Love And Pain, Me And Her - Bab 452 Rokok

Setelah ponsel berdering beberapa kali, Sutan langsung menjawab panggilan tersebut. Aku langsung bertanya, “ Sutan, Apakah sudah pulang kerja? Jam berapa sampai sini?”

Sutan menjawab, “Aku sekarang sedang menyetir mobil, sekitar setengah jam lagi tiba di kantormu.”

Aku menjawab, kemudian memutuskan panggilannya.

Ketika semua orang mendengar bahwa Sutan akan segera tiba, sesuai instruksi sebelumnya. Mereka bersembunyi di dalam kantor. Sedangkan aku menunggu Sutan di area peristirahatan yang di luar.

Area peristirahatan yang diluar, tepat berhadapan dengan kantor. Jaraknya tidak terlalu jauh, percakapan satu sama lain, masih dapat mendengar. Aku meminta mereka, nanti jangan bersuara. Membuat Sutan mengira bahwa tidak ada orang di kantor..

Meja bundar yang di area peristirahatan, aku sengaja meletakkan sebungkus rokok di atas meja tersebut. Sambil merokok, sambil menunggu Sutan.

Setengah jam kemudian, pintu kantor terbuka. Melihat Sutan yang berpakaian rapi jalan masuk ke dalam.

Sejak menjadi seorang supervisor, permintaan Sutan terhadap pakaian menjadi semakin tinggi. Sutan terus mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai uang. Tetapi Sutan mengenakan setelan jas yang berasal dari Prada, Italia. Belum termasuk sepatu kulit dan dasinya, hanya setelan jas saja, minimal lebih dari 20 juta ke atas.

Melihatku duduk di area peristirahatan, Sutan jalan ke arah sini. Tetapi Sutan tidak langsung duduk, Sutan melihat ke arahku, kemudian jalan masuk ke dalam kantor, sambil berjalan sambil berkata, “Mengapa kamu duduk di sini, mengapa tidak masuk ke dalam? Apakah kamu menyembunyikan sesuatu di dalam kantormu?”

Aku terkejut, bergegas berdiri dan menarik tangannya. Menarik Sutan untuk duduk di atas sofa kecil yang dihadapanku. Kemudian aku menjelaskan, “Menyembunyikan apa, kamu menganggap aku seperti kamu?”

Begitu aku mengatakan, aku langsung menyesal. Awalnya aku hanya ingin bercanda, tetapi aku tiba-tiba teringat hubungan antara Sutan dan Wulandari. Ternyata, Sutan menatapku dengan tatapan sinis. Tetapi Sutan tidak mengatakan apapun, kemudian duduk di sofa yang di sampingku.

Mengambil rokok yang di atas meja, menyalakan sebatang rokok. Melihat Sutan mengerutkan alisnya, menghisap rokok tersebut. Dapat merasa. Tampaknya suasana hati Sutan kurang baik. Tetapi aku tidak ingin menanyakan masalahnya, aku mengkhawatir membahas hal-hal yang seperti ini, semua orang yang ada di kantor akan mendengarnya

Aku langsung bertanya, “ Sutan, apakah kamu tahu hari ini adalah hari apa?”

Aku langsung menuju ke dalam topik pembicaraan, membicarakan hari ulang tahunnya.

Sutan menyebat rokok, melihat ke arahku, kemudian berkata dengan nada tidak sabar, “Hari apa lagi? Hari ulang tahunku!”

Aku tertegun. Sesuai informasi yang Veni sampaikan, Sutan tidak mengungkit mengenai hari ulang tahunya. Veni berpikir bahwa Sutan sibuk hingga dirinya lupa, tetapi tidak menyangka Sutan mengingat dengan jelas.

Pada saat aku hendak berbicara, tiba-tiba Sutan mendengus, merapatiku, Sutan berkata, “Ugie, hari ini aku datang mencarimu, bukan untuk ulang tahun. Ada dua hal yang ingin aku bicarakan denganmu.”

Meskipun aku tidak tahu apa yang ingin Sutan bicarakan. Tetapi melihat Sutan mengerutkan alisnya, ekspresi wajah terlihat galau. Aku sudah bisa menebak, pasti karena masalah di tempat kerja. Aku tidak ingin merusak suasana hari ini, sehingga aku langsung berkata, “Membicarakannya di lain hari saja, ayo, masuk ke dalam kantorku.”

Sambil berkata, aku langsung berdiri. Belum sempat melangkah, tiba-tiba mendengar Sutan berkata dengan nada rendah di belakangku, “Ugie, tidak perlu pergi ke tempat lain, membicarakan di sini saja, aku harus membicarakan denganmu sekarang. Setelah itu aku akan langsung pergi, ada urusan lain yang harus diselesaikan.”

Aku membalikkan badan melihat ke arah kantor. Kantor yang begitu sunyi. Aku tidak tahu mereka sedang mendengarkan atau sedang mempersiapkan pesta ulang tahunnya.

Aku melihat ke arah Sutan. Berada di hadapanku, Sutan jarang berkata dengan nada memerintah yang seperti ini, setelah berpikir sejenak, aku kembali duduk di atas sofa, melihat Sutan, langsung berkata, “Baiklah, katakanlah sekarang, mempersingkat cerita, secepat mungkin!”

Sutan sedikit menganggukan kepalanya. Kemudian Sutan menghisap rokok lagi, menatapku dan berkata, “Hal pertama, seperti yang aku katakan sebelumnya. Apakah kamu sudah membuat keputusan untuk tidak mengambil alih SHOPI?“

Aku menganggukan kepala, menatap Sutan dan berkata, “ Sutan, kamu tidak perlu membahas hal tersebut lagi. Aku pasti tidak akan mengambil alih SHOPI. Kamu lanjut membahas hal kedua saja.”

Sutan menganggukan kepala, langsung berkata, “Baiklah, apabila kamu tidak mau, aku tidak akan memaksamu juga. Aku akan mencari orang baru lagi.”

Sambil berkata, Sutan mengambil sebatang rokok, kemudian menyalakan lagi. Masuk ke dalam pintu belum sampai sepuluh menit, Sutan sudah menghabiskan dua batang rokok. Meratapi Sutan, Sutan terlihat sedang memiliki banyak masalah. Aku bertanya lagi, “ Sutan, apa yang terjadi padamu? Katakanlah.”

Sutan tidak mengatakan apapun. Sutan lanjut merokok. Melihat Sutan seperti ini, tidak tahu mengapa, aku memiliki firasat yang tidak baik, melonjak dari lubuk hatiku.

Aku bahkan teringat, jika langsung memberitahukan Sutan. Mereka semua berada di dalam kantorku, mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untuknya. Karena aku mengkhawatirkan Sutan akan mengatakan kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan.

Tetapi sudah terlambat, tiba-tiba Sutan mendongak, melihatku dan berkata, “Ugie, aku dan Wulandari belum berpisah, kita masih bersama!”

Meskipun Sutan tidak pernah membicarakan hal tersebut secara langsung bersamaku, tetapi aku mengetahuinya. Hari ini Wulandari datang mencariku. Tetapi hatiku masih tergantung. Aku tidak tahu bagaimana Veni dan mereka yang berada di dalam kantor, ketika mendengarkan kalimat tersebut, reaksi mereka akan yang seperti apa.

Secara spontan, aku melihat ke dalam kantor, suasana di dalam kantor masih tetapi sunyi, seolah-olah tidak ada orang di dalam kantor.

Aku mendengus. Apabila Sutan telah mengatakannya, sudah tiba di saat seperti ini, tidak ada yang perlu disembunyikan lagi. Lebih baik mengatakan secara terus terang saja, mengenai hasil akhir yang seperti apa. Membiarkan Sutan dan Veni sendiri yang memutuskan saja.

Melihatku tidak mengatakan apapun, Sutan mendongak dan melihat ke arahku. Suara jauh lebih rendah lagi, bertanya dengan perasaan bersalah, “Ugie, mengapa kamu tidak bersuara?”

Aku mencibir. Membalikkan badan melihat ke arah Sutan, kemudian bertanya, “Apa yang kamu ingin aku katakan? Semoga hubungan cinta kamu dan Wulandari awet hingga tua, cepat memiliki momongan?”

Sindiranku, membuat Sutan merasa sangat tidak nyaman. Sutan mematikan api puntung rokok di dalam asbak. Sutan mendongak dan menatapku, Sutan berkata lagi, “Ugie, kamu adalah teman baikku. Hal yang seperti ini, kecuali kamu, aku tidak tahu harus membicarakan dengan siapa lagi.”

Aku menggeleng-gelengkan kepala dan mencibir lagi. Meratapi Sutan, aku langsung bertanya kepada Sutan, “ Sutan, aku tidak tahu tujuan kamu membicarakan hal tersebut kepadaku. Apakah kamu ingin memamerkan kepadaku, memamerkan bahwa kamu Sutan sangat bergairah. Sudah mempunyai pasangan, tetapi masih bisa berselingkuh? Atau kamu ingin memberitahukan kepadaku bahwa, kamu sudah membuat keputusan. Tetapi karena aku adalah temanmu, sehingga kamu datang untuk memberitahukanku saja?

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu