Love And Pain, Me And Her - Bab 89 Perencanaan Tak Telihat

Jari Bong Casa mengetuk pelan meja rapat. Bisa terlihat dia sangat tidak senang.

Bong Casa terdiam beberapa saat, dia baru tanpa berekspresi berkata,

"Ugie, tapi pada saat aku menyuruhmu membuat proposal ini. Termasuk bagian pemasaran pasar"

Pertanyaan Bong Casa sudah aku pikirkan. Aku mengangguk dan berkata,

"Memang benar, kamu sudah bilang. Tapi waktu itu kami hanya bilang membuat kerangka saja. Sedangkan tidak bilang detailnya bagaimana"

Wajah Bong Casa semakin tidak enak dilihat. Dia melihatku dengan diam. Aku sedikit merasa bersalah. Bong Casa sangat kagum padaku, dan juga sangat baik padaku. Tapi mau bagaimana, pasar seperti ini. Ini adalah kesempatan Nogo, aku tidak mungkin melewatkannya semudah ini.

Suasana kantor dalam sekejap menjadi kaku dan suram. Semua orang KIMFAR diam tak berkata-kata. Sedangkan Isyana sesekali melihatku, dia juga sangat tidak enak. Hatiku diam-diam menghela nafas, melihat gaya Isyana, mungkin sekali dia menyuruhku menjelaskan semua detail. Bagaimana juga dia seorang wanita, hatinya lembut. Dulu aku juga pernah ada kekurangan ini, tapi bisnis ya bisnis. Kalau aku bukan karyawan Nogo, aku bisa membantu Bong Casa dengan gratis. Tapi bagaimana juga aku mewakilkan keuntungan Nogo.

Tiba-tiba Rehan melihat Raisa, dia dengan lembut berkata, "Raisa, keseluruhan detailnya, harusnya kamu tau bukan?"

Raisa tersenyum pahit dan menggeleng. Rehan sedikit terkejut, mungkin dia tidak mengerti, jelas-jelas kami bekerja bersama sebulan. Mana mungkin dia tidak tau?

Amori mengangkat kacamatanya, dia dengan suara berat berkata, "Direktur Bastar, perencanaan pemasaran pasar diselesaikan oleh Ugie dan aku. Orang lain tidak ikut!"

Amori sedang membantu Raisa menyelesaikan kesulitan. Pada waktu yang sama juga memberitahu pihak lawan, kami sudah memikirkan pada tahap ini. Kalau Nogo tidak mendapatkan pesanan ini, aku tidak akan mengeluarkan perencanaan kami.

Ruang rapat menjadi hening lagi. Tiba-tiba, pria di sudut itu berdiri. Dia melihatku, dengan lambat berkata, "Anak muda, selain ini ada lagi tidak yang mau kamu katakan? Kalau tidak, aku pergi dulu"

Dia sambil berkata, juga tidak menungguku menjawab. Memutarkan badannya da keluar.

Bong Casa dan Rehan, dan juga beberapa pejabat tinggi buru-buru berdiri dan ikut keluar, Bong Casa berjalan sampai pintu, lalu tidak lupa membalikkan kepalanya melihatku berkata, "Ugie, kamu jangan pergi dulu. Aku nanti ada urusan mau mencarimu"

Begitu Bong Casa pergi, orang KIMFAR lainnya yang ada di ruang rapat juga pergi semua. Dalam ruang rapat sebesar ini, hanya tersisa kami berlima, ditambah Isyana dan asistennya.

Aku melihat Isyana tidak ada maksud untuk berbicara denganku. Aku mengeluarkan rokok, memberi kepada Amori setangkai. Menyalakan rokok dan menghisapnya dalam, berputar bertanya Raisa.

"Raisa, tuan yang tadi itu, harusnya dari kantor pusat KIMFAR bukan?"

Raisa tertawa sebentar, dia menggeleng pelan, menghembuskan nafas. Melihatku dan menjawab, "Dia bukan hanya dari kantor pusat, dia juga pemimpin kantor pusat. Dia adalah presdir KIMFAR pusat kami, Rudy Hartono, Presdir Rudy!"

Aku dan Isyana tercengang, kami berdua saling bertatapan, tersenyum pahit sebentar. Sebelumnya aku berpikir orang ini harusnya pejabat tinggi di kantor pusat, tapi aku tidak menyangka dia adalah presdir. Orang penting ini berpakaian terlalu low profile, sedikit gaya presdir pun tidak ada. Tentu saja aku tidak berpikir ke arah presdir.

Aku baru sadar, pantas saja Bong Casa semarah ini. Presdir disini, tapi aku malah tidak memberinya sedikit muka. Dalam waktu yang sama juga mengerti, kenapa Rehan tadi tiba-tiba mempersulit Bong Casa. Rupanya presdir sedang ada, dia ingin mencari peluang, membuat Bong Casa malu di hadapan presdir.

Aku sedang berpikir, Isyana tiba-tiba berkata, "Ugie, tunjukkan padaku perencanaan yang kamu bilang tadi"

Aku tercengang, memutar kepalaku melirik Amori. Amori melejitkan bahunya, merentangkan tangannya, menggeleng, " Presdir Mirani, ini adalah sebuah perencanaan yang tidak ada. Tidak bisa ditunjukkan kepadamu"

Isyana mengerutkan keningnya, dia dengan tidak mengerti melihat kami berdua. Amori menunjukku, lalu berkata, "Kasusnya ada di dalam otak kami, sama sekali tidak bisa diprint keluar."

Begitu suara Amori keluar, tiba-tiba Raisa tertawa dingin, dia melihatku dan Amori, dengan pelan berkata, "Sebulan ini, aku terus menggira bahwa kita adalah tim yang sangat kompak. Tampaknya aku yang pikir berlebihan, kalian masih juga waspada terhadapku dan Dirga"

Lulu yang mendengarnya, langsung dengan wajah kusam berkata, "Kak Raisa, hal ini aku sama denganmu. Aku juga tidak tau mereka sedang membuat kasus perencanaan apa"

Lulu benar. Hal ini hanya aku dan Amori yang tau. Di waktu yang sama, perkataan Raisa juga membuatku canggung, tapi yang dia katakan, memang benar adanya. Sebenarnya aku bukannya tidak percaya dengan Raisa, hanya saja bagaimana juga semuanya adalah karyawan di perusahaan yang berbeda. Dia untuk keuntungan KIMFAR, sedangkan aku juga memikirkan keuntungan Nogo. Aku terpaksa harus menutupinya.

Melihatku tidak berbicara, tiba-tiba Raisa tertawa, dia melihatku, denga humoris berkata, "Ugie, perkembanganmu cepat sekali. Aku lihat kamu cepat lambat akan menjadi pembisnis yang tidak mengenal teman."

Aku menghisap rokokku, dengan canggung tak berbicara.

Kami duduk beberapa saat di ruang rapat. Asisten Bong Casa masuk, dia dengan dengan maaf melihat Isyana dan aku berkata, " Presdir Mirani, semuanya, maaf. Presdir Bong sekarang sedang ada rapat via telepon, sementara tidak bisa datang. Semuanya kembali saja dulu, setelah rapat, Presdir Bong akan menghubungi kalian semua"

Begitu mengatakan rapat via telepon. Aku langsung mengerti, ini pasti resdir mereka menargetkan proposal tadi, sedang rapat dengan kantor pusat.

Kami beberapa orang turun bersama. Sampai di lantai bawah, aku baru saja ingin naik ke mobil perusahaan. Tiba-tiba Isyana meneriakku, "Ugie, kamu duduk mobilku. Aku ada sesuatu ingin mengatakan kepadamu"

Begitu perkataan Isyana selesai, Lulu langsung mengedipkan mata kearahku, dengan pelan berkata, "Cepat pergi, kesempatan sebagus ini, jangan disia-siakan"

Sambil berkata, dia memutarkan badannya masuk ke mobil perusahaan.

Aku berjalan sampai depan mobil Isyana, awalnya ingin duduk di belakang. Tidak menyangka Isyana duluan membuka pintu kursi penumpang, lalu berkata,

"Naiklah"

Sepanjang perjalanan, aku dan Isyana tidak berbicara. Suasana di dalam mobil juga sedikit aneh. Saat melihat sudah mau sampai perusahaan, tiba-tiba Isyana berkata padaku,

"Ugie, kamu hari ini melakukan seperti ini, apa tidak takut bisa menyinggung Presdir Bong dan Raisa?"

Aku tersenyum pahit, melihat keluar jendela, dengan pelan berkata, "Tentu saja takut! Tapi aku karyawan Nogo, aku harus memikirkan keuntungan Nogo"

Begitu kata-kataku keluar, tiba-tiba Isyana membanting stirnya, langung menginjak rem, mobilnya berhenti di pinggir jalan. Aku sedikit tidak menjaga-jaga, badanku terhuyung kuat. Isyana memiringkan kepalanya melihatku. Tatapannya jelas, di bawah tatapannya, jantungku tiba-tiba berdetak cepat. Bisa-bisanya sedikit tidak berani bertatapan dengannya.

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu