Love And Pain, Me And Her - Bab 19 Tujuan Sebenarnya

Aku bukan pria yang bermoral, adegan yang mempesona di depan mataku, aku tidak mungkin tidak akan melihatnya. Meskipun hanya merupakan siluet. Tetapi perasaan yang seperti itu, tetap membuat hatiku gatal.

Awalnya Isyana, belum menyadari bahwa dirinya telah terbuka. Tetapi melihat aku yang diam, dirinya mengangkat kepala melihat aku. Melihat tatapanku terhenti di depan dadanya. Dia segera menegakkan posisi duduknya, kedua matanya menatap aku. Bibir merahnya bergerak, baru saja ingin mulai memarahiku. Aku berkata terlebih dahulu, “Sampah!”

Terhadap jawabanku, Isyana tersenyum. Tetapi dirinya tetap menatapku, dan langsung berkata, “Kamu masih sadar atas apa yang kamu lakukan”

Aku tersenyum, dan mengambil sebatang rokok. Baru saja menghisapnya, Isyana segera menoleh ke aku, “Hisap lagi! Malam ini sudah berapa batang rokok yang kamu hisap? Seperti ini terus, akan menjadi perokok berat. Matiin batang rokokmu ini”

Teguran Isyana seperti ini, membuat hatiku terasa nyaman. Mungkin sudah lama tidak diperhatikan oleh seseorang. Perkataannya, membuatku terharu.

Selesai berkata, Isyana berdiri. Menuju depan jendela, Dirinya tidak ingin menghirup asap rokok.

Di luar jendela terlihat sepi. Kedua kaki Isyana terhuyung-huyung, dan melipatkan kedua tangan di depan dadanya, dengan elegan berdiri di depan jendela. Melihat ke luar jendela. Cahaya lampu di luar jendela memancar ke wajahnya, pada saat itu, aku terasa linglung. Karena saat ini Isyana terlihat sangat cantik, cantiknya yang luar biasa.

Dirinya memakai rok pendek, seiring dengan tatapanku ke bawah, Kedua kaki putihnya, yang panjang masuk ke dalam tatapanku. Aku menghisap rokok, dan dengan serius berkata kepada Isyana, “ Isyana, Aku katakan sebuah fakta, kamu tidak akan marah aku kan?”

Isyana memalingkan wajahnya dari jendela. Dirinya melihat aku dengan acuh tak acuh, dan berkata,

“Katakan saja, aku rasa yang kamu katakan juga tidak enak didengar”

Aku tersenyum. Dengan tulus aku berkata kepadanya, “Aku mengatakan dengan serius! Kakimu terlihat sangat cantik”

biasanya pria berusia belasan tahun suka melihat wajah wanita. Dan pria berusia dua puluhan paling suka melihat, dada dan kaki wanita.

Aku kira Isyana akan menjawab “Sampah”, tetapi aku salah.

Isyana tersenyum dengan elegan, dirinya menundukkan kepalanya dan melihat kakinya, dengan bangga mengatakan, “Aku juga menyadarinya, sungguh sangat cantik”

Sikap Isyana di luar dugaanku. Wanita ini ketika pagi hari, terlihat dingin dan sombong. Tetapa saat ini, terlihat sangat lembut.

Ini membuat aku tidak dapat menyesuaikan.

Isyana tidak merasakan pemikiranku. Dirinya memakai sepatu hak tinggi, dengan angkuh berjalan kembali ke tempat duduknya. Ketika sudah duduk di atas kursinya, dan langsung berkata kepada aku, “Ugie, singkirkan pekerjaan. Hari ini kamu bisa di hadapan banyak orang, melindungi mantanmu. Jujur, kamu terlihat sangat jantan. Sebagai seorang wanita, aku sangat menghargaimu”

Aku tersenyum dengan pahit, dan tidak mengatakan apa pun. Walaupun Raisa mengkhianatiku, tetapi dalam hatiku, aku sudah menganggapnya sebagai anggota keluargaku. Bagaimana aku bisa melihat anggota keluargaku diganggu oleh orang lain, dan tidak melakukan apa pun?

Isyana lanjut berkata, “Sebenarnya kamu masih mencintainya?”

Pertanyaan Isyana membuat hatiku terasa sakit. Apakah aku masih mencintai Raisa ? Mungkin cinta, mungkin tidak. Aku juga tidak dapat mengatakan dengan jelas.

“Wanita itu masih mencintaimu, benar tidak?”

Isyana terus bertanya.

Aku tidak mengerti, mengapa dirinya tertarik dengan hubungan aku dengan Raisa. Melihat tatapan Isyana yang menanti jawaban dariku, aku menggelengkan kepala dan tersenyum dengan pahit, sambil berkata kepadanya, “ Isyana, mengapa kamu begitu tertarik dengan masalah cinta?”

Isyana tersenyum, senyumannya sedikit bangga. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, dan perlahan-lahan mengatakan kepada aku, “Ugie, meskipun kamu menyinggung Rehan. Tetapi kamu bisa melalui Raisa, memintanya untuk membantu kamu. Agar membawa Rehan untuk bernegosiasi lagi. Aku rasa, kalau kamu membicarakannya. Raisa pasti akan membantumu”

Aku menatap Isyana, dengan hatiku yang kacau, dan perasaan yang kompleks. Akhirnya aku mengerti, ternyata Isyana membawa makanan untukku, bersikap ramah terhadap aku, ternyata karena proyek KIMFAR.

Yang paling lucu adalah, aku masih tidak tahu malu mengira dirinya memiliki perasaan terhadapku. Setelah sekian lama, masih karena kerja!

Suasana hatiku sedikit berubah. Dari sedih menjadi marah. Aku bertanya balik kepada Isyana, ´” Presdir Mirani, seandainya kita bertukar posisi. Kamu adalah aku, Raisa adalah mantanmu. Apakah kamu akan meminta bantu kepadanya?”

Isyana juga merasakan aku sedang tidak senang. Dirinya menatap aku, setelah sejenak, dia menganggukkan kepalanya, dan berkata, “Aku akan!”

Aku mengernyit sejenak. Jawaban Isyana membuat aku merasa tidak nyaman. Aku segera membantahnya, “Kamu dapat melakukannya, tetapi tidak berarti aku akan melakukannya! Presdir Mirani, kamu jangan khawatir. Aku sudah berjanji padamu, aku akan mengurus proyek ini. Aku pasti akan berusaha semaksimalku untuk melakukannya. Apakah berhasil atau tidak, itu hanya dapat mengharapkan yang terbaik”

Sambil berkata, Aku berdiri. Menatap ke arah pintu. Aku memberikan kode terhadap Isyana untuk pulang. Meskipun tidak sopan, tetapi aku sangat tidak suka dengan rasa dimanfaatkan oleh orang lain. Apalagi yang dimanfaatkan, merupakan hubungan percintaanku yang paling berharga.

Aku tidak ingin urusan kerjaku dikaitkan dengan cinta, dan tidak ingin mengaitkan Raisa. Di samping itu Raisa hari ini mengirim pesan kepadaku, dan mengatakan lain kali jangan kontak lagi.

Isyana pasti mengerti, aku ingin dirinya segera pergi. Tetapi dia menatapku dengan keras kepala, dan mengerutkan keningnya, dengan ketidakpuasan mengatakan, “Ugie, apakah kamu berpikir naif? Tidak melalui Raisa, kamu ingin meraih proyek ini? Mungkin? Jujur saja aku berkata, walaupun aku membiarkanmu memegang proyek ini. Tetapi aku tetap saja khawatir. Hari ini setelah pulang kerja aku menelepon Rehan, ingin mengajaknya untuk bertemu. Tetapi pria itu langsung mengakhiri panggilanku.

Tidak menunggu Isyana selesai berkata, aku segera memotongnya, dan bertanya, “Lalu kamu mengingat aku? Jadi kamu mengantarkan makanan untukku, dan bersikap ramah kepadaku. Tujuanmu, adalah mengharap aku pergi mencari mantanku, dengan memanfaatkan hubungan dulu kami. Agar dia dapat membantu aku, kemudian meraih proyek ini dengan merendahkan diri, benar?”

Nada bicaraku semakin tinggi, raut wajah Isyana mulai berubah. Meskipun, kata-kataku membuatnya merasa tidak senang.

Kemudian, Isyana menarik nafas. Lalu menatap aku dan berkata, “Ugie, aku mengakui pemikiranku egois. Tetapi semua ini demi Nogo, Kamu tahu apa makna proyek KIMFAR bagi Nogo ? Jika meraih proyek ini, Nogo akan melewati krisis sekarang ini”

Aku tertegun. Menatap Isyana dengan linglung. Aku bekerja di Nogo hampir sebulan, tetapi aku tidak pernah merasakan, sebenarnya mendengar Nogo sedang mengalami krisis.

Tampaknya Isyana marah denganku, setelah mengatakan semua ini, dirinya tidak berkata apa pun lagi. Aku bertanya padanya, “ Isyana, kamu mengatakan Nogo sedang mengalami krisis, apa yang terjadi?”

Raut wajah Isyana sedikit mereda, lalu menghela nafas, dan berkata dengan emosi, “Masalah internal dan eksternal”

Selesai berkata, Isyana juga tidak menungguku untuk berkata, dan langsung mengatakan, “Mengenai apakah kamu mencari Raisa atau tidak, kamu menyelesaikan sendiri. Baiklah, malam ini telah menganggumu”

Setelah mengatakan itu, Isyana mengambil tas tangan di atas meja kopi. Berbalik dan pergi.

Kali ini dirinya tidak memintaku untuk mengantarnya ke bawah, tetapi aku masih diam-diam mengikutinya di belakang. Ketika dia ingin naik ke dalam mobil, aku tiba-tiba teringat sesuatu, dan bertanya, “ Isyana, ada satu pertanyaan yang ingin aku tanyakan”

Isyana kembali terlihat dingin dan sombong, dan menatapku dengan dingin, “Katakan saja!”

Aku menatapnya, dan bertanya dengan hati-hati, “Mengapa kamu menerima aku untuk bergabung dalam Nogo ?”

Ini adalah pertanyaan yang membuat aku penasaran. Awalnya, aku rasa Isyana ingin membalas ulahku. Tetapi setelah mulai bekerja, aku menyadari bahwa diriku salah. Walaupun posisiku adalah sales. Tetapi Isyana tidak melakukan aksi apa pun terhadapku. Aku menjadi penasaran, mengapa dirinya menerimaku untuk bergabung dalam Nogo.

Isyana menatapku, tiba-tiba melototiku. Dengan acuh tak acuh mengatakan, “Karena kamu tampan, puas dengan alasan ini?”

Selesai berkata, dirinya berbalik dan naik ke dalam mobil. Ketika dia menyalakan mobilnya, aku segera memundurkan langkahku. Walaupun mobilnya sudah jauh, tetapi aku masih berdiri di sana.

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu