Love And Pain, Me And Her - Bab 220 Sebuah Kabar Buruk

Lagi pula Isyana sudah berpengalaman. Dia sama sekali tidak peduli dengan pujian. Setelah tersenyum, dia melihat bang Ndut dan mengatakan, “Terimakasih sutradara! Lebih baik kita bahas mengenai masalah iklan saja.”

bang Ndut menyipitkan mata kecilnya dan tersenyum. Dia berbalik dan menyuruh asistennya untuk memanggil aktris yang sudah dia carikan. Elisna sudah kami tentukan, namun masih kurang satu aktris yang akan menjadi lawan mainnya.

Wanita ini tidak tua, sepertinya baru berumur belasan tahun, penampilannya sangat lembut dan seperti seorang kutu buku. Dia terlihat seperti aktris yang baru memulai karirnya. Sangat cocok dengan karakter yang kami butuhkan. Isyana dan Amori juga cukup puas, dan memutuskan untuk memakainya.

Elisna tiba tepat waktu. Begitu dia muncul, dia langsung menarik perhatian kami semua. Dia mengenakan topi, jaket kulit warna hitam dan tidak disleting, memperlihatkan kaos yang dia kenakan. Dia mengenakan kaos dengan gambar Elvis Presley. Untuk bawahan dia mengenakan celana jeans dengan sepatu sports. Penampilannya yang seperti ini, memberikan kesan yang sangat keren.

Saat Elisna bertemu dengan sutradara, reaksinya sama sepertiku, dia terkejut dan bertanya, “Kamu benar-benar seorang sutradara?”

bang Ndut menepuk-nepuk dadanya, “Tentu saja, kalau bohong kalian bisa menggantikanku!”

Elisna menatapku, dia tersenyum dengan senyuman yang tidak menduga.

Kami membahas script secara rinci pada Elisna dan aktris lainnya. Meskipun Elisna merasa sulit, namun dia setuju untuk mencoba. bang Ndut sudah menentukan lokasi syuting, sebuah perguruan tinggi. Semuanya sudah dipersiapkan dengan baik, kita semua segera berangkat ke perguruan tinggi itu.

Jane benar, bang Ndut sangat serius ketika bekerja. Saat kami tiba, kru syuting sudah menyiapkan segalanya. Pemeran sampingan juga sudah tiba, semuanya adalah murid dari perguruan tinggi ini.

bang Ndut mulai bekerja, aku, Isyana dan Amori hanya melihat dari samping.

Begitu mendengar teriakan mulai, terlihat Elisna sedang memegang gitar, dia memainkan gitar sembari menyanyikan sebuah lagu pelangi dari JAMRUD . Lagu ini awalnya ditulis untuk teman. Ditambah dengan penampilan keren Elisna, dia membawakannya dengan sangat baik.

Saat lagu akan berhenti. Beberapa pemeran sampingan dan ditemani oleh beberapa murid, turun bersama. Sementara Elisna berjalan menuju sisi seorang gadis sembari bernyanyi. Ketika lagu berhenti, Elisna mengeluarkan sebuah kotak perhiasan. Saat dia hendak membuka kotak tersebut, terdengar suara bang Ndut berteriak, “Berhenti! Ekspresinya tidak benar!”

bang Ndut segera berjalan menuju hadapan Elisna, dia mulai memberi pengarahan pada Elisna. Dia berkata bahwa ekspresi yang dibuat oleh Elisna tidak benar, dia menunjukkan ekspresi yang sangat kaku.

Lalu, mereka meneruskan syuting. Namun untuk beberapa kali, Elisna masih menunjukkan ekspresi kaku. bang Ndut lagi-lagi mengatakan untuk berhenti, sebelum dia bisa berbicara, Elisna menghadap dan menatapnya, dia mengatakan dengan kesal, “Sutradara, aku adalah wanita normal. Kamu menyuruhku untuk menyatakan perasaan pada seorang wanita, bagaimana aku bisa merasa benar?”

bang Ndut melihat Elisna mulai cemas, dia juga mulai gelisah. Dia membalikkan badan dan menatapku, kemudian mengatakan, “Ugie, kamu kesana. Biarkan Elisna menyatakan perasaanya padamu, dan menemukan ekspresi yang tepat.”

Semua orang tau ini hanya akting. Namun membiarkan Elisna menyatakan perasaanya padaku di depan Isyana, muncul perasaan aneh yang sulitku ungkapkan. Aku sedang berpikir bagaimana caranya untuk menolak, Isyana tiba-tiba berkata pada Amori, “Amori, kamu pergi bantu Elisna.”

“Aku?”

Amori terbengong untuk sesaat. Kemudian dia tersenyum masam padaku. Tentu saja dia mengerti apa yang sedang terjadi. Meskipun hanya berakting, namun Isyana juga tidak ingin menyaksikan ini.

bang Ndut menatapku dan Isyana, dia menyipitkan mata kecilnya, tersenyum dengan licik, dan mengatakan, “Hubungan Presdir dan asisten ini tidak biasa.”

Jika ini terjadi di masa lalu, Isyana pasti malu. Namun sekarang, dia bertindak sangat normal, dia juga tidak menatap bang Ndut , dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Amori memasang muka masam dan berjalan ke posisi aktris itu. Elisna terus bernyanyi untuk Amori, saat dia berhenti bernyanyi. Elisna dengan kerennya mengeluarkan kotak perhiasan. Segera setelah dia melempar kotak itu, dia memegang cincin, kemudian menatap Armori dan berkata, “Berani tidak bergabung denganku untuk menista cara pandang dunia ini, mengabaikan ejekan dunia, kita akan terus maju, dan terus saling mencintai.”

Amori hanya berdiri di tempat. Staf yang berada di samping berbisik dan mengingatkannya, “Katakan dialogmu! Cepat!”

Amori juga tidak tau apa dialognya, dia melihat Elisna, dan mengangguk dengan bodoh, “Berani!”

Melihat ekspresi Amori, aku dan Isyana tidak bisa menahan tawa.

bang Ndut langsung berteriak berhenti, dia menatap Elisna dan berkata, “Elisna, ini baru benar! Harus dengan ekspresi seperti ini. Kemari, gadis kecil, kembali, kita ulangi sekali lagi.”

bang Ndut memang berbakat. Karena yang aku inginkan adalah perasaan murni dan nyata seperti itu, bukan hanya asal syuting. Dia menggunakan teknik one-take. Merekam dari awal sampai akhir.

Elisna mengambil gitar, dan mulai bernyanyi.

“Cerita cinta kita sangat mirip

Kita disakiti oleh pria

Namun terus saja bertemu.”

Isyana mendengarkan di samping. Dia sepertinya masih terpengaruhi oleh masalah Veni, dia tiba-tiba berbisik padaku, “Ugie, jika suatu hari kamu mengecewakanku. Aku akan memacari seorang wanita.”

Aku tersenyum dengan tak berdaya. Dan sengaja bercanda dengannya, “Maka aku akan memacari seorang pria.”

Isyana menggulirkan matanya, tidak mengatakan apapun lagi.

Dan Amori sepertinya masih kaku, dia hanya menatap Elisna yang sedang syuting. Aku sengaja menggodanya, “Amori, apakah kamu tertarik pada temanku? Perlu aku kenalkan?”

Amori dengan ekspresi datar menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengatakan sepatah katapun.

Di tengah-tengah nyanyian banyak orang, Elisna memasangkan cincin itu ke tangan lawan mainnya. Lalu mereka berpelukkan.

Selanjutnya, terdengar bang Ndut meneriakkan ‘cut’, dia berdiri, berjalan ke tengah dan mengatakan, “Sudah berakhir! Sempurna!”

Orang disekitar mulai bertepuk tangan. Aku dan Isyana juga ikut menepukkan tangan kami.

Tiba-tiba, ponsel Isyana berdering. Isyana terbengong setelah melihat ponselnya, dia mencari tempat yang sepi untuk menerima panggilan.

Aku melihatnya dari kejauhan, meskipun aku tidak dapat mendengar apa yang Isyana katakan. Namun bisa dilihat dari ekspresi wajahnya, pasti bukan hal yang baik.

Setelah beberapa saat, Isyana mematikan teleponnya, dia datang dengan buru-buru. Saat sampai di depanku, dia berbisik, “Ugie, masalah syuting iklan ini kamu pantau terus. Aku masih ada urusan lain, aku akan pergi dulu.”

Melihat Isyana yang sangat cemas. Aku dengan suara kecil bertanya, “Ada apa? Perlu aku temani?”

Isyana tidak berpikir lagi, dia langsung menggelengkan kepalanya. Dia terlihat ragu untuk sesaat, namun memutuskan untuk memberitahuku, “Ayahku sedang berada di rumah sakit! Aku harus melihatnya.”

Segera setelah mengatakan itu, dia menghela nafas

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu