Love And Pain, Me And Her - Bab 172 Rasa Kenangan

Isyana kembali menanyakan pertanyaan yang pernah ia tanyakan padaku dulu. Aku mengambil sebatang rokok dan menyalakannya diam.-diam. Setelah mengisapnya dengan kuat, aku baru menghadap Isyana dan berkata,

"Isyana, perasaan seseorang dalah hal yang paling rumit. Mengenai pertanyaan ini, aku sudah pernah memberimu jawaban sebelumnya, aku tidak ingin mengulanginya lagi. Tapi aku ingin memberitahumu bahwa saat aku mengungkapkan perasaanku padamu, aku sudah siap bertanggung jawab atas hubungan kita ini. Semua orang pasti memiliki masa lalu, bisakah kita tidak selalu terobsesi dengan masa lalu tersebut?

Jawabanku membuat Isyana tersenyum pahit. Ia kemudian mengambil sebatang rokok dari bungkus rokokku, namun ia tidak menyalakannya. Ia hanya memegangnya dan memutar-mutar rokok tersebut di tangannya. Serbuk-serbuk tembakau perlahan jatuh di atas meja.

Isyana tiba-tiba menatapku, tersenyum dan berkata dengan lembut, "Ugie, apakah kamu tahu? Sebenarnya aku memiliki perasaan yang kuat kamu dan Raisa akan bersatu kembali."

Aku mengernyitkan alis, kata-kata ini juga pernah keluar dari mulutnya dulu, aku benar-benar tidak ingin terus menerus mengulangi ucapanku. Aku diam dan mengisap rokokku.

Isyana juga sadar bahwa aku tidak ingin menjawabnya, ia tersenyum pahit dan melanjutkan, "Inilah alasan mengapa aku selalu berhati-hati denganmu. Ugie, aku benar-benar tidak berani memberikan seluruh perasaanku padamu. Aku takut suatu hari aku akan tersakiti. Aku tidak suka perasaan disakiti."

Aku menatap Isyana dengan hati kosong. Sebenarnya siapa yang tidak takut disakiti? Apalagi aku, dulu juga sudah pernah tersakiti, tapi aku kemudian juga bangkit kembali. Apakah hanya karena takut tersakiti maka kita harus menutup diri dan tidak mengejar cinta lagi?

Namun, kata-kata ini tidak kukatakan pada Isyana. Hal-hal yang harus dikatakan telah kukatakan sebelumnya. Masalah mengenai kapan ia akan membuka hatinya kembali, biarkan waktu yang membuktikan.

Kedua anak muda ini memegang gelas berisi es krim mereka. Yang berbeda dengan yang dulu ialah, gelas tersebut terlihat lebih mewah sebelumnya dan porsi es krimnya menjadi lebih sedikit.

Aku dan Isyana makan dengan suasana hening. Setelah Isyana makan beberapa suap, ia tidak lanjut makan lagi. Ia menghadapku, kemudian menggelengkan kepalanya dengan pelan, berkata dengan putus asa, "Rasa es krim ini sudah berbeda."

Kemudian, aku kembali mencicipinya, namun tidak merasakan ada perbedaan dengan yang dulu kami pernah makan.

"Rasa apa yang kamu inginkan?"

Aku bertanya pada Isyana.

Isyana tersenyum ringan, menatapku dan berkata dengan pelan, "Rasa kenangan!"

Malam ini, dari awal hingga akhir suasana hati Isyana tidak membaik. Setelah kami berdua berpisah, Isyana menyuruhku untuk berisitirahat selama beberapa hari, karena ia melihat bahwa aku beberapa hari ini sungguh kelelahan, ia juga membiarkanku untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan orang tuaku.

Saat aku bangun pagi di hari berikutnya, aku langsung pergi ke hotel yang ditinggali ayahku. Awalnya, aku berencana untuk membawa mereka jalan-jalan di sekitar sini selama dua hari. Namun, ayah berkata bahwa mereka telah membeli tiket pesawat untuk malam ini. Maka dari itu, aku memanfaatkan siang hari ini untuk membawa mereka melihat tempat-tempat wisata sekitar.

Setelah makan malam, aku mengantar kedua orang tuaku pergi ke bandara. Sebelum melewati pemeriksaan keamanan, ayah dan ibu memanggilku, kemudian ibuku menatapku dan berkata dengan lembut, "Ugie, Ibu ingin bertanya padamu. Apakah hubunganmu dan Raisa benar-benar telah berakhir?"

Aku tersenyum dengan pahit, kemudian menjawab, "Bu, kemarin kamu juga telah melihatnya, Raisa sudah punya pacar, untuk apa Ibu bertanya padaku lagi?"

Mendengar ini ibu menghela napas. Ibu dan ayah sangat menyayangkan hubunganku dan Raisa yang telah berakhir. Setelah melihat ibuku mengehela napas dengan pedih, hatiku langsung hancur. Aku telah merantau cukup lama, hari-hari saat aku menemani mereka, bisa kuhitung dengan jari. Sedangkan, mereka semakin lama semakin tua, namun mereka selalu merindukanku. Aku merasa semakin bersalah, aku merasakan hidungku perlahan-lahan mulai basah.

Karena ibu tidak berbicara lagi, ayah pun bertanya, "Anakku, lalu apa hubunganmu dengan Presdir Mirani."

Aku memandangi ayah. Dalam ingatanku, ia adalah seorang laki-laki yang tinggi dan besar. Namun, entah sejak kapan, pelipisnya berwarna sedikit putih. Segala hal ini telah kuabaikan.

"Jawablah, aku sedang bertanya padamu."

Ayah mendesakku.

Aku tersenyum dan berkata, "Rekan kerja, teman."

Aku tidak berani berkata bahwa aku sekarang sedang mengejar Isyana. Aku takut jika gagal, aku akan membuat mereka putus asa sekali lagi.

Ayah kemudian mengangguk dan tiba-tiba berkata, "Presdir Mirani terlihat seperti seorang gadis yang baik. Tapi Ugie, aku sarankan kamu sebaiknya jangan mempunyai pemikiran lain dengan dia."

Aku melihat ayah dengan aneh, kemudian bertanya, 'Memangnya kenapa?"

Ayah kemudian menatapku dan menjawab, "Tidak ada alasan! Aku ayahmu, maka dari itu, kamu harus menuruti perkataanku!"

Aku kemudian tertawa. Dari kecil hingga dewasa, ayah suka menunjukkan otoritasnya sebagai kepala keluarga kepadaku. Namun yang disayangkan, aku dan ibu tahu, ia hanya berlagak seperti harimau kertas.

Ibu juga tertawa, ia menyeletuk, "Ugie, apa yang ayahmu katakan itu benar. Kondisi Presdir Mirani terlalu baik, walaupun zaman sekarang tidak melihat status ekonomi dan sosial, namun status dan posisinya sangat berbeda jauh dengan kita, hal ini akan berdampak pada kehidupan kita ke depan."

Aku memandang ibu dengan sedikit aneh. Ibuku yang sangat menjunjung persamaan hak dan derajat, tiba-tiba membicarakan masalah status sosial dan ekonomi.

Namun aku tidak menganggapnya terlalu serius. Setelah bertahun-tahun, ayah dan ibuku cenderung cukup demokratis. Hal yang berhubungan dengan hidupku, mereka hanya memberikan saran, yang pasti mereka tidak pernah memaksakan kehendak mereka padaku. Namun, hatiku sedikit hancur. Pada akhirnya, aku masih berharap mereka akan optimis mengenai hubunganku dengan Isyana.

Setelah melihat ibu dan ayah melewati pemeriksaan keamanan, aku baru kembali ke kota. Namun, entah mengapa, suasana hatiku tiba-tiba menjadi buruk. Aku ingin mencari tempat untuk minum beberapa gelas bir, maka dari itu aku langsung pergi ke BOSS.

Bar BOSS sehari baik sehari buruk. Saat ini seharusnya adalah saat-saat bar ramai, namun disini, meja yang diduduki hanya ada tiga empat meja. Elisna juga sedang tidak hadir, di atas panggung terlihat seorang penyanyi muda yang sedang memainkan gitarnya sambil menyanyikan lagu cinta yang tak kuketahui judulnya.

Aku duduk di meja yang posisinya berada di dekat jendela. Memesan bir, kemudian kuminum dengan pelan sendiri. Terkadang, aku sangat suka suasana seperti ini. Sendirian di tempat dimana tidak ada orang mengenaliku, merokok dengan tenang, sambil minum bir dan mendengarkan musik. Merenung mengenai hal-hal yang menyedihkan maupun menyenangkan.

Beberapa saat setelah aku meminum habis satu botol bir, ada pesan wechat yang masuk ke ponselku. Setelah kubuka, ternyata Jane mengirimkanku permintaan pertemanan. Baru saja kuterima, Jane langsung mengirimkanku sebuah pesan: "Ugie, apakah kamu sibuk sekarang?"

Aku memegang ponselku, kemudian memotret bir dan sepiring buah yang ada di atas mejaku, lalu kukirimkan padanya. Jane membalas pesanku dengan cepat, ia pertama mengirimkanku serangkaian ekspresi marah. Kemudian mengirim satu baris teks: "Ugie, kamu adalah laki-laki paling paling, paling buruk yang pernah kutemui. Aku telah banyak membantumu, namun kamu juga tidak mengundangku untuk minum bersamamu, malah mengirimkan foto yang membuatku marah. Kamu tidak tulus berteman!!!"

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu