Love And Pain, Me And Her - Bab 98 Perubahan Hidup

Keluar dari bar, Aku dan Isyana langsung naik taxi menuju ke kantor polisi tempat sekarang Veni berada. Di dalam mobil, aku menelepon Sutan sebanyak dua kali, seperti kata Veni, Tidak ada yang menjawab, aku tahu seharusnya tidak ada masalah besar, Sutan juga bukan anak kecil, Tapi aku juga masih bertanya-tanya, kemana dia? Dia biasanya pasti menjawab telepon Veni, Kita semuanya tahu, dua sejoli yang sedang dimabuk asmara dan sumpah saling setia, berprinsip tetap saling mencintai sampai kapanpun, mereka bahkan lebih lengket daripada aku dan Raisa.

Ketika sampai di kantor polisi yang Veni bilang, kita turun dari mobil, aku sudah melihat Veni berdiri di bawah lampu jalan. Dia sedang menunggu kami dengan cemas. Apa yang tidak kusangka adalah orang yang berdiri di samping Veni, ternyata ada Raisa!

Di gunung, kita ketemu siang dan malam selama sebulan. Aku pikir aku bisa menghadapinya dengan tenang. Tapi setiap kali aku melihatnya, aku selalu merasa kehilangan sesuatu.

Ketika Raisa melihat aku turun mobil bersama Isyana. Raisa terlihat kaget, awalnya dia menatapku dulu, lalu menatap Isyana. Tapi wajahnya segera kembali normal dan menyapa Isyana sambil tersenyum. Dan perkenalkan Veni ke Isyana. Isyana malah terlihat biasa, Dia dengan santai berjabat tangan dengan mereka.

Tapi itu malah membuatku sedikit canggung, Namun, Aku melihat bahwa Veni dalam kondisi sangat panik dan gelisah. Jadi aku tidak bertele-tele lagi, jadi aku langsung bertanya kepada Veni apa yang terjadi. Veni juga tidak tahu apa yang terjadi, Dia hanya mengatakan bahwa ketika Sutan pergi di pagi hari, tidak ada yang aneh, tetapi ketika dia menelepon Sutan pada siang harinya, Sutan sudah tidak menjawab telepon lagi. Sampai sekarang, Hp Sutan bahkan sempat ditutup beberapa kali. Veni sangat khawatir, Dia takut terjadi sesuatu pada Sutan.

Aku segera menelepon Robi, mau tanya dia apakah tahu keberadaan Sutan sekarang? Sayangnya, Robi juga tidak tahu apa-apa. Sutan juga tidak menghubungi Robi, Dia bertanya kepadaku apa yang terjadi, dan aku hanya menceritakan kepadanya secara singkat, Robi menyuruhku menunggu dia, karena dia akan segera datang.

Tak lama kemudian, Robi tiba, Ketika dia keluar dari mobil, dia menatap Isyana sekilas, mereka belum pernah ketemu langsung sebelumnya. Aku memperkenalkan mereka, Setelah itu Robi dan Isyana saling menyapa, kemudian Robi segera menghibur Veni dan berkata, "Veni! Jangan khawatir, Sutan pasti ada alasan khusus, Ayo kita cari dia bersama-sama, Pasti tidak ada apa-apa."

Aku menatap Robi, dan merasa aneh. Diantara kita semua, mulut Robi paling pedas. Dia sama sekali tidak bisa menghibur orang. Setelah aku putus dengan Raisa, setiap kali aku minta dia temani aku minum, aku akan sangat terhibur jika dia tidak menyindir aku, aku tidak menyangka hari ini, dia bisa mengambil inisiatif untuk menghibur Veni.

Setelah kami berdiskusi, kami memutuskan untuk pergi ke perusahaan Sutan terlebih dahulu. Kita akan mencari tahu kapan dia meninggalkan perusahaan hari ini, Saat hendak naik mobil, ponsel aku tiba-tiba berdering.

Ketika aku mengeluarkan hp dan melihat bahwa itu telepon dari Sutan. Aku buru-buru berkata kepada yang lain, "Kalian jangan buru-buru, ini panggilan telepon dari Sutan."

Aku langsung mengangkat telepon, Setelah terhubung, aku segera memarahinya dan berkata, "Sutan, kamu di mana? Kamu tahu gak, kita semua sedang panik?"

Ujung telepon lain terdiam sesaat, lalu terdengar suara tertawa. Lalu, mendengarSutan berkata, "Ugie, aku dalam kesulitan, kamu tahu gak? Aku dalam kesulitan! Aku sekarang sangat terpuruk. Aku selalu berpikir bawah akulah yang terbaik di antara kita semua, tapi tamatlah riwayatku sekarang! Aku sekarang tidak sebanding dengan kamu. "

Kata-kata Sutan terdengar tidak enak, Tapi aku tidak marah. Dia memang suka bersaing, waktu masih sekolah juga begitu, dan setelah bekerja juga sama. Ketika dia mengucapkan kata-kata ini, lidahnya juga jadi kaku, dia mengucapkan kata-kata tadi berulang-ulang, Ini udah pasti sedang mabuk.

Aku juga tidak ingin bertele-tele dengannya, aku langsung bertanya, "Sutan, kamu di mana?"

Sutan tertawa dan malah bertanya balik, "Kamu tebak!"

"Tebak kepalamu, cepat katakan!"

Aku sedikit panik, Sutan menjawab dengan samar, "Aku masih bisa pergi kemana? Aku di restoran domba panggang Mongolia! Ketika kita masih kuliah, tempat domba panggang favorit kita!"

"Tunggu aku!"

Aku menutup telepon, kami memanggil dua taxi dan langsung ke tempat domba panggang sana.

Di dalam mobil, Aku terus menerus melihat keluar jendela. Suasana hatiku semakin rumit. Ketika kami masih kuliah, domba panggang Mongolia ini adalah tempat untuk kita merayakan sesuatu yang telah membuat kami bahagia. Tapi sekarang, tempat itu telah menjadi tempat untuk pergi ketika kita dalam suasana hati yang buruk. Hidup sudah berubah, manusia berubah, dan kita semua juga berubah.

Ketika tiba di resto domba panggang, aku langsung masuk, aku melihat Sutan duduk sendirian di sudut. Jasnya ada di kursi, dan dasi di bajunya juga berantakan. Ada botol kosong di atas meja. Satu tangannya memegang sebatang rokok dan satu tangan lagi memgang gelas. Melihat kami masuk, dia tertawa konyol kepada kami, walau sudah mabuk, tapi tetap lanjut minum.

Ketika aku berniat mendatangi dan memarahinya, Robi tiba-tiba menerjang dan meraih kerah baju Sutan dan menyeretnya. Dia memarahi, "Sutan, mengapa kamu seperti itu? Kamu lihat, Veni panik sampai begitu? Kamu malah di sini enak enak minum! Kamu bajingan.”

Sesudah itu, Robi mendorong Sutan sampai jatuh terduduk ke kursi, aku sedikit bingung, aku tidak menyangka reaksi Robi bisa begitu heboh.

Veni bergegas maju, Dia meraih lengan Sutan dan menariknya dari kursi. Sutan tidak peduli dengan Veni, Dia menepis tangan Veni, Setelah bersendawa, dia berteriak kepada Robi, "Robi, kamu memarahiku? Mengapa kamu memarahiku? Siapa pun bisa memarahiku, tapi kamu tidak memenuhi syarat! Apakah kamu tahu betapa susahnya aku? Jika aku seperti kamu, tidak usah khawatir tentang kehidupan sehari-hari, Jika tidak punya uang, bisa tinggal minta saja. Aku akan memiliki kehidupan yang lebih mantap dari kamu. Mengapa harus menanggung semua penderitaan ini, tanpa bisa curhat ke siapapun?”

Robi baru saja mau menambahkan sesuatu, aku takut akan terjadi keributan diantara mereka, jadi aku segera maju dan memisahkan mereka. Pada saat yang sama, aku bertanya kepada Sutan, "Sutan, ada apa? Jika kamu ada masalah, katakanlah, kita semua ada di sini, Kita akan bantu kamu mencari solusi. Mengapa kamu tidak mau menjawab telepon? Apakah kamu tahu betapa cemasnya kita semua? "

Sutan tersenyum pahit, Dia sedikit sempoyongan, dan Veni sibuk memegangnya. Sambil sempoyongan Sutan menjawab, "Cari solusi? Solusi apa? Aku bekerja sebagai direktur pengawasan selama dua bulan, Sekarang aku malah disuruh mereka jadi sales. Ugie, sama seperti kamu, jadi sales, aku ini direktur pengawasan bagian pemasaran, mereka malah suruh aku jadi sales dan menjual barang! "

Suara Sutan sangat keras, beberapa kata terakhir yang dia ucapkan, dia sampai meraung keras. Orang-orang di resto melihat ke arah kita. Untungnya, tidak begitu banyak orang, dan mereka semua adalah siswa sekolah di dekat sana, kalau tidak, ini pasti akan lebih memalukan lagi.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu