Love And Pain, Me And Her - Bab 153 Janjian

Setelah bekerja hingga saat ini, aku belum pernah merasakan kelelahan seperti beberapa waktu belakangan ini. Walaupun setiap malam bisa tertidur, namun masih memimpikan berbagai jenis mimpi yang aneh. Dalam mimpi itu terdapat Isyana, Raisa dan juga Isma yang belum pernah aku temui.

aku mau tidak mau harus mengagumi Jane, dia memang seorang reporter investigasi. Pada siang hari keesokan harinya, ketika aku baru selesai makan siang Jane mengirimkan pesan. Dalam pesan itu tertulis dengan jelas latar belakang dari Isma : Isma, 26 tahun. Lulusan dari Akademi Seni Selatan. Hasil raport gemilang, sangat berbakat dalam lukisan pemandangan. Telah memenangkan beberapa penghargaan di berbagai level. Setelah lulus, ia tidak pernah bekerja kantoran. Bertahan hidup dengan menjual lukisan, cukup sulit. Dia seorang yang tenang, memiliki semangat artistik yang kental. Memiliki kepedulian dengan berpartisipasi pada dua organisasi perlindungan hewan. Beberapa kali juga menyumbang membantu hewan kecil. Media juga pernah mewawancarainya. Harapannya yang paling besar adalah bisa membuat pameran karya individu. Dia adalah teman sekolah SMA Riski dan hubungan keduanya dalam. Dulu pernah merencanakan pernikahan, namun tidak tahu alasan penundaannya.

Ketika melihat resume dari Isma ini, aku berpikir cukup lama. Jika Isma benar-benar adalah orang yang penuh dengan kepedulian dan aku memberitahukan kondisinya kepadanya, apakah dia akan membujuk Riski untuk mengatakan yang sebenarnya? Bahkan jika dia membujuknya, apakah Riski akan setuju? Dua masalah ini terus terbersit di dalam benak aku.

Ketika sedang memikirkannya, Jane kembali mengirimkan pesan kepada aku. Dia bertanya kepada aku, "Ugie, apakah kamu sudah memikirkan bagaimana kamu akan berbicara dengan Isma ?"

aku memikirkannya beberapa saat, kemudian menjawab Jane, "tidak ada waktu, aku berencana memberitahunya perihal yang sebenarnya"

Jane kembali membalas, "Apakah dia akan setuju untuk membantu membujuk Riski?"

Setelah aku melihat pesan balasan itu, aku pun sedikit menghela nafas dan kembali membalasnya : "aku hanya bisa bergantung pada kehendak langit!"

Sebenarnya dalam hati aku sendiri pun tidak tenang. Seperti yang dibicarakan oleh Jane kemarin malam, jika Riski mengakui perihal ini. Maka dia dicurigai melakukan kejahatan komersial. aku yang datang melaporkannya kepada pacarnya, hasilnya mungkin tidak bagus. Tetapi aku tidak punya pilihan lain.

Aku berpikir lagi dalam beberapa waktu, ketika bersiap untuk merokok keluar, aku mendengar Lulu memanggilku di pintu, "Ugie, tolong kesini dahulu."

aku dengan cepat bangkit dan pergi keluar mengikuti Lulu. Lulu khawatir ada terlalu banyak orang di koridor, sehingga dia membawaku keluar dari gedung. Kami berdua berdiri di bawah tangga, Lulu perlahan menatapku dengan pandangan kosong dan kemudian dengan enggan berkata, "Masalah Rose sudah diatur, Malam ini akan mengundang Isma untuk makan. Setelah pulang kerja, mari kita pergi bersama."

Begitu Lulu selesai berbicara, tidak tahu mengapa namun hati aku tiba-tiba menjadi tegang. Aku dengan cepat mengangguk dan menyetujui kemudian Lulu berkata lagi, "Selain itu, usahakan supaya masalah ini diselesaikan secepatnya. aku melihat Presdir Mirani terlihat depresi, aku pun kasihan dengannya. Kamu tidak melihat, namun pagi ini dia datang dengan kantung bola mata hitam, sudah jelas dia tidak dapat beristirahat dengan baik ! "

Kata-kata Lulu menyakiti hatiku. aku telah berusaha sangat keras untuk membantu Nogo keluar dari masalah, tetapi pada akhirnya, terjebak kepada masalah yang lain. Walaupun aku tahu bahwa kali ini aku dijebak, aku masih menyalahkan diri sendiri. Jika saja aku bisa bertindak dengan lebih hati-hati, Mungkin tidak akan muncul kondisi seperti hari ini.

Lulu masih terus berbicara tanpa henti. Dan aku pun mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya dalam diam.

Ketika dia sedang berbicara, kami mendengar sebuah suara yang akrab dari pintu, "Lulu"

Suaranya sangat lembut, namun masih membuatku gemetar. Begitu aku mendongak, aku melihat Isyana yang mengenakan mantel panjang hitam sedang berjalan keluar dari pintu dan aku tanpa sadar mundur selangkah ke belakang mengalihkan pandangan aku ke arah lain.

aku ingat di masa lalu, aku sangat suka bertatapan pandang dengan Isyana. Setiap kali dia akan mengalihkan pandangannya dari mataku dengan ekspresi yang nervous. Tapi sekarang, aku tidak berani menatap matanya. aku takut akan melihat kekecewaan yang terlintas di matanya.

Lulu bergegas menghampiri, mendengarkan Isyana yang dengan lembut berkata, "Aku akan keluar terlebih dahulu.Jika ada dokumen yang penting letakkan di tempatmu terlebih dahulu, tunggu aku kembali baru menyerahkannya padaku."

Lulu dengan segera mengangguk.

Isyana perlahan menuruni tangga, gerakannya masih seanggun seperti sebelumnya. Dia berjalan dengan perlahan dan ketika dia melewati aku, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya dan aku bisa mencium aroma harum yang aku kenali, jantungku berdetak kencang. Semacam perasaan yang tertekan, yang membuatku hampir tidak bisa bernafas.

Isyana hanya berhenti selama kurang lebih sepuluh detik. Tetapi bagi aku, waktu kali ini berlangsung seperti beberapa jam. sayangnya, dia tidak mengatakan apa-apa bahkan tidak menatapku sama sekali, dan dengan seperti itu perlahan menuruni tangga.

Melihat punggungnya yang perlahan-lahan menjauh. aku hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepala dalam diam.

Lulu melihat kejadian ini dengan jelas. Dia juga menghela nafas sambil memiringkan kepalanya dengan sedikit sedih, "Ugie, aku menggantikan Presdir Mirani merasa tidak layak! "

Aku menatap Lulu dengan aneh dan tidak mengerti apa yang dia maksud.

Lulu menoleh untuk menatapku, dia berkata dengan perlahan, "Hei ! Sudah jelas Presdir Mirani menyukaimu! Tapi menurutmu, bagaimana mungkin Presdir Mirani menyukaimu?"

Begitu Lulu selesai berbicara, dia segera menaiki tangga.

Aku berdiri dengan bodoh. Lulu, gadis ini berbicara hal yang sebenarnya, dia menyesal bagi Isyana. Meskipun aku tidak menyukainya, aku juga setuju dengan perkataan Lulu. Jika yang disukai oleh Isyana adalah Don Juan, mungkin saat ini masalah ini akan bisa dibereskan Don Juan dengan sempurna.

Ketika pulang kerja, aku menunggu Lulu di depan pintu. Ketika dia keluar, aku bertanya kepadanya sambil kami berjalan, "Lulu, di mana tempat pertemuan kita dengan Rose?"

aku pada awalnya berpikir Rose akan memilih sebuah restoran, tetapi tidak menyangka bahwa Lulu ternyata menjawab, "Di studio di area seni itu "

Ketika mendengarkannya aku pun sedikit mengernyitkan kening. Tempat itu sama sekali tidak cocok untuk membicarakan perihal ini. Tapi karena Rose yang mengaturnya dan aku juga tidak berani mengubahnya. Hanya bisa pergi dengan Lulu menggunakan taxi ke tempat yang sudah disebutkan.

Di perjalanan, Lulu terus menyuruhku supaya ketika aku berbicara dengan Isma nanti, aku berbicara dengan menggunakan strategi. Meskipun aku berjanji kepada Lulu, namun di dalam hati aku tidak setuju dengannya. Perihal ini selain dengan cara mengutarakan hal yang sebenarnya, sepertinya tidak ada strategi lain yang bisa digunakan.

Ketika sampai di studio di area seni. Begitu membuka pintu, aku melihat pusat studio yang kosong, dan di tengahnya diletakkan meja persegi besar yang digabungkan dari meja lukisan. Meja persegi itu ditutupi dengan taplak meja berwarna putih. Beberapa makanan yang matang, makanan pembuka dan bir telah diletakkan di atas meja. aku tidak menyangka bahwa Rose akan menyiapkannya dengan cukup lengkap.

Saat ini Rose sedang berdiri di depan sebuah lukisan dengan seorang gadis berperawakan jangkung,keduanya sedang berdiskusi. Ketika melihat kami masuk, Rose segera berkata kepada gadis di sekitarnya, "Biar aku perkenalkan kepada Anda, ini adalah Isma Muhad, pelukis besar Muhad. Pameran kami kali ini adalah berkat dia yang menghubungi."

Rose mengatakan perihal resmi ini ternyata cukup bisa diandalkan. Sambil berkata dia juga kemudian memperkenalkan aku dan Lulu kepada Isma.

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu