Love And Pain, Me And Her - Bab 93 Kamu Adalah Orang Ketiga

Setelah Lulu menginjaknya, dia sepertinya masih belum puas, mengangkat kaki sedikit. aku takut sekali kalau Lulu akan menginjak kaki Robi yang lainnya. Untungnya, Lulu tidak melakukannya. Dia memelototi Robi, berkata dengan nada mengancam, "aku hanya bertanya padamu, kamu bantu atau tidak?"

Perempuan ini akhirnya mengeluarkan sosok pedasnya.

Robi buru-buru, tetapi dia juga tidak akan mungkin bertindak pada Lulu. Kalau dia tidak membantu, kaki Lulu kapan pun pasti akan menginjaknya lagi. Dengan wajah sedih dia memohon padaku, berkata dengan marah,

"Ugie, kamu benar-benar brengsek. Kamu menyuruhku datang hanya untuk disiksa?"

aku hanya tersenyum, memperlihatkan senyum cengir padanya, "Siapa suruh kamu jual mahal! Menjawabnya saja susah sekali"

Melihat aku yang juga tidak berpihak padanya. Robi dengan wajah tak berdaya melihat Lulu, dia mengulurkan tangan dan berkata, "Membantumu bukan masalah, tetapi hanya untuk kali ini saja. Kelak jangan merepotkanku lagi"

Bola mata Lulu diputar ke atas, mendesah, "Kepedean, merepotkanmu lagi? aku sudah sangat bersyukur kalau kamu tidak mengangguku. Ayo jalan"

Sambil berkata, sosok Lulu yang tadinya penuh masalah, berubah menjadi seorang putri saja, berbalik badan dan pergi. Dan Robi hanya dengan patuh mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di depan rumah Lulu, sebelum masuk ke dalam, tiba-tiba Lulu menolehkan kepala, dengan nada pelan dia mengingatkan Robi, "Robi, nanti jangan terlalu berlebihan. Cukup buat dia tidak enak dan pergi saja, sebenarnya dia adalah orang yang baik"

Robi tidak sabar sambil melambaikan tangan, "Cukup, aku sudah tahu! Bicara lagi, aku sekarang langsung pergi"

Sebenarnya aku mengerti. Lulu ini adalah orang yang baik hati, meskipun dia kecewa terhadap Rose. Tetapi dia juga berharap Rose tidak disakiti.

Rumah yang ditinggail Lulu tidak besar, 1 kamar tidur dan 1 ruang tamu dengan luas lebih dari 40 meter persegi. Sekali masuk adalah ruang tamu.

Ketika kami bertiga masuk ke dalam, langsung terkejut dengan situasi yang ada di depan mata. Ruang tamu yang berantakan, botol kaleng bir, wadah teh, bungkus kopi, asap rokok, dan berbagai macam makanan ringan, memenuhi seluruh meja. Dan lantai di sampingnya, penuh dengan kertas yang penuh dengan tulisan.

Dan Rose berbaring di atas lantai, tertidur lelap. Tubuhnya pun ditutupi beberapa lembar kertas. Tatapan Lulu yang tak berdaya melirikku, aku hanya bisa tersenyum masam. Rose benar-benar tidak menganggap dirinya sebagai tamu.

Robi berjalan masuk, dia melihat Rose, berkata, "Yaampun, sudah lama tidak melihat orang dengan tampang begitu jelek. Lulu, kamu pungut dari mana orang seperti ini? Atau mungkin kamu pungut di Siria? Tetapi bagaimanapun juga sangat cocok dengan dirimu"

Mulut Robi yang terus memancing amarahnya Lulu. Tetapi Lulu saat ini, juga tidak berani mengancam Robi. Dia takut membuat Robi emosi, kalau dia pergi, Rose pasti terus menganggunya.

Melihat Lulu yang tidak berbicara. Robi menunduk di lantai, dia menjulurkan jari menunjuk hidungnya Rose, dan saat itu juga Rose langsung kesal, langsung sadar. Ketika membuka mata yang dilihatnya adalah Robi, dia terkejut. Langsung berdiri duduk, bertanya dengan tidak begitu sadar, "Kamu siapa?"

"Tuanmu!"

Rose semakin bingung, dia menolehkan kepala, melihat Lulu dan aku juga berada disana. Dia menggelengkan kepalanya, seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Robi memiringkan kepala melihatnya, menjulurkan jari menunjuk Lulu, "Aku bertanya aku siapa? Belum tanya kamu siapa, dan kamu sudah bertanya padaku dahulu! Kalau begitu aku beritahu padamu, aku adalah pacarnya Lulu, aku Robi! Dengar baik-baik, kelak jangan ganggu pacarku lagi, kalau tidak aku tidak akan sungkan lagi terhadapmu. Cepat bawa barang-barangmu ini keluar dari sini!"

Tiba-tiba Rose berdiri cepat sampai gemetar. Dia melirik sekilas Lulu, berbalik dan menatap Robi lalu berteriak, "Kamu yang pergi! akulah pacarnya Lulu. Lulu kamu beritahu dia aku ini siapa?"

Rose menoleh bertanya pada Lulu. Lulu dengan wajah canggung melihat Rose, dengan nada pelan berkata, "Maafkan aku, Rose. Dia, dia memang pacarku"

Rose mendengar perkataan itu, mencabik-cabik rambutnya yang berantakan. Dia mengerutkan kening, melotot dan berkata pada Robi, "Tidak mungkin! Sejak kapan kalian bersama?"

"Bulan lalu!"

Robi sembarangan menjawab.

"Kami sudah bersama selama 2 tahun! Kamu adalah orang ketiga, kamu adalah orang ketiga yang merusak hubungan orang lain"

Rose terus berkata, dia menunjuk Robi. Robi mengangkat tangan dan membuat jari yang menunjuknya itu ke samping, memelototinya dan berkata, "Pergi sana, kamu itu orang ketiga, seluruh keluargamu adalah orang ketiga"

Sambil berkata, dia melambaikan tangan pada Lulu, berkata dengan nada memerintah, "Lulu, kamu kesini!"

Lulu tidak tahu apa yang ingin dilakukan Robi, tetapi dia tetap patuh menghampirinya. Saat itu, dia tidak berani melawan Robi.

Sesampainya di sisi Robi, dia langsung memeluk Lulu masuk dalam pelukannya. Bahkan Lulu tidak menyangka Robi akan melakukan hal ini, dia memberontak sedikit, tetapi tetap tidak berani melepaskan tangan Robi.

Robi dengan puas melihat Rose, memiringkan lehernya dan berkata, "Lihat dengan jelas! Dia adalah pacarku, mengerti tidak?"

Rose melihat Lulu yang tenang berada dalam pelukan Robi. Ekspresinya dengan perlahan berubah, yang awalnya tidak berdaya, sampai terkejut, sampai akhirnya dia kehilangan kendali sambil mencabik rambutnya sendiri. Berkata dengan histeris, "Lulu, baik, aku sudah mengerti. Kamu, kamu terus membohongi perasaanku, membohongiku menulis puisi untukmu"

Rose mulai bergumam sendiri. Dia sambil berkata sambil membereskan barang-barangnya yang berantakan itu. Sampai dimana dia mengendong tas ranselnya, ingin berjalan keluar, wajah Lulu yang sedih, berkata dengan nada pelan, "Rose, maafkan aku!"

Rose mendengus dengan nada dingin, dia mengangkat kepala, dengan tampang jijik melihat segalanya, "Mengenalmu, adalah sebuah kesalahan"

Melihat tampang Rose yang keras kepala seperti itu, meskipun dalam hati aku merasa lucu. Tetapi juga sangat bangga padanya, setidaknya dia lebih kuat dariku. Ketika Raisa meninggalkanku hari itu, aku terus duduk melamun sepanjang malam. Juga tidak berkata kata-kata amarah seperti itu.

Ketika Rose keluar dari pintu, akhirnya kami bertiga pun menghela nafas lega. Lulu langsung bergegas melepaskan lengan Robi, dia melirik Robi tajam. Mencibirkan bibir, duduk di atas sofa.

Robi sengaja mempermainkan Lulu, "Lulu, kamu sedikit tidak professional. Jelas-jelas kamu sedang membunuh sebuah keledai"

****(keledai = orang bodoh)***

Lulu melirik tajam Robi, memelototinya, berkata dengan kesal, "Ya, membunuh keledai. Membunuh kamu kepala keledai"

Kedua orang yang saling mencaci maki. Tiba-tiba dari luar terdengar suara ketukan pintu yang keras.

Kami bertiga langsung terdiam, aku membuka pintu, lalu melihat Rose yang berdiri di depan pintu. Dia juga tidak melirikku, langsung menatap tajam Lulu. Dan kali ini dia tidak memanggil Lulu dengan panggilan manis, tetapi memanggilnya dengan nama lengkap,

"Lulu. Sekarang aku tidak memiliki uang sama sekali! Kamu mengusirku, membiarkanku tidur di jalanan? Setidaknya berikan sedikit uang untuk ongkos pulang"

Rose yang tadinya keluar dengan tampang tenang dan kuat, dan saat ini kembali untuk meminta uang.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu