Love And Pain, Me And Her - Bab 572 Sahabat Baik

Namun di luar dugaanku, Viali segera bergeleng, dia sama sekali tidak menghiraukan makna tersembunyi dalam perkataanku. Viali menatapku, dan berkata lagi, “Ugie, kamu jangan memotongku, ada perkataan yang harus aku ucapkan, kalau tidak, jika lewat dari hari ini, aku tidak tahu kapan aku akan mengumpulkan nyali lagi.”

Sambil berkata, Viali meminum seteguk besar bir, lalu dia meletakkan gelasnya. Dia menatap aku dengan sedikit mabuk, dan berkata perlahan-lahan, “Aku sedang berpikir, jika tidak ada hari hujan badai itu, apakah kehidupanku masih akan seperti dulu, seperti yang kamu dan Robi katakan, hidup dan bekerja bagaikan sebuah mesin. Namun, aku justru bertemu dengan kamu di hari hujan badai itu, di saat aku paling tidak berdaya dan paling putus asa, kamu pun muncul. Aku tidak bisa melupakan malam itu, di mana aku merebah dan terlelap di dalam pelukanmu. Aku lebih tidak bisa melupakan, kamu yang berdiri diam lalu memelukku dan menghiburku. Tidak pernah terpikirkan olehku, ada seorang pria yang bisa memberi pelukan yang begitu hangat padaku, yang bisa membuatku lupa akan pekerjaan dan karir, hanya ingin merebah di dalam pelukan itu dengan tenang, serta tidak memikirkan apapun.”

Sambil berkata, mata Viali memerah, dua aliran air mata yang jernih mengalir turun dari rongga matanya. Sambil menatap Viali, hatiku terasa sakit, aku tidak pernah menyangka bahwa sejak hari itu, Viali pun sudah menyukai aku.

Disukai oleh gadis yang begitu unggul seperti Viali, ini seharusnya adalah hal yang patut dibanggakan, tetapi aku tidak hanya tidak merasa bangga, sebaliknya aku merasa tidak tenang. Ketidaktenangan ini, bahkan membuatku tidak berani untuk bertatapan dengan Viali.

Viali lanjut berkata, “Ugie, sebenarnya aku sungguh adalah seorang pengecut. Aku telah melewatkan kesempatan yang paling baik, karena pada saat itu, kamu dan Isyana masih belum berpacaran. Namun, harga diri yang hampir mendekati rendah diri yang telah terbentuk sejak kecil memberitahuku, aku adalah seorang gadis, seharusnya tidak bersikap dengan terlalu terbuka, tetapi justru itulah yang membuatku terus menunda hingga hari ini. Akhir-akhir ini, aku selalu teringat akan kamu, selalu secara tidak sadar teringat akan malam hujan badai itu. Oleh karena itu, Ugie, hari ini aku harus memberitahuku, aku menyukaimu.”

Setelah selesai berkata, Viali menghela napas panjang, itu adalah sebuah perasaan setelah terbebas dari beban berat. Melihatnya, aku merasa sakit hati.

Aku merokok dalam diam, seketika, aku sama sekali tidak bisa menjawab perkataan Viali. Aku selalu mengingatkan diri sendiri di dalam hati, aku sudah memiliki Isyana, aku tidak bisa bermesraan lagi dengan wanita lain, ataupun berselingkuh dengan diam-diam.

Aku dan Viali telah dilahap oleh keheningan. Sesaat kemudian, barulah Viali perlahan-lahan berkata, “Ugie, aku tahu, sekarang kamu dan Isyana sedang baik-baik saja. Aku juga tidak pernah berpikir untuk merusak cinta kalian, tetapi jika aku tidak mengutarakan semua perkataan ini, aku akan tertekan hingga menjadi gila, oleh karena itu, aku harus memberitahu kamu. Kamu juga tidak perlu menjawab apa-apa, anggap saja kamu sedang mendengarkan sebuah cerita yang tidak terlalu bagus.”

Aku mengangguk dengan canggung, lalu tiba-tiba Viali bertanya padaku, “Ugie, bisakah kamu beritahu aku, seperti apa kedudukan aku di dalam hatimu?”

Nada bicara Viali sangat lembut, sangat berbeda dengan citra direktur yang dingin pada biasanya. Aku berkata perlahan-lahan sambil menatap Viali, “Viali, sebenarnya aku juga menyukaimu! Benar! Tetapi rasa suka ini, bukanlah cinta, hanya sekedar rasa kagum antar teman. Aku bahkan merasa, aku sama sekali tidak pantas untuk kamu sukai, karena dalam pandanganku, pacarmu pasti adalah orang yang sangat tinggi di atas.”

Mendengar perkataanku, Viali bergeleng pelan, lalu dia bertanya lagi sambil menatapku, “Ugie, aku hanya ingin menanyakan satu pertanyaan padamu. Jika tidak ada Isyana, menurutmu apakah kita akan bersama-sama?”

Aku tertegun, dan mendongak menatap Viali. Dulunya juga pernah ada seorang wanita yang menanyakan hal ini padaku, yaitu Jane. Pada saat itu, jawabanku adalah, jika aku bertemu dengan Jane terlebih dahulu, mungkin kami sudah memulai suatu hubungan.

Tetapi menghadapi Viali, aku tersenyum pahit, lalu berkata sambil bergeleng pelan, “Viali, aku tidak ingin membohongimu. Kalaupun tidak ada Isyana, kita juga tidak mungkin bersama-sama.”

Viali termangu dan menatap bingung padaku, sedangkan aku mendesah lalu menjelaskan, “Viali, kita bukanlah orang dari dunia yang sama. Aku adalah orang yang tidak berambisi besar dan merasa nyaman dengan keadaan sekarang, tetapi kamu bukan. Jika menyuruhku untuk memilih, demi cinta, aku bisa menyerahkan segalanya, tetapi apakah kamu bisa? Jika percintaanmu bentrok dengan karirmu, dan kamu harus memilih salah satu dari kedua itu, apakah kamu sungguh akan melepaskan karir dan memilih percintaan?”

Perkataanku membuat Viali tertegun, dia mengangkat gelas bir dan tenggelam ke dalam pikirannya. Aku tidak menganggunya, melainkan merokok sambil menunggu jawabannya.

Sesaat kemudian, tiba-tiba Viali tersenyum, senyuman yang tidak berdaya dan pahit. Viali menghela napas panjang, dan berkata perlahan-lahan, “Mungkin benar yang kamu katakan! Aku tidak akan melepaskan karirku demi cinta. Aku lebih memilih untuk kesepian seumur hidup, juga tidak akan melepaskan karirku. Mungkin inilah perbedaan dari kita.”

Aku pun tersenyum. Yang Viali katakan adalah perkataan yang sesungguhnya, inilah alasan mengapa aku berkata dengannya bahwa kami adalah orang dari dunia yang berbeda. Karena Viali selamanya akan menempatkan karirnya di posisi pertama, sedangkan aku tidak bisa, jika percintaanku bentrok dengan karirku, aku akan memilih percintaan dengan tanpa ragu.

Masih ada sedikit bir yang tersisa di dalam gelas, Viali mengangkat gelas sambil menatapku, dan berkata tersenyum, “Ugie, bagaimanapun juga, perkataan ini sudah diucapkan hari ini, hatiku juga terasa jauh lebih nyaman. Terima kasih, setidaknya ketika aku memandang rendah pada percintaan, kamu membuatku sekali lagi mempercayai percintaan.”

Aku tersenyum, aku mengangkat gelas bir dan bersulang dengan Viali, lalu kami meneguk bir di gelas hingga habis.

Ketika berjalan keluar dari bar bersama Viali, hari sudah subuh. Cuaca menjadi semakin dingin, begitu berjalan keluar, udara dingin membuatku bergidik tak tertahankan, aku pun sedikit sadar dari mabuk.

Supir Viali masih sedang menunggunya, setelah aku mengantarnya masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Viali menoleh menatapku dan berkata, “Ugie, bagaimanapun juga, aku tetap harus berterima kasih padamu! Terima kasih karena kamu membuatku memiliki sebuah percintaan yang tidak dimulai, terlebih lagi tidak termasuk telah diakhiri. Di saat bersamaan, juga kamu yang membuatku memiliki keberanian untuk menghadapi percintaan. Semua ini mungkin tidak banyak membantuku dalam hal percintaan, tetapi setidaknya aku bisa melihat ke dalam hatiku sendiri di celah waktu bekerja.”

Sambil berkata, Viali menundukkan kepala, lalu dia mendongak dan berkata, “Ingat, ketika kamu menikah dengan Isyana, harus beritahu aku. Tidak peduli seberapa sibuknya, aku pasti akan hadir, dan mempersembahkan doaku yang paling tulus untuk kalian.”

Sambil menatap Viali, aku mengangguk dengan kuat sambil tersenyum.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu