Love And Pain, Me And Her - Bab 139 Anggapan

Tidak diketahui sejak kapan, rintikan hujan telah berjatuhan di luar. Di atas jendela, tetesan air hujan berjatuhan cepat. Saat ini di dalam bar sedang berputar lagu Gao Xiaosong yang berjudul Masa Muda Tanpa Penyesalan. Tidak ada yang mulai berbicara, diam-diam menghayati lagu ini.

“Awalnya kita yang sedang bernyanyi

Akhirnya kita yang sedang melalui

Kamu yang tercinta bagaikan pemandangan di dalam mimpi

Setelah bangun aku akan percaya

Wajah dengan tanpa kesedihan adalah masa muda kita

Menanti berlalunya waktu dengan tatapan keberanian “

Aku dengan jelas mengingat bahwa, makan bersama di hari perpisahan kuliah. Lagu ini yang dinyanyikan Raisa. Pada hari itu berbagai teman yang menjatuhkan air matanya ketika Raisa membawa lagu ini. Robi yang paling berlebihan, dia menghabiskan sebotol anggur, dan memecahkan botolnya ke atas lantai. Pecahan kaca berserakan sana sini, bagaikan masa muda kami, terpecah belah !

Saat ini, Raisa tetap duduk di samping aku. Namun saat ini statusnya telah berubah, berubah dari pacar menjadi mantan. Hanya selisih satu kata saja, namun dengan arti yang jauh berbeda.

Aku diam-diam mengenangkan masa lalu. Sebuah kalimat Raisa, menarik aku kembali ke dunia realita. Dia bertanya kepadaku, “Ugie, apakah kamu pernah kepikiran ? Ada orang yang sengaja menyerangmu pada kejadian ini, sehingga dia bertindak di belakang ?”

Sebenarnya ketika aku mengetahui kejadian ini, aku sudah pernah kepikiran. Orang pertama yang aku curiga, adalah Nasrudin Nasir. Dia seorang wakil presdir, kami tidak pernah berinteraksi. Tetapi di hari itu dia tiba-tiba menyuruh aku ke stasiun televisi. Aku hanya merasa bingung, aku tidak ada hubungan apapun dengan Nasrudin Nasir, dia melakukan semua ini terhadapku, bermaksud apa ? Atau aku telah salah paham dengannya ?”

Aku tidak berani mengambil kesimpulan dengan semudah itu, karena aku mengetahui bagaimana perasaan di fitnah oleh orang lain, perasaan itu terlalu menyengsarakan.

Namun aku juga tidak perlu merahasiakan kepada Raisa, aku memberitahunya :”Sekarang aku juga tidak yakin, tetapi aku bermaksud mencari Riski yang berada di stasiun televisi. Pemeriksaan terakhir, kami berdua yang menyelesaikannya bersama-sama. Menurutku dia bisa membuktikan kebenaranku.”

Raisa mengangguk. Dia mulai mempertimbangkan dan berpikir sejenak, tiba-tiba bertanya kepadaku, “Kalau Presdir Mirani, apakah dia juga menyalahkanmu ?”

Aku hanya bisa tersenyum pahit, setelah meminum seteguk bir, aku menggelengkan kepala. Meskipun hubungan aku dan Raisa telah menjadi masa lalu, namun aku tetap tidak ingin membahas tentang wanita yang aku sukai saat ini. Perasaannya sangat aneh sekali, seolah-olah aku masih mengkhawatirkan perasaan Raisa.

Robi yang duduk di hadapanku sedang minum bir dengan wajah cemberut, dia tidak berbicara apapun. Sedangkan Veni tetap diam sejak awalnya. Suasana yang menekan seperti saat ini, membuat aku merasa sangat menyesak. Aku mendirikan badan, menatap mereka bertiga sambil berkata,

“Kalian lanjut saja, aku pulang dulu. Nanti aku harus menghubungi orang stasiun televisi lagi.”

Selesai pembicaraanku, Raisa juga langsung berdiri. Dia menatapku dan berkata, “Sedang hujan, aku mengantarmu saja.”

Saat ini Raisa sudah termasuk golongan memiliki mobil. Sebenarnya aku ingin menolaknya, tetapi bagaimanapun kedatangannya hari ini dikarenakan masalahku. Seandainya menolak, kesannya aku terlalu berkecil hati.

Hujan semakin deras, penyeka kaca mobil sedang bergeseran dengan cepat, aku dan Raisa tetap saja menjaga kesunyian.

Di dalam siaran radio, seorang gadis kecil meminta sebuah lagu untuk mantannya yang berjudul asalkan kamu bahagia. Gadis kecil ini sedang mencurahkan segala kejadian dan hal-hal yang dia alami bersama mantannya.

Aku dan Raisa diam-diam mendengarkan lagu ini. Tiba-tiba, Raisa melirik sekilas, tersenyum dan berkata,

“Ugie, kamu percaya ? Aku selalu berharap kamu bisa mendapatkan hidup yang lebih bahagia dariku”

Aku juga tersenyum, sambil menatap di luar jendela. Namun aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku percaya ketulusan kata-kata Raisa, namun bukankah aku juga berharap demikian ?

Ketika tiba di depan rumahku. Aku berpamitan dengan Raisa, dan turun dari mobilnya.

Tidak ada payung, aku hanya bisa berlarian dengan cepat ke arah pintu. Tidak jauh berlari, aku mengangkat kepala, melihat sebuah mobil Lexus merah berhenti di depan rumahku. Penyeka kaca terus bergeseran.

Isyana !

Melalui kaca jendela mobil yang kabur, seolah-olahnya aku telah melihat ekspresi kecewa di wajah Isyana.

Aku berdiam di tempat, di depan adalah mobilnya Isyana. Sedangkan di belakangku, adalah mobil Raisa. Aku berdiri di antara kedua mobil ini.

Hujan semakin deras, namun aku sama sekali tidak menyadarinya.

Suara klakson yang nyaring. Setelah itu, genangan air di lantai tercebur. Raisa pergi dengan mobilnya. Sedangkan lampu mobil Isyana juga telah dinyalakan, perlahan-lahan, mobil Lexus merah pergi melalui sampingku.

Selain suara hujan, segala hal berubah sunyi, hanya tersisa aku yang terbengong di dalam hujan deras.

Aku tidak tahu mengapa Isyana tiba-tiba muncul di depan rumahku. Tetapi aku mengetahui bahwa, ketika dia melihat diriku turun dari mobil Raisa. Dia pasti semakin kecewa.

Sampai di dalam rumah, aku mandi dengan air panas. Saat ini aku tidak ingin berpikir mengenai bagaimana pemikiran Isyana. Aku hanya ingin bertemu Riski dengan secepatnya, dan menyelesaikan masalah ini. Aku mesti membuktikan kebenaranku, baik terhadap Isyana, atau terhadap diriku sendiri.

Aku duduk di atas sofa. Menyalakan ponsel, mencari nomor ponsel Riski yang diberikan oleh Jane. Namun yang membuat aku kecewa adalah, setelah panggilannya berdering. Lawan bicara langsung memutuskannya. Aku menghubungi lagi, dia memutuskan lagi. Aku hanya bisa mengirimkan pesan kepadanya, memberitahukan identitasku. Beserta niat membahas sesuatu dengannya. Tetapi sayangnya, dia tidak membalasku.

Aku menyalakan rokok dengan kecewa, dan menghisap sekuatnya. Aku tidak habis berpikir, mengapa Riski tidak mau mengangkat teleponku ? Jangan-jangan sejak awalnya dia telah mengetahui segalanya ? Berpikir sampai di sini, aku terkejut. Seandainya demikian, berarti menandakan bahwa, jebakan ini telah lama disiapkan, hanya menanti aku yang terjatuh ke dalamnya.

Berpikir sampai titik ini, aku menghubungi Jane lagi. Jane mengangkat teleponnya dengan cepat, dia langsung bertanya padaku, “Ugie, ada masalah ?”

Aku langsung menceritakan masalah setelah aku menelepon Riski. Selesai bicara, aku bertambah lagi, “Jane, apakah boleh merepotkanmu, coba mengajak dia keluar. Aku ingin mengobrol dengannya.”

Jane ragu sejenak, dia berkata dengan nada kesusahan.

“Ugie, aku tidak akrab dengannya. Tetapi kalau kamu menceritakan denganku apa yang terjadi, mungkin aku masih bisa membantu.”

Aku tersenyum sekilas. Jane memang mengidap penyakit profesi, semua kejadian harus bertanya dengan detail. Namun masalah ini juga tidak perlu dirahasiakan, saat ini sudah banyak yang mengetahuinya. Sehingga aku menceritakan kepadanya secara detail.

Jane selesai mendengarkannya, awalnya dia terdiam sejenak, lalu bertanya padaku, “Ugie, seharusnya tidak ada gunanya lagi kamu mencari Riski kan ? Ini kesalahan di pekerjaanmu, dia juga tidak sanggup membantu. Bagaimanapun kamu yang menandatangani setelah pemeriksaan”

Aku tersenyum pahit dan menghisap rokok lagi. Sepertinya aku harus menanggung kesalahan ini.

Mengenai kejadian ini, selain Raisa, semua orang pada beranggapan kesalahan ini terjadi karena kekeliruan aku. Namun apabila Jane semakin berkata demikian, maka semakin dapat membuktikan bahwa, kejadian ini sudah di rencanakan sejak awalnya. Jika tidak, tidak memungkinkan bahwa bahkan Jane yang bekerja sebagai wartawan, juga akan beranggapan ini kesalahanku dari awal.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu