Love And Pain, Me And Her - Bab 238 Negoisasi Gagal

Sikap agresif Abby membuatku jijik. Tetapi aku mengetahui bahwa situasi ini muncul dalam negosiasi sangatlah wajar. Tanpa ragu, aku segera membalasnya.

"Direktur Abby, Anda perlu mengetahui. Mempunyai kekuatan bukan berarti harus sembarangan mengambil risiko".

Kata-kata aku membuat orang-orang CB merasa sangat tidak puas. Abby mendengus, menatapku dan bertanya, "Jadi maksud dari asisten Ugie adalah meragukan kekuatan perusahaan CB kami? Apakah kamu pikir kami akan berutang dengan kalian, atau sekaligus tidak membayar kalian?".

Kata-kata Abby memiliki makna provokatif yang jelas. Tanpa sepatah kata pun, aku menatap Abby.

Aku tidak meragukan apapun. Hanya saja rasio pembayaran mereka sulit diterima, hanya membayar 10%. Itu artinya, dari awal hingga penyelesaian pembuatan iklan PT.Nogo harus membayar 90% terlebih dahulu. Dengan jumlah uang muka yang begitu besar, aku percaya perusahaan mana pun tidak akan menerima.

Setelah Abby selesai berbicara, dia melirik Pak Milu. Dia mencibir dan berkata, "Presiden Milu, sebelumnya aku telah mengatakan kepadamu, pengelolaan perusahaan ini terlalu kecil, aku tidak setuju untuk kerja sama dengan PT.Nogo. Sekarang kamu juga dapat melihat hasilnya, apakah ingin berhenti negosiasi dan pilih perusahaan periklanan lagi. Namun kami telah menghabiskan waktu yang sangat banyak. Ataupun cara lain, kamu merubah rasio pembayaran peraturan perusahaan. Presdir Milu, keputusan terletak padamu!".

Setelah mengatakan, Abby mencibir menatapku dengan pandangan sinis.

Ruangan rapat seketika menjadi sangat sunyi. Mata semua orang tertuju pada Pak Milu. Pak Milu menatap Isyana Mirani sebentar, kemudian perlahan berkata, "Presdir Mirani, CB tidak akan mengubah peraturan perusahaan karena ini!".

Kata-kata Pak Milu seperti batu yang menekan dadaku. Sikapnya sangat tegas, dan maksudnya juga jelas. Apakah kami menerima rasio pembayaran mereka, ataupun negosiasi gagal dan semua upaya sia-sia.

Isyana tidak berbicara, dia mengerutkan kening. Dapat dilihat bahwa dia sedang berpikir dengan serius.

Pada saat yang sama aku juga berpikir, menyaring berbagai kepentingan di dalamnya satu per satu. Tiba-tiba, Isyana menatap Pak Milu, kemudian berkata dengan pelan.

"Presiden Milu, aku menyetu.....".

Isyana Mirani belum selesai mengatakan, aku segera berkata, "Presdir Milu, jika demikian, aku pikir kita mencari waktu untuk membicarakan lebih rinci lagi!".

Aku tidak terpikir Isyana akan begitu tergesa-gesa, dia ingin menyetujui secara langsung. Negosiasi tidak berarti harus menyelesaikan semua masalah sekaligus, Isyana hari ini terlalu tergesa-gesa.

Begitu aku selesai berbicara, Abby langsung berdiri. Dia berkata dengan jijik, "Milu, aku pikir kita tidak perlu membicarakan lagi! Buang-buang waktu saja. Jarak tahun baru Imlek hanya sisa dua bulan saja. Menurut aku, kita tidak boleh menghabiskan seluruh waktu kita terbuang dalam negosiasi tanpa hasil ini".

Reaksi Abby melampaui dugaanku. Isyana juga segera berdiri, dia menatap Abby dan berkata, "Direktur Abby, kami dengan tulus ingin bekerja sama dengan kalian, hanya saja"

Sebelum Isyana selesai berkata, Abby mencibir dan berkata dengan maksud mengejek, "Presdir Mirani! Sejak pertama kali bertemu hingga sekarang, aku selalu penasaran dengan satu pertanyaan. Aku tidak tahu siapakah Presdir PT.Nogo? apakah dirimu atau asisten Ugie ini? Keputusan kecil seperti itu, kamu bahkan tidak berani menyetujui. Sebaliknya, membiarkan seorang asisten berkoar-koar di sini. Aku pertama kali melihat perusahaan yang luar biasa seperti kalian."

Setelah itu, Abby mencibir lagi.

Kata-kata Abby sangat menusuk. Dia tidak hanya mengejek Isyana, tetapi juga memprovokasi hubungan kami. Isyana mengerutkan kening, dan belum sempat berbicara. Pak Milu juga berdiri, dia mengangkat bahu menatap Isyana, berkata dengan sedikit menyinggung, "Mohon maaf, Presdir Mirani. Kamu juga telah melihat bukan karena CB yang tidak mau bekerja sama dengan PT.Nogo tetapi rekan-rekan kamu yang tidak setuju untuk bekerja sama dengan kami".

Setelah itu, Milu juga tidak menunggu Isyana berbicara. Dia langsung berjalan menuju pintu ruang rapat bersama rekan-rekan CB. Isyana segera mengikutinya, sambil mengantar Milo dan yang lainnya, dia juga berjuang untuk mengajukan waktu untuk negosiasi berikutnya. Mereka sudah meninggalkan ruangan rapat, dan aku juga tidak ingin mendengar pembahasan mereka.

Aku merasa sangat kesal. Ini benar-benar merupakan negosiasi yang gagal. Dengan kata lain, ini sama sekali bukan merupakan negosiasi. Permintaan yang dibuat oleh pihak lain harus diterima tanpa syarat, dan tidak ada ruang untuk sanggahan. Apakah perlu membahas lagi?.

Aku mengeluarkan sebatang rokok, menyalakan dan menghisap dengan kesal.

Kalin duduk di tempat yang tidak jauh dariku, dia juga menatapku dengan kesal, dan berkata, "Ugie, kamu mengatakan begitu banyak! Mereka tidak ingin mundur selangkah bahkan belum selesai berkata, mereka sudah terburu-buru pergi, ini jelas-jelas sedang membully orang!".

Amori menjentikkan jarinya dengan lembut di atas meja, dan menggelengkan kepalanya tanpa ekspresi, "Tampaknya semua upaya ini telah sia-sia!".

Aku masih diam, terus merokok dengan kesal.

Sejenak kemudian, Isyana kembali ke ruangan rapat bersama Lulu. Lulu mengikuti di belakang Isyana. Begitu dia masuk, dia mengedipkan mata denganku. Aku tahu dia sedang mengingatkanku bahwa suasana hati Isyana tidak senang. Sebenarnya tanpa pemberitahuan dari Lulu, aku juga dapat melihatnya. Ekspresi dingin Insyana telah menjelaskan semuanya.

Duduk di tempatnya, Isyana melirik semua orang. Semua orang segera duduk dengan baik, menatap Isyana dengan hati-hati.

Isyana berkata perlahan, "Semuanya coba katakan, bisakah kita menyetujui permintaan CB?".

Semua orang tidak berani mengatakan apa-apa, mereka semua diam.

Sebaliknya, Nasrudin Nasir, wakil direktur melirik Isyana. Dia bertanya, "Presdir, jika kita setuju, Apakah CB masih ingin bekerja sama dengan kita? Aku lihat keadaan hari ini, aku khawatir kita tidak mempunyai peluang lagi?".

Isyana menatap Nasrudin dengan cuek dan berkata dengan dingin, "Kita sekarang jangan membahas apakah kami bisa bekerja sama dengan mereka. Kita bahas permintaan mereka, apakah kita bisa menerima!".

Kalin melihat tidak ada seorang pun yang menjawabnya, dia menatap Isyana dan berkata, "Presdir, aku pikir CB terlalu kuat. Sikap mereka juga terlalu keras, sama sekali bukan sikap ingin negosiasi dengan tulus."

Sebelum Kalin selesai berbicara, Isyana menyelanya, "Kita sekarang jangan tidak peduli terhadap sikap mereka. Aku hanya ingin mendengar pendapat kalian semua, apakah kita harus menerima permintaan mereka!".

Sikap Isyana sangat emosi. Ini adalah pertama kalinya aku melihatnya marah di depan umum.

Kalin mengangkat bahu dengan canggung, dia memilih untuk tetap diam, tidak berkata apa pun.

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu