Love And Pain, Me And Her - Bab 239 Resiko yang Besar

Memadamkan puntung rokok, aku menghela nafas. Menatap Isyana dan berkata dengan serius, "Menurut pandangaku tidak boleh menerima!"

"Mengapa?"

Isyana dalam posisi duduk yang resmi, dia menatapku dengan dingin. Sudah lama tidak melihat Isyana menatapku dengan pandangan begini. Sepertinya Isyana sedikit tidak puas denganku mengenai kejadian tadi.

Aku tersenyum pahit, menatap Isyana, dan melanjutkan, "Alasannya sangat sederhana, uang dalam jumlah yang begitu besar. PT.Nogo tidak sanggup membayar! Enam siaran dari tiga TV provinsi, ditambah dua siaran Trans Tv, serta memerlukan waktu tayang yang penting, aku ingin bertanya kepada Nasrudin, meskipun CB mengatakan bahwa pertama kali hanya berlangsung selama dua bulan, tetapi bahkan hanya dua bulan biaya saluran, jumlahnya mungkin melebihi dari 60 Miliar Rupiah."

Nasrudin mengangguk segera, dan menjawab, "Iya, aku baru saja memperkirakan. Seharusnya sekitar 70 Miliar Rupiah."

Aku mengangguk, menatap Isyana, dan melanjutkan, "70 miliar hanyalah biaya saluran. Ditambahkan biaya lainnya, bahkan satu proyek CB ini sudah mencapai 100 Miliar Rupiah. Tetapi mereka hanya memberikan uang muka 10 Miliar Rupiah. Untuk biaya saluran saja, kita perlu mengeluarkan 60 Miliar, ditambah dana lainnya, aku perkirakan kita perlu mengeluarkan uang muka dengan minimum sekitar 70 Miliar. Jumlah uang yang sedemikian besar dibebankan pada PT.Nogo. Apakah tidak terlalu berat?".

Setelah aku selesai berbicara, Kalin beserta yang lainnya mengangguk kepala. Semua orang setuju dengan perkataanku.

Isyana masih tanpa ekspresi. Dia melirikku dan berkata langsung, "Kalian tidak perlu khawatir tentang masalah dana, aku akan mencari solusi."

Kata-kata Isyana membuatku tertegun. Aku memberinya tatapan aneh. Pergi mana dia mencari uang sebanyak itu?.

Melihat aku tidak berbicara, Isyana bertanya dengan dingin, "Selain masalah dana, apakah kalian mempunyai alasan lain untuk menolak CB?".

Aku mengerutkan kening. Aku selalu merasa Isyana sedikit mendesak. Aku mengangguk lagi dan berkata, "Ada! Bahkan kamu telah menemukan dana tersebut. Jika CB tidak bisa melakukan pembayaran tepat waktu, aku takut penundaan itu akan menjatuhkan PT.Nogo. Risiko ini terlalu besar, aku tidak menyarankan untuk mengambil risiko ini!".

Isyana sedikit mencibir, dia menatapku dan berkata, "Kalau begitu aku bertanya padamu! Jika mereka membayar uang muka lebih dari 30%, pembayaran selanjutnya tidak tepat waktu, apakah risikonya sama? Hanya saja kita lebih awal menerima 10 Miliar saja. Dan juga, jangan mengatakan hanya CB saja, bahkan dengan perusahaan mana pun risiko ini tetap ada. "

Aku menatap Isyana dengan bingung. Ternyata 10 Miliar Rupiah dengan 30 Miliar Rupiah risikonya setara di matanya. Tampaknya dia sudah bertekad untuk melakukan proyek CB ini.

Aku juga marah, tetapi aku berkata dengan tenang, "10% dan 30% setidaknya berbeda dalam ketulusannya. Jika perjanjian ini telah ditandatangani, maka kita akan sepenuhnya dipimpin oleh pihak lain. Tidak ada ruang untuk kembali".

Isyana menggelengkan kepalanya dengan pelan. Dia mengerutkan kening, menatapku dengan bingung dan berkata, "Asisten Ugie! Di matamu, Apakah ketulusan itu hanya terletak pada jumlah uang?".

Walaupun dalam rapat perusahaan, Isyana biasanya langsung memanggil nama saya dan jarang menyebut jabatan. Tampaknya dia benar-benar sangat cemas hari ini.

Tetapi aku tetap berdebat memperjuangkan pendapatku dan melanjutkan dengan mengatakan, "Jumlah uang bukan satu-satunya kriteria untuk mengukur ketulusan, tetapi itu juga merupakan salah satu standar untuk mengukur, selain ketulusan yang saya katakan. Rasio pembayaran lebih atau kurang sangat penting bagi pengoperasian PT.Nogo kita!".

Begitu aku selesai mengatakan, Isyana segera menjawab, "Aku sudah mengatakan, aku akan melakukan solusi mengenai uang!".

Tiba-tiba aku menyadari bahwa percakapan aku dengan Isyana terperangkap dalam lingkaran yang aneh. Semua yang aku katakan sebenarnya terkait dengan uang. Dan jawabannya hanya satu, yaitu dia akan mencari dana tersebut. Aku mengetahui, bahkan jika kami terus melanjutkan pembahasan ini, hanyalah seperti lingkaran yang terus berputar.

Aku menghela nafas, menatap Isyana, dan berusaha menurunkan amarahnya dengan berkata, "Presdir! Aku rasa kita harus tenang dulu. Proyek CB ini kita dapat mempertimbangkan lagi!".

"Aku sangat tenang!"

Isyana berkata dengan dingin.

Tetapi aku hampir hampir menggila. Aku bahkan tidak dapat melihat ketenangannya, sebaliknya malah melihat kecerobohannya.

Begitu dia selesai berbicara, dia melihat semua orang dan terus bertanya, "Apakah kalian memiliki pendapat yang berbeda?".

Sikap Isyana yang begitu buruk, jika setiap orang memiliki pendapat yang berbeda, juga tidak berani mengungkapkannya.

"Karena tidak ada pendapat lain, mari kita bubar! Semuanya kembali beristirahat dulu, mengenai masalah CB aku akan mencari solusi sendiri!".

Selesai mengatakan, Isyana langsung keluar dari ruang rapat terlebih dahulu. Meskipun aku sangat marah, tetapi aku tidak menyerah. aku segera mengikuti belakang Isyana. Kami berdua berjalan sampai pintu kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Membuka pintu dan masuk, Isyana melemparkan dokumen yang berada di tangannya ke sofa dan melihat ke arahku, berkata dengan tidak senang, "Ugie, aku merasa sangat tidak puas dengan kinerja kamu hari ini! Aku tidak mengerti, proyek yang begitu bagus, mengapa kamu tidak menyetujuinya! Apakah karena uang muka pihak tersebut terlalu sedikit? Apakah kamu mengetahui betapa pentingnya proyek ini bagi PT.Nogo, bagi aku, dan bagi ibuku?".

Aku mencoba untuk tetap tenang dan berkata dengan pelan, "Isyana, mari kita tenang dulu, oke! Aku tahu kamu ingin membuat proyek ini! Aku juga ingin! Tetapi kamu yakinlah, tidak ada perusahaan lain yang mau menerima permintaan yang begitu tidak masuk akal. Pada akhirnya, CB akan kembali mencari kita lagi".

Isyana tiba-tiba terdiam. Dia menatapku, beberapa saat kemudian dia berkata, "Ugie, apakah kamu takut aku akan berhasil membuat proyek ini?".

Aku menatap Isyana dengan aneh, pemikirannya diluar dugaanku.

"Karena kamu khawatir aku akan pergi mencari Don Juan Romino untuk mengumpulkan dana, benarkah?".

Hampir gila, sekali lagi hampir menggila!

Aku menatap Isyana dengan tidak berdaya, menggelengkan kepala dan berkata, "Isyana, aku bahkan tidak mempertimbangkan masalah penggalangan dana. Aku hanya berpikir bahwa kamu terlalu tergesa-gesa sekarang".

Isyana menghela nafas panjang. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Lupakan, Ugie, aku tidak ingin berbicara denganmu, mengenai masalah ini aku tidak akan mendengarkan perkataanmu. Kamu keluar dulu, aku ingin ganti baju, dan keluar sebentar".

Aku mengerti Isyana ingin membuat Proyek ini. Tetapi dia terlalu terburu-buru untuk menyelesaikannya. Tetapi apa yang aku katakan sekarang tidak berguna sama sekali. Aku menatap Isyana, menggelengkan kepalaku dengan pelan, tak berdaya berjalan keluar dari kamarnya.

Kembali di kamarku, aku duduk di sofa sambil merokok. Memikirkan hal ini dengan cermat. Aku tidak tahu mengapa selalu merasa bahwa masalah ini tidak hanya demikian. Tetapi mengenai dimana letak permasalahan itu, sementara aku belum bisa mengatakannya kecuali dana tersebut.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu