu akan hancur begitu saja.

Pada saat aku sedang sembarang berpikir, ponselku yang berada di atas meja berdering lagi, aku mengira Sutan meneleponku, aku ragu sejenak sebelum mengangkat telepon.

Aku pun tidak bisa menahan diri dan tertawa ketika aku melihat nama telepon, Papang menelepon aku.

Aku mengangkat telepon dan berkata dengan sopan, "Halo Presdir Yan!"

Papang bertanya dengan terus terang, "Presdir Ugie, apakah kamu memiliki waktu sekarang?"

"Ada. Presdir Yan ada masalah apa? Tinggal katakan saja"

Aku menjawab.

Sementara Papang segera berkata, "Baik. Kalau begitu aku pergi ke kantor mencarimu, sampai jumpa setengah jam lagi"

Setelah setuju, aku pun mengakhiri telepon.

Aku menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya. Kalau aku tidak salah menebak, tujuan Papang datang mencariku kali ini seharusnya berhubungan dengan masalah mengajakku bergabung dengan perusahannya. Sebenarnya sejak Viali pergi, aku mulai memikirkan masalah ini dengan serius. Seperti apa yang dikatakan Viali, kesempatan seperti ini terlalu jarang. Sekali terlewat, sangat sulit untuk memilikinya lagi.

Aku setuju dengan kata-kata Viali, tetapi masalah ini tidak semudah itu. Selain memikirkan aku sendiri, aku masih harus memikirkan anggota studio. Aku tidak mungkin membiarkan mereka begitu saja dan bergabung dengan perusahaan lain setelah merekrut mereka.

Papang jarang-jarang tepat waktu. Setengah jam kemudian, Papang muncul di kantorku tepat waktu.

Yang membuatku kaget adalah, Papang membawa 2 orang bersamanya. Setelah masuk kantor, dia bersalaman denganku dan memperkenalkan 2 orang itu kepada aku, "Presdir Ugie, perkenalkan kepada kamu, 2 orang ini adalah anggota hukum perusahaan kami. Yang ini bermarga Cai, kamu cukup memanggil dia pengacara Cai, yang ini pengacara Wang"

Aku bersalaman dengan mereka berdua, pada saat yang sama aku juga berpikir di dalam hati, aku tidak merasa kaget melihat Papang datang mencariku, yang di luar dugaanku adalah dia membawa 2 pengacara bersamanya.

Aku meminta Lulu menuangkan teh untuk semua orang. Aku duduk di atas sofa dan tidak bertanya tujuan kedatangan Papang secara langsung, aku hanya berbicara dengannya untuk beberapa saat.

Setelah berbicara sejenak, Papang meletakkan cangkir teh ke atas meja dan melihatku dengan ekspresi tegas, "Presdir Ugie, hari ini aku mengajakmu bertemu itu mau berbicara denganmu tentang masalah membeli studio milik teman lama"

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu