Love And Pain, Me And Her - Bab 591 Menikah

Penawaran yang begitu baik, tentu saja Abby tidak akan menolaknya. Setelah mengantar Abby, pada saat aku dan Robi naik ke lantai atas, Robi berkata “Ugie, kamu memberikan uang satu juta kepada Abby, apakah kamu tidak mengkhawatirkan Abby membawa kabur uang itu?”

Aku tersenyum, berkata dengan percaya diri “Manusia akan mati demi kekayaan, sama halnya seperti burung akan mati demi makanan. Kamu harus mengetahui bahwa, seseorang demi mendapatkan uang puluhan juta, akan melakukan hal-hal ilegal yang seperti apa. Sedangkan hal yang aku minta dia lakukan, hanya hal yang sangat-sangat mudah saja. Bagaimana mungkin dia akan kabur?”

Robi tersenyum, tidak berkata lagi.

Aku mengingatkan Robi, jangan memberitahukan siapapun mengenai masalah ini. Terutama jangan memberitahukan Isyana terlebih dahulu.

Setelah kembali ke kamar, aku mencoba untuk menyempurnakan pemikiranku. Aku harus membuat rencana ini menjadi sesempurna mungkin. Kali ini merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk membalas dendam.

Karena semalam begadang, sehingga keesokan harinya aku dan Robi terlambat bangun. Kita berdua tidak pergi ke rumah sakit, tetapi pergi ke bandara untuk menjemput Veni. Veni akan tiba siang ini. Begitu tiba di terminal kedatangan, pada saat aku bertemu dengan Veni. Perasaan sedih muncul di dalam hati. Dulu sekelompok teman baik, kini memiliki takdir yang berbeda-beda, merantau di berbagai kota.

Sepertinya Veni tidak ada banyak perubahan, kecuali menjadi lebih hitam, selain itu semuanya terlihat baik-baik saja. Dapat merasakan, kondisi mental Veni lebih baik dari sebelumnya. Dari wajah putih Veni, terlihat sedikit memerah.

Begitu melihat aku dan Robi, Veni langsung berlari ke sini. Veni membuka lebar kedua tangannya, memeluk Robi dengan erat. Terlalu banyak hal yang ingin aku katakan, sehingga banyak hal yang ingin aku tanyakan juga. Tetapi aku dan Robi berusaha menahan diri, membantu Veni mengambil koper, kemudian kita masuk ke dalam mobil.

Begitu masuk ke dalam mobil, Veni bertanya dengan tidak sabar “Ugie, bagaimana kabar Raisa?”

Sebenarnya Veni sudah mengetahui kondisi Raisa. Veni bertanya seperti itu, hanya menggenggam harapan terakhir, berharap jawaban yang aku berikan, adalah jawaban yang inginkan. Sayang sekali, aku tidak memberikan jawaban yang memuaskan kepadanya. Melihat aku menggelengkan kepala, ekspresi wajah Veni, langsung menunjukkan ekspresi kekecewaan di wajahnya.

Aku mendengus, mengganti topik pembicaraan bertanya kepada Veni “Veni, apa kabarmu sekarang?”

Membahas permasalahan ini, Veni tersenyum bahagia. Veni berkata dengan nada halus “Semuanya baik-baik saja, aku mengajar di SD. setiap hari bermain dengan anak-anak, tiada beban. Tetapi, aku rindu sama kalian, rindu Robi dan juga rindu Raisa.”

Dapat merasakan, Veni merasa sangat puas terhadap kehidupan dia sekarang. Tetapi tidak tahu mengapa, aku merasa tercengang. Air mata bergenang di dalam mata. Ada yang mengatakan bahwa, dunia ini memiliki sang pencipta. Apabila aku dapat melihatnya, aku ingin bertanya kepadanya. Mengapa gadis yang begitu baik seperti Veni dan Raisa, sang pencipta memberikan takdir yang seperti ini kepada mereka berdua.

Veni melihat kesedihanku, Veni menggenggam tanganku dengan erat, berkata dengan nada halus “Ugie, aku benar-benar baik-baik saja! Jangan mengkhawatirkanku. Sebelumnya aku tidak mengetahui bahwa, sebenarnya kehidupan apa yang aku inginkan. Pada saat itu, di dalam hidupku hanya ada Sutan. Tetapi sekarang, akhirnya aku mengetahui, ini adalah kehidupan yang aku inginkan. Aku suka mendengar suara tawaan anak-anak dan juga suka melihat mereka bermain tanpa beban dan gembira.

Sambil berkata, ekspresi wajah Veni penuh dengan senyuman bahagia. menatap Veni, aku tersenyum simpul. Veni benar-benar sudah keluar dari bayangan-bayangan Sutan. Sehingga, saat Veni membahas tentang Sutan. Ekspresi terlihat begitu tenang dan hambar.

Setelah Veni selesai berbicara denganku, Veni menepuk bahu Robi. Robi sedang menyetir mobil, Robi mendongak melihat ke kaca spion yang di dalam mobil, tersenyum kepada Veni. Veni tertawa simpul dan bertanya “Robi, aku mendapatkan kabar bahwa kamu naik jabatan. Bagaimana hubungan kamu dengan Lulu sekarang?”

Aku mengetahui bahwa, Veni sengaja melakukan gerakan yang seperti ini. Veni hanya ingin memberitahukan Robi, bahwa sekarang mereka adalah teman baik, hanya teman baik saja. Robi tersenyum, Robi tidak menjawab pertanyaan Veni, tetapi bertanya balik kepada Veni “Bagaimana dengan kamu? Kapan kamu menikah?”

Membahas topik pembahasan ini, Veni menatapku dengan tatapan bersalah. Lanjut bertanya “Aku memberitahukan kalian berdua, kalian jangan marah. Sebenarnya aku dan Bagas sudah tunangan. Tepatnya pada satu bulan sebelumnya.”

Kata-kata Veni, membuat aku dan Robi merasa terkejut. Terutama Robi, secara spontan Robi menginjak rem. Aku hampir saja menabrak tempat duduk Robi. Kita berdua tidak menyangka, ternyata Veni sudah menikah, sedangkan kita semua tidak ada yang mengetahui.

Robi langsung berkata “Veni, kamu tidak menganggap kami sebagai temanmu? Hal begitu penting, mengapa kamu tidak memberitahukan kami?”

Meskipun nada Robi terdengar sangat tenang, tetapi aku dapat merasakan, Robi masih merasa sedikit kecewa. Sudah sepuluh tahun, susah payah menunggu selama sepuluh tahun, susah payah mencintai selama sepuluh tahun. Di dalam kehidupan ini, ada berapa kali sepuluh tahun?

Veni tersenyum, kemudian melihat ke arahku, Veni berkata dengan nada lembut “Pada saat itu, Bagas ingin mengundang kalian, tetapi aku tidak menyetujuinya, lagi pula kalian pasti sangat sibuk. Aku tidak ingin mengganggu kehidupan kalian. Selain itu, kami tidak mengadakan pesta pernikahan, hanya mengundang beberapa saudara dan teman dekat makan bersama saja.”

Tiba-tiba hatiku nimbul perasaan sedih. Wanita manakah yang tidak mendambakan pernikahan yang mewah. Sedangkan Veni menikah secara diam-diam tanpa kabar. Tentu saja, aku mengetahui juga, apa yang dikatakan Veni memang benar. Veni memang seperti itu, selalu memikirkan perasaan orang lain.

Melihat Robi tidak bersuara, Veni bertanya lagi “Robi, kamu belum memberitahukan aku, bagaimana kabarmu dengan Lulu ?”

Sebenarnya aku sudah menyadari bahwa, hubungan Robi dan Lulu berjalan dengan lancar. Tetapi mereka berdua belum bersama, aku benar-benar tidak mengetahui juga.

Robi tertawa terkekeh-kekeh, kemudian berkata “Kita berdua akan segera bersama, mungkin tidak lama lagi, kamu akan menerima undangan pernikahanku.”

Kata-kata Robi, membuat aku dan Veni tersenyum simpul. Bocah ini, akhirnya sudah bertobat.

Pada saat tiba di rumah sakit, tiba-tiba Veni menoleh dan melihat ke arahku, sepertinya Veni ingin mengatakan sesuatu. Aku menatap Veni, tersenyum simpul, kemudian berkata “Veni, apakah kamu ingin menanyakan kabar Sutan sekarang?”

Begitu membahas tentang Sutan, Robi langsung melihat kaca spion yang di dalam mobil, kemudian menatapku dengan tatapan sinis.

Veni tersenyum, kemudian menghelakan nafas dan berkata “Aku ingin mengetahui kabar dia sekarang. Tetapi tidak ada apa-apa, hanya ingin tahu saja.”

Perlahan-lahan aku menganggukan kepala. Apapun yang Veni katakan maupun itu benar atau tidak, sudah tidak bermakna lagi.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu