Love And Pain, Me And Her - Bab 242 Mabuk

Situasi yang seperti ini membuat suasana hatiku pun menjadi lebih baik. Setelah memesan makanan, aku dengan sengaja memesan satu botol arak putih. aku makan sambil mengobrol dengan Raisa. Ketika meminum seteguk arak, aroma pedas yang kuat itu membuatku mengerutkan hidung.

Raisa menatapku, dia tidak bisa menahan diri tersenyum dan berkata, "Jika tidak ingin meminumnya ganti saja dengan bir"

aku juga tertawa dan bertanya kepada Raisa, "Raisa, dinas kamu kali ini sepertinya cukup lama ya di beijing?"

Raisa menatapku bingung, dia sepertinya merasa sedikit aneh, bagaimana bisa aku tahu masalah ini. Namun dia tetap menjawab pertanyaan aku dan berkata, "Ya, ada sesuatu yang harus dikerjakan oleh perusahaan, Namun sebentar lagi juga bisa kembali ! Bagaimana denganmu? Apakah bersama dengan Presdir Mirani?"

Apakah bersama dengan Isyana adalah pertanyaan yang harus ditanyakan oleh Raisa. Dan saat ini ketika bersama dengan Raisa, dia terlihat cukup perhatian kepada Isyana.

aku mengangguk dan berkata, "Ya, bersama dengan beberapa rekan kerja lain untuk membicarakan Proyek."

Raisa hanya menanggapi dengan singkat, namun dia tidak banyak berbicara. Melalui uap air yang kabur, aku bisa merasakan rasa kesepian di wajah Raisa.

aku selalu berpikir bahwa aku sudah bisa menghadapi Raisa dengan tenang. Namun ketika melihat ekspresi wajahnya dengan jelas, Hati aku pun kembali terasa pahit. Tidak tahu mengapa namun aku selalu merasa bahwa Raisa sedang tidak bahagia.

aku pun meneguk habis arak di dalam gelas, meminjam rasa panas alkohol ini untuk bertanya kepada Raisa, "Raisa, bagaimana kabarmu dan Rehan?"

Raisa menjawab tanpa keraguan sama sekali, "Cukup bagus! Bagaimana dengan kamu dan Presdir Mirani?"

Terlihat jelas Raisa tidak ingin berbicara dengan aku tentang hubungannya dan Rehan. Dia kembali mengalihkan pembicaraan kepada aku dan Isyana. aku pun menjawab sambil menuangkan arak, "Masih sama seperti sebelumnya, tidak ada perubahan"

Ketika Raisa mendengarkanku mengatakan seperti itu,dia pun meletakkan sumpitnya. memandang aku dan berkata dengan serius, "Ugie, salah satu kelemahan terbesar dalam karakter kamu adalah terlalu pasif. Walaupun aku tidak begitu kenal dengan Presdir Mirani,tapi aku tidak bodoh. aku dapat melihat bahwa dia memiliki perasaan terhadapmu. Isyana juga gadis yang sangat baik. Kamu harus mengambil kesempatan ini dengan baik. Kamu harus tahu bahwa tidak mudah untuk bertemu seseorang yang sangat kamu sukai dalam hidup ini. Jika kamu lalai sedikit saja, dia bisa lewat begitu saja di sampingmu. Jadi Ugie kamu harus bekerja keras, Ok? "

aku menatap Raisa sedikit rasa pahit keluar dari hatiku. Dia juga tahu logika ini, apakah dia tidak tahu? Selama bertahun-tahun, dia adalah wanita pertama yang aku temui yang sangat aku sukai. Tapi bukankah kita juga tidak bisa bersama-sama?

aku tersenyum sambil memandang Raisa, dan bertanya balik kepadanya, "Raisa, bagaimana rasanya mengajari mantan pacarmu cara mengejar wanita lain?"

Raisa sedikit terdiam. Dia pun menegakkan badannya sedikit,Sambil menatapku dia bertanya balik, "Apakah ingin mendengar kebenaran?"

aku mengangguk, "Tentu saja!"

Raisa tersenyum dan berkata dengan perlahan, "Ini sebuah perasaan yang sangat ajaib. walaupun tidak terlalu buruk juga. Namun aku sungguh berharap kamu bisa sukses. Karena hal ini bisa membuktikan bahwa pilihanku saat itu adalah benar, Mantan pacarku adalah seorang laki-laki yang luar biasa! "

aku pun kembali tersenyum pahit. Ini adalah sebuah teori yang absurd. Namun aku tidak ingin berdebat dengannya, sambil mengangkat gelas,aku meneguk dalam jumlah besar.

Raisa juga menyadari bahwa suasana hatiku agak rendah, diapun mengubah topik pembicaraan dan bertanya, "Ugie, Siapa anak yang selalu dibawa oleh Sutan itu?"

aku memandang Raisa dengan aneh, kemudian berkata sambil tidak memahaminya, "Apa yang terjadi? Bukankah dia sudah memberi tahu Veni? Itu adalah anak dari presdir perusahaan mereka. Bocah itu sangat suka mengikutinya."

Walaupun kondisi ini cukup sulit bagi Sutan. Jika dibalik menjadi aku, Bos dari perusahaan meminta pertolongan,aku pun juga juga tidak akan memiliki pilihan lain.

Raisa menghela nafas. Dia menggelengkan kepalanya sedikit dan berkata, "Kamu mungkin belum tahu ya? Aku sudah mengobrol dengan Veni di wechat selama beberapa hari ini, dan dia memberitahuku bahwa anak itu telah tinggal di rumahnya selama dua malam. Kamu juga tahu karakter Veni, ini bukanlah hal yang tidak bisa dia terima. Hanya saja kondisi tubuh Veni saat ini masih lemah dan tidak punya energi untuk merawat anak. Kadang-kadang Sutan akan menyerahkan anak itu kepada Veni dan dia akan pergi keluar untuk bekerja. Veni sekarang sangat kesulitan. Hei, menurutmu mengapa kehidupan mereka berdua menjadi kacau balau seperti ini ya. "

aku sedikit mengernyitkan kening. Sebelum datang ke Beijing, Robi juga marah dengan Sutan karena hal ini. Namun sepertinya hasilnya tidak terlalu baik.

aku memegang gelas tanpa daya dan menggelengkan kepalaku. Sejujurnya, aku tidak punya cara lain selain membujuk Sutan.

Melihat aku tidak berbicara, Raisa melanjutkan, "Ugie, setelah kita kembali. Bagaimana jika kita ajak Sutan dan Veni untuk makan bersama dan mengobrol ?"

aku pun menganggukkan kepala.

Kami berlima adalah teman paling baik di dalam universitas, tetapi sekarang sepertinya kehidupan masing-masing tidak sesuai dengan harapan. Orang yang dulu dipenuhi dengan masa muda dan harapan menjadi tidak berdaya di depan kehidupan ini.

aku dan Raisa menghabiskan sepanjang sore di restoran hot pot ini. Kami banyak mengobrol walaupun sepertinya kita menjadi lebih sehati dan tidak lagi membicarakan topik mengenai perasaan antara kita berdua .Kebanyakan mengobrolkan hal-hal menarik yang dilakukan oleh Robi.

Setelah keluar dari restoran hot pot, aku sudah sedikit mabuk. Namun aku masih mengantar Raisa dengan taxi terlebih dahulu dan kemudian baru kembali sendirian ke hotel .

Walaupun sudah minum arak, Namun ketika memasuki hotel, rasa kesepian sudah ditinggalkan itu masih membuat hatiku menjadi kosong.

Setelah kembali ke kamar, tanpa melepas pakaian aku langsung berbaring di atas tempat tidur. Pada saat itu aku merasakan diri seakan sedang berputar.Namun aku masih bisa mengetahui dengan jelas bahwa aku mabuk.

Tidak tahu apa yang sedang Isyana lakukan saat ini? Apakah sedang merayakan dengan eksekutif cb, atau sedang mendiskusikan rencana berikutnya dengan rekan kerja. Apa pun yang dia lakukan tidak ada hubungannya dengan aku.

Suara bel pintu berdering di luar ketika sedang tertidur. aku berusaha membuka mata memanjat turun dari tempat tidur dan berjalan sempoyongan membuka pintu. Begitu pintu terbuka, aroma yang akrab tercium di hidung. Dan yang berdiri di depan pintu adalah Isyana yang baru saja aku pikirkan.

Isyana sedikit mengernyitkan kening melihatku yang dipenuhi aroma alkohol. Dia bertanya dengan lembut, "Minum arak ya?"

"Ya!"

aku mengangguk dan mempersilakan Isyana untuk berjalan masuk ke dalam kamar.

aku berusaha membuat diriku tetap tersadar dan tidak ingin Isyana berpikir aku sudah mabuk. aku pun duduk di sofa,sambil menyeduh teh sambil merokok. Isyana tidak duduk. Dia hanya berskamur di samping lemari,memiringkan kepalanya untuk menatapku dan bertanya, "Apakah suasana hatimu sedang buruk?"

Tangan yang menuangkan teh sedikit bergetar . Dan air panas yang dituang jatuh di atas nampan teh. aku tersenyum singkat menggelengkan kepala dan berkata, "Mengapa bisa menjadi buruk? aku hanya sedang ingin minum arak saja kok"

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu