Love And Pain, Me And Her - Bab 533 Hal Yang Menyenangkan

Makan siang bersama Lulu, Lulu terlihat sangat senang. Tetapi aku perlu mencari seorang asisten berikut lagi.

Selesai makan siang, aku kembali ke kantor, pada saat aku mau menelepon ayahku, ingin memberitahukan kepada mereka mengenai masalah aku dengan Isyana, baru saja mengeluarkan ponsel, belum sempat menelepon, tiba-tiba ponsel berdering, melihat layar ponsel, menampilkan sebuah nama “ Viali ”

Aku langsung menjawab panggilan Viali, mendengar Viali berkata dengan nada datar dan dingin “ Pak Ugie, akhirnya kamu menjawab panggilanku?”

Kata-kata Viali, membuatku merasa sesal dan merasa bersalah. Terakhir kali ketika Viali meneleponku, kebetulan Isyana sedang mengungkapkan perasaan kepadaku. Pada saat itu Raisa meletakkan ponselku di atas meja, Raisa tidak mengizinkan aku menjawab panggilan tersebut. Setelah itu, aku lupa menelepon kepada Viali. Mendengar nada suaranya, nada suara Viali terdengar sedikit kesal.

Aku terburu-buru menjelaskan kepada Viali “ Viali, pada hari itu benar-benar mempunyai urusan penting, aku....”

Aku belum selesai berbicara, Viali langsung memotong pembicaraanku “Ugie, kamu tidak perlu menjelaskan kepadaku. Karena bagaimanapun kamu mencoba untuk menjelaskan, kamu tidak dapat menutupi kenyataan bahwa kamu menolak menjawab panggilanku.”

Kata-kata Viali, membuatku terdiam. Di antara semua wanita yang aku kenal, Viali adalah satu-satunya wanita yang paling unik. Viali yang begitu istimewah, cara berpikirkan untuk menyelesaikan sebuah masalah, berbeda dengan kita juga. Tetapi harus mengakui bahwa, apa yang Viali katakan memang benar.

Melihatku tidak bersuara, kemudian Viali berkata lagi “Ugie, kapan kamu memiliki waktu luang, mari kita bertemu. Aku ingin mengetahui kondisi perusahaanmu sekarang, semakin detail semakin bagus.”

Aku tertegun, Viali ingin mengetahui kondisi perusahaan saat ini, itu pasti untuk persiapan perencanaan B. Investasi untuk perusahaan perencanaan A, akhir-akhir ini menghabiskan banyak dana, ditambah dengan ekspansi besar-besar pada saat ini, mendirikan cabang baru di berbagai provinsi. Sekarang sudah tiba saatnya untuk menginvestasi perencanaan B.

Berpikir sampai sini, aku langsung menjawab “Apabila kamu memiliki waktu luang, aku kapan saja bersedia, bertemu di Beijing atau di kota lain. Cukup satu panggilan dari kamu saja, aku akan langsung bergegas pergi ke sana.”

Kata-kataku, tampaknya Viali merasa puas dengan jawabanku. Viali berkata lagi “Baiklah, menunggu panggilan dari aku, aku akan menghubungimu lagi.”

Selesai berkata, pada saat Viali ingin memutuskan panggilan, aku berkata “Oh iya, Viali. Dalam waktu dekat ini Robi akan pulang ke Beijing.”

“Apa? Robi pulang ke Beijing ?”

Setelah sekian lama mengenal Viali, ini adalah pertama kali aku mendengar reaksi Viali yang begitu kaget. Dapat mengetahui bahwa, Viali masih sangat peduli terhadap Robi.

“Apakah gadis yang bernama Veni akan menikah?”

Viali bertanya kepadaku lagi.

“Bukan, ada urusan yang lain. Saat kita bertemu, aku akan mencerita lebih detail lagi.”

Viali tidak bertanya lagi, hanya mengobrol sebentar. Kemudian mengakhiri panggilan tersebut.

Aku meletakkan ponsel, menyalakan sebatang rokok, kemudian duduk di atas kursi, merokok dengan santai. Panggilan dari Viali, membuat suasana hatiku membaik. Sekarang investasi perencanaan B telah mendapat penjelasan. Langkah selanjutnya, kita akan mendapatkan dana untuk diinvestasikan ke pasaran. Aku percaya bahwa, masa kejayaan Cantique, pasti akan segera tiba.

Setelah memikirkan pekerjaan kantor. Aku meraih ponsel lagi, menelepon ayahku. Aku harus memberitahukan kepada mereka berdua tentang aku dan Isyana. Sebenarnya kedua orang tuaku cukup aneh. Dalam kurun waktu satu tahun lebih, mereka jarang menghubungiku. Kata ayahku, membiarkan aku hidup sebatang kara. Sebenarnya aku mengetahui bahwa, itu hanya alasan mereka saja. Bagaimana mungkin orang tua di dunia ini, tidak mencintai anaknya sendiri? Hanya pada saat aku masih kecil, mereka terbiasa mendidikku dengan cara yang seperti ini, cara tersebut berkelanjutan hingga sekarang.

Telepon berdering cukup lama, kemudian mendengar ayah menjawab dengan nada suara linglung “Ugie, kamu pandai sekali memilih waktu, aku baru saja tidur siang, kamu langsung menelepon.”

Mendengar keluhan ayah, tanpa sadar sudut mulutku terangkat dan tersenyum.

“Ayah, Ibu dimana?”

“Pergi belanja, ada apa?”

Ayah selalu bersikap terus terang seperti ini, tidak pernah berbasa basi bersamaku.

“Iya, ada sedikit urusan! Kapan kalian datang ke ibu kota provinsi ?

Begitu aku selesai berkata, suara ayah terdengar lebih jelas. Mendengar ayah berkata “Aku berencana beberapa hari ini akan pergi berwisata ke Kota Guilin bersama ibumu, sepertinya ada melawati tempatmu. Bisakah kamu memberitahukan aku terlebih dahulu?”

Sejak ibu pensiun, kehidupan mereka berdua menjadi lebih rileks dan tenang, sering pergi berwisata. Mendengar ayah berkata seperti itu, aku langsung menjawab “Ayah, apakah kamu masih ingat terakhir kali saat kamu datang ke ibu kota provinsi. Gadis yang bernama Isyana ?

“Masih ingat, kenapa?”

“Sekarang kami berdua sudah resmi berpacaran, setelah kalian datang, aku ingin mempertemukan kalian berdua dengan keluarganya.”

“Apa? Sudah berpacaran?”

Nada suara ayah terdengar sangat kaget, ini diluar ekspektasiku.

Meskipun kedua orang tuaku tidak pernah membicarakan, tetapi aku mengetahui bahwa, sebenarnya mereka berdua sangat berharap aku segera berkeluarga. Sehingga pada saat aku akan menikah dengan Raisa, mereka berdua sangat senang. Tetapi setelah itu, aku putus dengan Raisa. Meskipun mereka berdua tidak pernah mendesakku, tetapi aku mengetahui bahwa, di dalam hati mereka berdua pasti sangat khawatir.

Tetapi hari ini ketika aku memberitahu ayah bahwa aku dan Isyana sudah resmi berpacaran, di dalam kekagetan ayah, tidak ada perasaan senang. Itu membuat aku merasa bingung, aku langsung bertanya “Ayah, kenapa?”

Ayah terdiam sejenak, kemudian berkata “Tidak ada, setelah ibumu pulang, aku akan berdiskusi bersama ibumu dulu, memutuskan kapan pergi kesana. Baiklah, sampai disini saja, aku ingin tidur.”

Sambil berkata, ayah langsung memutuskan panggilanku.

Aku tidak mengetahui apa penyebabnya. Tetapi aku mengetahui bahwa, tingkah laku ayah hari ini sangat aneh, apakah karena terakhir kali saat bertemu dengan Isyana, mereka berdua tidak menyukai Isyana ? Tetapi tidak mungkin, karena mereka berdua bukan orang yang akan mengatur kehidupanku.

Setelah berpikir lama, aku tidak menemukan jawabannya. Tetapi ponselku berdering lagi, aku meraih ponsel dan meratapi layar ponsel, ternyata itu adalah panggilan dari Isyana. Begitu aku mengangkat panggilan tersebut, mendengar Isyana berkata dengan nada halus “Ugie, apakah kamu sudah makan siang?”

“Iya!”

Aku menjawab.

Isyana merendahkan nadanya, berkata lagi “Semalam saat aku pulang rumah, memberitahukan ibu tentang hal kita berdua. Ibuku sangat senang dan terus mendesak, menyuruhku bertanya kepadamu, kapan ayah dan ibumu datang ke sini?”

Sebuah hal yang menyenangkan, tetapi aku tidak merasa senang. Menjawab dengan nada halus “Tadi baru saja aku menelepon ayahku, nanti sore ayahku berdiskusi dengan ibuku, untuk memastikan kapan mereka datang kesini. Tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir.”

Begitu aku selesai berkata, mendengar Isyana mendengus dingin. Berkata lagi “Apa yang aku khawatirkan? Seolah-olah aku ingin menikahimu.”

Selesai berkata, Isyana sendiri tertawa terkekeh-kekeh.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu