Love And Pain, Me And Her - Bab 321 Tepat Waktu

Bibi Zhang melirikku dengan dingin, dia mendengus dingin, "Apa maksudnya kamu tidak tau?"

Meskipun hatiku tidak begitu senang terhadap perkataan, tapi bagaimana juga dia adalah senior, aku tidak berani keterlaluan, hanya bisa mengangguk dengan serius.

Bibi Zhang melihat sikapku masih lumayan, dia lanjut berkata, "Baiklah, kalau begitu langsung katakan. Sebelumnya aku sudah salah paham, mengira kamu dengan Jane ada hubungan spesial. Tapi setelahnya aku tau, kamu terus bermain mata kesana kemari dengan gadis keluarga Mirsalim. Kalau begitu menurutmu, kamu baik-baik saja bersama dengannya. Kamu tidak perlu lagi seperti dekat seperti jauh dengan Jane keluarga kami. Kamu menganggap Jane apa? Pilihan cadangan, orang ketiga?"

Perkataan Bibi Zhang masih belum selesai, aku langsung memotongnya. Aku memasang wajah pahit berkata, "Tante, aku dengan Jane adalah teman baik, kamu tidak boleh mengatakan kami seperti itu."

Aku sungguh kesal, aku bagaimanapun juga tidak kepikiran kalau Bibi Zhang bisa-bisanya begitu mengerti hubungan di antara aku dengan Jane.

Begitu perkataanku keluar, Bibi Zhang melototku, dia dengan tidak senang berkata, "Aku masih belum selesai berbicara, kamu jangan memotongku! Kamu tau semalam setelah Jane selesai bertelepon denganmu menangis sampai seperti apa tidak? Dia nangis sampai setengah malam! Kamu bisa mengerti perasaanku sebagai mama tidak? Aku hanya tidak tau saja rumahmu dimana, kalau tidak aku semalam langsung pergi mencarimu."

Mulut Bibi Zhang sedikit kering, menunjukku dan berkata: "Tuangkan segelas air untukku!"

Aku buru-buru menuangkan segelas air hangat. Bibi Zhang menyesapnya, meletakkan gelas dengan kuat ke atas meja, lanjut mengatakan, "Kamu mendirikan perusahaan sampah tidak apa-apa! Tapi Jane kami demi perusahaan sampahmu itu, malah harus kemana-mana memohon, mencari koneksi! Kamu tau tidak, agar rencana sampahmu itu bisa masuk berita, dia beberapa kali mencari produsen, akhirnya produsen itu setuju. Dia mentraktir orang makan lagi, minum bir sampai tengah malam, pulang kerumah muntah setengah mati. Kamu bilang dia seorang anak gadis, apakah mudah berbuat seperti ini? Dan juga dia dengan stasiun televisi provinsi tidak ada hubungan apa-apa, hanya kenal dalam pekerjaan saja. Karena kamu, dia sampai membawa papanya keluar. Jane kami sejak bekerja, tidak pernah sekalipun mengandalkan papanya. Dia kemanapun tidak akan mengungkit nama papanya. Dia mengatakan melakukan pekerjaan harus berdasarkan kemampuan sendiri, kalau tidak akan diremehkan orang lain. Tapi kali ini? Demimu, dia sampai membawa bendera papanya keluar memohon orang lain."

Perkataan Bibi Zhang, membuatku terdiam sepenuhnya! Semua yang dikatakan Bibi Zhang, aku sama sekali tidak tau. Yang aku pikirkan sebelumnya, aku mengira Jane adalah orang dari stasiun televisi, ingin masuk ke dalam sebuah program televisi tidaklah susah. Tapi tidak disangka, dia demi hal ini bisa-bisanya berkorban begitu banyak. Aku semakin kesal dengan diriku, apa yang sudah kulakukan?

Semacam rasa bersalah merambat di hatiku. Aku dengan merasa bersalah melihat Bibi Zhang. Masih belum menunggu berbicara, Bibi Zhang lanjut berkata: "Kamu jangan lihat Jane bekerja di stasiun televisi. Tapi dia biasanya tidak begitu sering menonton televisi. Kemarin malam, karena ada wawancaramu. Matanya menatap televisi lekat, menonton sampai programnya habis. Waktu itu dia masih mengira kamu akan meneleponnya, sambil menonton televisi, sambil memegang handphone. Tapi kamu? Telepon saja tidak. Jane meneleponmu, kamu masih tidak senang dengan ini, tidak setuju dengan itu. Kamu menganggap Jane apa? Bawahanmu, kamu menyuruh dia melakukan apa, dia langsung melakukan apa?"

Semakin Bibi Zhang bercerita, dia semakin marah, suaranya semakin membesar. Tapi aku sedikitpun tidak marah dengannya. Karena semua yang dia katakan ini, aku sebelumnya sama sekali tidak tau. Aku bisa mengerti perasaannya sebagai mama tidak tega dengan anak perempuannya sendiri.

Aku semakin merasa bersalah! Sedangkan Bibi Zhang duduk di atas sofa, dia dengan kesal memutar badannya, juga tidak melihatku. Setelah beberapa saat, aku baru dengan lembut berkata, "Bibi Zhang, mengenai masalah ini aku yang salah. Tapi aku mengatakan yang sejujurnya kepadamu. Aku dengan Jane hanya teman, teman yang sangat baik. Hanya saja aku tidak tau dia berkorban begitu banyak untuk hal ini, ini adalah salahku! Aku akan meminta maaf langsung kepadanya. Maaf, Bibi Zhang."

Semacam rasa bersalah ditambah permintaan maaf merambat di hatiku. Tiba-tiba aku merasa, aku adalah seorang idiot. Jane berbuat begitu banyak, tapi aku malah tidak tau apa-apa, dan juga masih menerima semuanya tanpa beban. Sedangkan semalam aku malah mengeluh lagi karena di dalam televisi tidak ada nama PT. Nogo Internasional.

Permintaan maafku kepada Bibi Zhang tulus. Bibi Zhang menyesap airnya, setelah meluapkan semua ketidaksenangan ini, perasaannya menjadi lebih stabil. Melihatku, lalu berkata lagi, "Ugie, masalah anak muda, harusnya aku sebagai orang tua tidak harus ikut campur. Tapi aku melihat Jane seperti ini, aku sebagai mama tidak senang. Anak ini dari kecil banyak pikiran, selalu menyimpan semuanya dalam hati, tidak ingin mengatakan kepada orang lain. Selama dia bekerja, mendapatkan berapa banyak kepahitan, menerima berapa banyak hukum. Dia sama sekali tidak pernah menangis. Tapi semalam, dia menangis dengan begitu sedih. Aku tau, anak ini menyukaimu. Kalau kamu tidak bisa bersama dengannya, aku minta tolong kamu beritahu dia. Daripada sakit berlama-lamaan, lebih baik sakit sebentar, masalah ini sudah lewat, dia juga akan membaik. Tapi kalian sekarang menggantung seperti ini, aku sebagai mama juga ikut khawatir. Takut kapan akan muncul masalah apa lagi."

Perkataan Bibi Zhang mengejutkanku. Aku melihat Bibi Zhang, langsung menggeleng dan berkata, "Tante, tidak mungkin. Jane sebenarnya ada orang yang dia sukai, orang itu sama sekali bukan aku."

Karena aku pernah mengobrol dengan Jane. Dia tidak pernah memberitahuku, dia selalu menyukai seseorang. Hanya saja tidak tau setelahnya orang itu bagaimana. Aku juga pernah bertanya Jane, apakah dia sudah melupakan orang itu belum. Tapi Jane menggeleng, mengatakan kalau dia tidak pernah melupakan orang itu.”

Bibi Zhang juga terkejut karena perkataanku, dia melihatku dengan curiga, "Bagaimana kamu bisa tau? Jane yang memberitahumu?"

Aku mengangguk, Bibi Zhang mengerutkan kening, berpikir sebentar, lalu berbicara sendiri, "Apakah aku yang sudah salah melihat? Tidak seharusnya bukan?"

Bibi Zhang juga mulai mencurigai dirinya. Tapi tidak peduli bagaimana pun, aku terlalu banyak berutang kepada Jane, aku harus meminta maaf kepadanya, dan juga mencari kesempatan untuk mengganti rugi kepadanya dia.

Setelah mengantarkan Bibi Zhang, aku sendirian duduk di dalam kantor sambil merokok, hatiku sedang berpikir harus bagaimana meminta maaf kepada Jane. Sedang memikirkannya, tiba-tiba teleponku berdering. Aku mengira Isyana yang menelepon, buru-buru mengambilnya dan melihat. Rupanya Bong yang menelepon. Begitu kujawab, langsung terdengar suara Bong berkata dengan pelan,

"Ugie, kamu persiapkan dengan baik sebentar. Setelah dua hari nanti, presdir Hartono akan datang ke anak perusahaan kita. Kalau dia tidak mengungkit mau bertemu denganmu, aku akan merencanakan pertemuan kebetulan untuk kalian. Tapi sebelumnya, kamu harus membuat persiapan matang. Memberi presdir Hartono sebuah kasus pemasaran yang memuaskan."

Hatiku senang, telepon Bong benar-benar datang tepat waktu.

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu