Love And Pain, Me And Her - Bab 370 Reunian

Perkataan Isayana Mirani membuatku tertegun. Dia ingin pergi bekerja ke Djarum Grup? Mengingat ketika terakhir kali kami berdua pergi ke Djarum Grup, sudah di depan pintu besar, dia pun tidak ingin masuk ke dalam. Dia menelepon meminta pamannya untuk turun ke bawah, karena dia tidak ingin melihat istri sekarang dari ayahnya. Tetapi sekarang dia mengatakan bahwa akan pergi bekerja ke Djarum Grup? Hal ini benar-benar membuatku terkejut sekali.

Aku ragu sejenak, lalu bertanya kepadanya dengan terbata-bata, “Isyana, kamu, kamu tidak khawatir setiap hari bertemu dengannya?”

Tentu saja Isyana tahu siapa yang kumaksud. Dia mendesah pelan, dan berkata perlahan-lahan, “Ugie, sebenarnya beberapa hari ini aku selalu memikirkan diriku sendiri. Dalam kepribadianku ada sisi yang lemah, aku suka menghindar ketika bertemu dengan masalah, suka mengalah. Juga karena kepribadianku yang seperti ini, mengakibatkan aku berjalan ke dalam bayangan gelap dari kegagalan, dan lama tidak bisa keluar.”

Perkataan Isyana sangat membuatku merasa lega. Dia sedang belajar menyimpulkan kelemahan dirinya, di saat bersamaan, akhirnya dia bisa menghadapi kegagalan kali ini dengan sikap biasa.

Isyana melanjutkan, “Aku memang tidak ingin bertemu dengannya, ketidakinginan ini termasuk dengan membenci, dan ketakutan juga sebenarnya. Aku sedikit takut dengan perkataannya yang agresif, terlebih lagi takut dengan pukulan mencibirnya. Tetapi aku tidak boleh selamanya menyusut ke belakang karena takut, karena cepat atau lambat, aku pun akan berhadapan langsung dengannya suatu hari nanti.”

Sambil berkata, Isyana mendesah pelan. Aku tahu, dalam hati Isyana masih sedikit tidak yakin, tetapi dia bisa melangkahkan langkah ini, sebenarnya dia sendiri juga sudah mengatasi serangkaian rintangan ini.

Aku tersenyum secara tak sadar, dan berkata kepada Isyana dengan suara lembut, “Isyana, liburan kali ini, aku merasa kamu sudah jauh lebih dewasa, benar!”

Terdengar suara tawaan Isyana yang lembut dari ujung telepon sebelah sana, “Iya, aku juga merasa seperti itu. Orang pasti akan dewasa, akan tumbuh besar. Hanya saja pertumbuhan kali ini, biayanya terlalu besar.”

Aku tahu, yang Isyana maksud adalah masalah PT. Nogo Internasional.

Aku tidak ingin mengingat kembali masa lalu yang membuat orang tidak nyaman di tengah waktu bertelepon dengan Isyana yang sangat berharga ini. Memutar topik, aku bertanya lagi kepada Isyana, “Isyana, kalau begitu kamu pergi bekerja ke Djarum Grup, tidakkah dia tidak setuju?”

Berdasarkan bayanganku, jika wanita ini menghadang di tengah masalah ini, takutnya Isyana tidak akan bisa bekerja di sana. Isyana segera menjawab, “Bukankah ibu pernah mengatakan kepadamu? Di dalam tanganku, masih ada sebagian saham. Dengan kata lain, aku juga adalah salah satu pemegang saham dari Djarum Grup. Selama dewan direksi setuju, aku ingin bekerja di sana, dia tidak bisa melarangnya!”

Berkata mengenai dewan direksi, seketika aku teringat akan Eddy yang kutemui hari ini. Aku segera berkata kepadanya, “Isyana, Kalin memperkenalkan seorang klien kepada aku, kamu juga kenal.”

Isyana sedikit penasaran, dan segera bertanya, “Siapa?”

“Eddy !”

Detik berikutnya, terdengar suara tawaan jernih Isyana Mirani dari ujung telepon sebelah sana, suara tawaan yang dikeluarkan dengan keinginan sendiri. Lalu dia berkata.

“Ternyata si setan kecil itu! Dia, dia itu pria playboy. Paman Santoso sering kali berkata, Eddy sangat pintar, tetapi terlalu dimanjakan olehnya dan bibi. Ke depannya ketika mereka ingin mengurusnya, juga sudah tidak bisa diurus lagi.”

Bisa dirasakan, nada Isyana ketika membicarakan Eddy juga sedikit memanjakan, seperti seorang kakak kepada adiknya yang nakal. Tetapi aku juga setuju dengan yang dia katakan ini.

Isyana berkata lagi, “Ugie, jika kamu bisa membantu Eddy , bantulah dia sebisa mungkin. Anak itu pada dasarnya tidak jahat, hanya saja suka bertindak sesuai hati. Selain itu, Paman Santoso juga selalu berbaik kepada keluarga kami.”

Aku tertawa, dan segera berkata, “Tenang saja, dengan perkataanmu ini, aku pun tahu harus berbuat bagaimana! Oh iya, kapan kamu pulang? Aku pergi jempat kamu!”

Tanpa dipikirkan, Isyana langsung menjawab, “Belum tentu, aku ingin menemani ibu berkeliling di luar lebih lama lagi. Selama bertahun-tahun ini, jika bukan di luar negeri, maka sibuk dengan pekerjaan, juga tidak ada waktu untuk menemaninya. Kali ini justru adalah kesempatan bagus, aku ingin tinggal lebih lama lagi.”

Sore hari ini, aku mengobrol santai dengan Isyana. Perasaan yang santai dan senang seperti ini, sudah lama tidak dimiliki. Meskipun kami mengobrol dengan gembira, tetapi tidak tahu kenapa, aku selalu merasa di antara aku dan Isyana, sudah muncul sebuah perasaan asing yang tidak pernah ada sebelumnya. Dulu ketika kami mengobrol, selalu akan bergurau kecil, tetapi sekarang sudah berbeda, kami berubah menjadi serius, seperti dua orang teman yang baru kenal tidak lama saja.

Hari kelima tahun baru, semua orang pun kembali, karena akan bekerja lagi di hari keenam. Sebenarnya ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Robi, toko bunganya ini, dibuka atau tidak, juga tidak masalah. Tetapi dia tetap pulang dari rumahnya, membawa beberapa bebek panggang, dan beberapa makanan setempat dari Beijing. Begitu pulang, dia menelepon kepada kami, katanya sebelum mulai membuka bekerja, semuanya berkumpul.

Jelas-jelas dia yang mengatur untuk traktir, tetapi dia menetapkan tempat berkumpul di studio aku. Yang paling menjengkelkan adalah, dia mengeluarkan makanan, dan menyuruhku untuk mengeluarkan minuman beralkohol, dan berkata bahwa aku harus memberi angpao tahun baru kepada semuanya karena aku naik jabatan menjadi Manajer. Tidak ada cara, meskipun sekarang keuanganku sedikit berkendala, tetapi aku tetap membagikan angpao sebesar dua ratus ribu untuk semua orang di rumahku.

Baru saja aku selesai mengemas, dan hendak turun ke studio di lantai bawah, tiba-tiba ponsel aku berdering. Aku mengeluarkannya dan melihat, ternyata panggilan telepon dari Eddy . Aku mengangkatnya, lalu terdengar suara Eddy yang bermalas-malasan dari sebelah sana, “kak Ugie, apakah hari ini kamu ada urusan?”

Karena sudah berjanji dengan Eddy untuk pergi ke perusahaanya besok, aku tidak menyangka dia akan menelepon dengan begitu awal. Aku berkata jujur, “Tidak ada urusan juga, hanya ada reunian kecil saja nanti, berkumpul bersama dengan beberapa teman. Kamu katakan saja, ada apa?”

Detik berikutnya, suara Eddy yang bermalas-malasan segera menjadi jernih, dia berkata kepadaku dengan bersemangat, “kak Ugie, reunian ke mana, bawa aku saja! Aku bosan sekali sendirian di rumah.”

Eddy ini benar-benar akrab sendiri, aku juga baru bertemu sekali dengannya saja, dia bahkan memintaku untuk membawanya pergi ke reunian. Tetapi aku juga paham, sifatnya memang terbuka dan tak acuh, terutama hubungannya dengen Isyana pun lumayan baik, aku langsung berkata, “Eddy , bawa kamu juga boleh, tetapi makanan dan minuman di reunian kami sangat sederhana, tidak seperti kamu, minuman beralkohol yang harganya jutaan juga dibuka secara lusinan.”

Tidak menunggu aku selesai berkata, Eddy sudah berkata dengan tidak sabar, “Aduh, minuman beralkohol apapun juga sama rasanya di mulutku. Cepat beritahu aku alamatnya, aku jemput kamu.”

Setelah memberitahu alamatku, Eddy langsung menutup telepon.

Tidak lama setelah aku turun ke bawah dan menunggu di depan komplek perumahan, tiba-tiba, terdengar serangkaian suara menderu. Aku menoleh melihatnya, sebuah mobil Audi R8 sedang melaju ke arahku. Meskipun aku belum pernah melihat mobil Eddy , tetapi melihat yang mencolok seperti itu, seharusnya adalah dia.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu