Love And Pain, Me And Her - Bab 416 Kedatangan Isyana

Aku tertawa dan sengaja menggodanya "Direktur Viali ingin mengatakan masalah apa? Silakan perintah saja, jangan segan denganku. Perlakukan aku sebagai karyawanmu saja".

Viali mengabaikan ejekanku, dia langsung berkata "Kemarin kamu pernah memberitahuku bahwa PT.Geprek ingin dijual. Aku membantumu menghubungi sebuah perusahaan katering."

"Baik!"

Kata-kata Viali membuatku sangat gembira, aku segera berkata dengan bersemangat. Siapa tahu Viali berkata dengan tidak puas "Ugie, aku belum selesai berbicara. Tolong jangan menyela pembicaraanku, oke?".

Aku tersenyum pahit, alasan aku menyela karena kabar baik itu membuatku sedikit heboh. Lagi pula, menurutku percakapan di antara kami tidak begitu formal. Aku hanya memperlakukannya sebagai obrolan biasa saja.

Viali melanjutkan pembicaraannya.

"Ini merupakan perusahaan katering yang berskala besar. Mereka mengirim seseorang untuk pergi memeriksa Geprek minggu lalu dan mereka menyimpulkan bahwa jabatan-jabatan itu terlalu banyak dan manajemen sangat kacau."

Tersenyum pahit lagi, perlu melakukan pemahaman yang mendalam. Siapapun dapat menemukan kekurangan Geprek. Viali melanjutkan "Tapi tidak semuanya adalah kekurangan. Ada juga kelebihannya. Menurut mereka, keunggulan terbesar Geprek terletak pada dekorasi ketiga restoran ini cukup baik dan lokasinya sangat strategis. Selama dapat mengelola dengan baik, masih bisa dijadikan model replikasi. Lagi pula, sebagian besar restoran di dalam negeri belum cukup matang".

Mengenai apakah bisa ditiru, bagaimana pengoperasi pihak tersebut, semua ini sebenarnya tidak ada hubungannya denganku. Tujuan utamaku adalah mencari pembeli Geprek. Viali melanjutkan "Permintaan pihak tersebut sangat sederhana. Ketiga restoran ini bisa diambil alih. Tetapi merek Geprek tidak boleh ada lagi. Jika menurut kamu oke, kita dapat duduk dan membicarakan hal-hal spesifik langkah berikutnya."

Aku memikirkannya, hal itu sama seperti prediksiku sebelumnya. Tidak ada yang ingin meneruskan merek Geprek, namun ketiga restoran di bawahnya masih memiliki potensi pengembangan yang baik.

Aku bertanya langsung kepada Viali "Viali, pihak tersebut ingin membayar berapa?".

Begitu kata-kata itu diucapkan, Viali langsung mendengus dan berkata dengan sedikit menyindir "Ugie, Kamu sendiri juga mengerti pemasaran. Menurutmu, apakah pihak tersebut akan mengutip nominalnya begitu cepat?".

Aku tertawa dan membantah Viali kemudian berkata "Viali, aku menganggap kamu sebagai teman, sehingga ingin mengetahui lebih banyak."

Meskipun Viali mengatakan bahwa pihak tersebut tidak mengungkapkan nominalnya, tetapi aku bisa menebak ketika Viali berbicara dengan pihak tersebut, mereka pasti akan mengungkapkan sesuatu. Jika pihak tersebut tidak tulus dan memberikan harga yang sangat rendah, Viali tidak akan meneleponku. Sifat Viali dalam melakukan sesuatu, jika hal tersebut tidak ada kepastian, dia tidak akan mengucapkan terlebih dahulu.

Setelah mendengar perkatakanku, Viali diam sejenak. Kemudian dia berkata "Ugie, jika sekarang aku mengatakan denganmu berarti aku telah melanggar prinsip. Tapi aku bisa memberikan gambaran kepadamu, harga yang kita bahas sebelumnya, pada dasarnya bisa dipenuhi oleh pihak tersebut."

Kata-kata Viali membuatku mengepalkan tangan dengan erat. Jika dia berada di sisiku, aku bahkan ingin memeluknya erat-erat. Harga yang aku bicarakan dengan Viali terakhir kali adalah sekitar 30 hingga 40 miliar rupiah. Viali berkata demikian, berarti sudah memenuhi target harga kami.

Meskipun aku tidak berbicara, Viali sepertinya bisa merasakan kegembiraanku. Dia melanjutkan "Kalau begitu, sekarang kamu bisa menghubungi Geprek. Jika sudah selesai, kamu baru menghubungi aku lagi".

Aku menyetujui. Setelah menutup telepon, aku segera menelepon Djoko. Dengan cepat, Djoko menjawab panggilanku. Aku juga tidak basa-basi dengannya, langsung menyampaikan apa yang baru saja dikatakan Viali kepadanya. Ketika Djoko mendengarnya, dia juga merasa sangat senang, langsung berkata "Ugie, luar biasa! Seperti yang kamu ketahui, harga terendah kami adalah 30 miliar. Bagian yang melebihi ini akan menjadi komisimu!".

Aku tertawa dan langsung berkata "Paman Santoso, sebelumnya aku pernah mengatakan denganmu. Aku tidak akan mengambil uang proyek ini. Karena kita sudah sepakat, mari kita ikuti kesepakatan sebelumnya saja."

Faktanya, ketika mengatakan kata ini, hatiku merasa sakit. Uang, siapa yang tidak suka? Tapi begitulah menjadi manusia. Jika tidak melihat jauh, maka akan berakhir seperti katak yang duduk di atas sumur hanya dapat menatap langit. Seumur hidup, yang dapat dilihat hanyalah langit sebesar sumur. Aku tidak mau sepanjang hidupku hanya dapat mengelola studio kecil.

Kata-kataku membuat Djoko merasa bahagia. Setelah memikirkannya, dia kemudian menghela napas dan berkata "Eh! Hal yang paling aku khawatir sekarang adalah Eddy. Aku takut dia tidak setuju, pada saat itu dia akan membuat keributan besar."

Faktanya, kekhawatiran Djoko cukup masuk akal. Bagaimanapun, Eddy sama sekali tidak mengetahui bahwa aku dan ayahnya diam-diam menemukan cara untuk menjual restoran. Jika hal ini terjadi padaku, aku juga akan merasa tidak senang.

Ketika Djoko melihat aku tidak berbicara, dia melanjutkan "Ugie, hal ini tetap dilanjutkan sesuai perencanaan! Sedangkan mengenai Eddy, kita hanya bisa membicarakannya ketika waktunya tiba."

Basa-basi sedikit dengan Djoko. Setelah meletakkan telepon, aku bersiap untuk pergi ke Geprek. Aku harus memberi vaksin kepada Eddy terlebih dahulu.

Setelah merapikan meja, siap-siap berangkat. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di luar. Setelah berteriak "Masuk", langsung melihat Isyana membuka pintu dan masuk. Cuaca hari ini cukup bagus, Isyana memakai pakaian yang jauh lebih sejuk.

Dia mengenakan setelan rok putih. Di bawah rok putih, dia memakai stoking hitam. Warna Hitam dan putih, memberikan perasaan menggoda dan misterius.

Sejujurnya, sudah lama sekali tidak melihat Isyana memakai rok. Aku tidak sadar terus menatap Isyana, menatapnya dengan serius.

Isyana secara alami bisa merasakan tatapanku yang berapi-api. Dia memelototiku dengan tatapan kesal dan berkata dengan sedikit menyindir "Penanggung jawab studio! Ketika ada tamu datang tidak menyapa justru menatapi orang, bukankah sikap ini terlalu tidak sopan?".

Aku tertawa. Tidak ada keluhan diantara kami, ketika bergaul satu sama lain merasa semakin santai.

Aku berjalan keluar dari belakang meja ke arahnya, sambil berkata dengan tulus "Isyana, kamu sangat cantik!".

Selesai mengatakan, aku hampir tiba di sisinya. Tanpa diduga, Isyana mundur selangkah kemudian mengulurkan tangan dan membuat gerakan berhenti ke arahku.

"Berhenti! Jaga jarak! Kita sekarang merupakan status teman, kamu tidak boleh mendekatiku lagi".

Pemikiranku terlihat oleh Isyana. Tetapi melihat penampilan dia, hatiku merasa gatal. Tidak sabar ingin memeluknya dengan lembut. Sayangnya, dia tidak setuju dan aku juga tidak berani memaksanya.

"Mengapa kamu begitu santai hari ini, tidak perlu kerja?"

Karena dia tidak mau memberikan kehangatan, maka aku hanya bisa mengalihkan topik pembicaraan.

Isyana mengangkat lengan putihnya, mengarahkan jam tangannya ke arahku, berkata sambil tersenyum "Sekarang sudah siang! Bukan waktu kerja. Aku tidak ingin makan sendirian, jadi aku datang mencarimu untuk makan siang bersama."

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu