Love And Pain, Me And Her - Bab 556 Luluk

Wulandari berkata sambil menggelengkan kepalanya dengan menyesal. Sebenarnya, aku sudah dapat menebak apa yang terjadi selanjutnya. Tapi aku tidak mengatakan apapun, dengan tenang menunggu Wulandari melanjutkannya.

Wulandari mendorong kacamatanya dan perlahan berkata "Aku sama sekali tidak menganggapnya serius, aku melihat judul dokumen itu dan itu memang sebuah kontrak komersial. Aku mengambil pena dan menandatangani di belakangnya. Sutan juga memberiku malam yang tak terlupakan seperti yang dia katakan. Tapi ketika bangun keesokan harinya, setelah melihat kontrak, aku tercengang."

Ketika mengatakan ini, suara Wulandari mulai bergetar, air mata mengalir keluar. Aku menyerahkan selembar tisu padanya dan bertanya "Yang kamu tandatangani adalah perjanjian pengalihan bisnis, kan?"

Wulandari mengangguk sambil menyeka air mata. Dia melanjutkan "Ya, itu adalah sebuah perjanjian pengalihan bisnis. Diatasnya tertulis bahwa semua properti atas namaku akan ditransfer ke namanya, ada juga aturan rinci, begitu aku mengajukan perceraian, aku akan kehilangan semuanya, tidak bisa mendapatkan bagian properti apa pun."

Aku tidak ingin mengganggunya, tetapi tidak bisa menahan diri menghentikannya "Wulandari, pernahkah kamu berpikir? Seberapa efektif kontrak ini secara hukum? Pertama-tama, kamu menandatanganinya saat mabuk dan begitu banyak temanmu yang dapat membuktikan bahwa kamu sedang mabuk pada saat itu. Kamu dapat menyelesaikannya secara hukum. Karena Sutan mempergunakanmu di saat mabuk dan menandatanganinya di luar keinginanmu. Selain itu, tidak ada orang ketiga yang menjadi saksi, tiba di pengadilan, kamu belum tentu akan kalah."

Setelah aku selesai berkata, Wulandari tersenyum pahit. Dia menatapku dan perlahan-lahan berkata "Ugie, apa yang bisa kamu pikirkan, teman sekelasku juga memikirkannya. Dia telah membuat kontrak ini sejak lama dan tanggal di atas adalah satu hari sebelum ulang tahunku. Dan saksinya adalah orang kepercayaannya di dalam perusahaan. Dia melakukan semua ini dengan mulus dan tanpa cela."

Aku tertegun. Sutan berusaha keras untuk bersama Wulandari. Tujuan utamanya adalah mendapatkan properti keluarga Wulandari. Tapi tanpa terduga, dia benar-benar mendapatkannya dengan cara yang begitu tercela.

Wulandari terus berkata "Aku mulai cemas dan langsung bertengkar dengannya di suite, Sutan mulai membujukku, dia mengatakan bahwa dia melakukan ini karena merasa tidak aman, dia takut suatu hari nanti kalau aku meninggalkannya, dia akan kehilangan semuanya. Dia bilang dia sangat mencintaiku, dia melakukan ini agar kami bisa selalu bersama. Aku sudah menandatangani dokumennya dan dengan godaannya, aku hanya bisa menerimanya. Pada awalnya, Sutan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Dia memperlakukanku sebaik dulu. Tapi beberapa saat kemudian, dia mulai berubah. Kemudian, dia kembali semakin telat dan mabuk setiap saat. Aku menegurnya beberapa kata, awalnya dia hanya diam-diam, lalu mulai membantah. Dan akhirnya, mulai bertindak. Di bawah pengaturannya, posisi manajer umumku diberikan padanya. Aku menjadi ibu rumah tangga. Dan dirinya mulai mengendalikan semuanya. Dia mulai menghabiskan waktu untuk berfoya-foya, mempergundik siswa perempuan di luar. Begitu aku mengatakan sesuatu, dia langsung memaksaku bercerai atau mulai memukuliku. Ugie, menurutmu apa lagi yang bisa aku lakukan sekarang?"

Kata-kata Wulandari membuatku menarik napas dingin. Ada ungkapan yang disebut ambisi serigala. Ini terlalu tepat untuk diterapkan pada Sutan.

Melihat Wulandari yang mengenakan kacamata hitam, aku merasa semakin kasihan padanya. Tapi tidak berdaya, aku tidak bisa membantunya sama sekali. Tiba-tiba, aku teringat putranya, jadi langsung bertanya "Bagaimana Sutan memperlakukan putramu?"

Wulandari mengangguk dan berkata perlahan "Aku harus mengakui Sutan masih baik pada anakku seperti sebelumnya. Dia sering mengajak anak keluar, pergi taman dan kebun binatang. Tapi kalau dia tidak baik pada anakku, aku benar-benar akan mati bersamanya."

Meskipun dihalangi kacamata hitam. Tapi begitu mengatakan ini, wajahnya menunjukkan ekspresi tegas.

Aku memegang cangkir teh, dengan perasaan campur aduk di hatiku. Sutan dalam pikiranku, sebentar menjadi orang jujur dan positif di masa kuliah dan detik kemudian langsung berubah menjadi orang yang frustrasi, memukul dan menendang Wulandari. Aku tahu Sutan ingin maju, tapi tanpa terduga dia begitu jahat.

Melihat aku tidak bicara, Wulandari menghela nafas. Memandangku, dia berkata dengan tenang "Ugie, aku telah mengatakan semua yang harus kukatakan. Kalau kamu masih ingin memberitahunya tentang masalah hari ini, silakan saja. Palingan aku dipukuli olehnya lagi, itu bukan apa-apa juga, bukannya tidak pernah dipukuli."

Meskipun dalam masalah Veni, aku pernah mengeluh pada Wulandari. Tapi begitu mendengar kata-katanya, hatiku seperti ditusuk jarum. Mantan manajer umum yang selalu berada di posisi tinggi, memiliki industrinya sendiri. Tapi sekarang menjadi seperti ini, benar-benar tidak tega untuk menyalahkannya. Meskipun semua ini memang disebabkan dirinya selangkah demi selangkah.

Aku menggelengkan kepalaku perlahan dan mendesah "Wulandari, aku bisa memberitahumu dengan jelas. Aku tidak pernah berpikir ingin memberitahu Sutan. Aku hanya sedikit penasaran dengan keadaanmu saat ini."

Melihat aku mengatakan seperti ini, Wulandari akhirnya menghela nafas lega. Dia memandangku dan berkata:

"Ugie, terima kasih! Aku menjadi begini, semua karena diriku sendiri. Kamu tidak perlu mengasihaniku, aku hanya menyesal. Mengapa tidak mendengar kata-katamu dan pergi meninggalkan Sutan. Kalau begini……"

Saat dia berkata, Wulandari menggelengkan kepalanya dan bergumam sendiri "Haiks! Tidak ada gunanya mengatakan ini sekarang."

Wulandari melihat jam tangan dan berkata "Ugie, sudah telat. Aku harus kembali dulu. Aku khawatir kalau dia pulang dan tidak melihatku, dia akan mulai membuat masalah lagi."

Selesai berkata, Wulandari berdiri. Aku juga ikut berdiri dan baru saja ingin memanggil pelayan untuk membayar tagihan, aku tiba-tiba teringat sesuatu. Jadi segera memanggil Wulandari "Oh ya, tunggu sebentar."

Wulandari kembali menatapku dengan kaget, aku langsung bertanya "Pernahkah kamu mendengar tentang seorang gadis yang bernama Luluk ?"

" Luluk ?"

Wulandari memikirkannya dan perlahan-lahan menggelengkan kepalanya.

“Tidak pernah.”

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu